Malaysia Waspadai Pulangnya Militan Pasca Serangan ke Mosul
18 Oktober 2016Setelah pasukan Irak melancarkan serangan besar untuk merebut kembali kota Mosul dari tangan ISIS, diduga banyak anggota militan asal Malaysia yang mencoba untuk kembali ke negaranya. Hal itu disampaikan wakil perdana menteri Malaysia Ahmad Zahid Hamidi hari Selasa (18/10).
Sejak hari Senin pasukan pemerintah Irak, didukung militer Amerika Serikat, melancarkan serangan besar-besaran ke Mosul. Inilah kota terbesar di Irak yang dikuasai ISIS. Diperkirakan masih ada sekitar 4.000 sampai 8.000 militan ISIS, baik yang berasal dari Irak maupun dari luar negeri, yang akan bertahan di dalam kota.
Ahmad Zahid mengatakan kepada wartawan, Malaysia meningkatan pengamanan bandara dan perbatasan, sementara rute yang biasa digunakan oleh penyelundup juga dipantau.
"Kami bertukar informasi dengan badan-badan intelijen internasional, dan kami memiliki daftar tersangka yang mencakup nama-nama orang yang kita percaya memiliki hubungan dengan Daesh," katanya, menggunakan nama alternatif Arab untuk ISIS.
Ahmad Zahid tidak mengatakan berapa banyak warga Malaysia yang saat ini ada di Mosul. Namun menurut catatan polisi yang dirilis bulan lalu, diperkirakan ada sekitar 90 orang Malaysia yang bergabung dengan ISIS di Suriah dan Irak sejak 2013.
Bulan Agustus lalu, Malaysia mencabut paspor 68 warganya yang diidentifikasi telah meninggalkan negara itu untuk bergabung dengan ISIS.
Para militan yang kembali akan ditahan dan dikirim untuk program deradikalisasi, kata Wakil Perdana Menteri Ahmad Zahid Hamidi.
Di Malaysia sendiri, 137 orang yang kembali dari irak dan Suriah dan ditangkap karena diduga berencana atau sudah bergabung dengan ISIS lalu kembali ke Malaysia, tambahnya. Ada juga kelompok yang bertugas mengumpulkan dana di malaysia dan mengirimnya kepada ISIS.
Menteri Pertahanan Malaysia Hishammuddin Hussein mengatakan, sumber-sumber intelijen Senin memperkirakan ribuan anggota ISIS akan berusaha kembali ke negara asalnya, atau menemukan tempat berlindung yang aman di wilayah seperti Asia Tenggara.
"Kami harus sangat proaktif," katanya sebagaimana dikutip oleh kantor berita Bernama.
Aparat keamanan di Malaysia sudah disiagakan sejak pendukung ISIS melakukan serangan bersenjata di Jakarta bulan Januari lalu.
Juni lalu, delapan orang terluka ketika dua pendukung ISIS melemparkan granat ke sebuah bar di pinggiran kota Kuala Lumpur. Inilah aksi teror pertama yang berhasil dilakukan ISIS di Malaysia.
hp/yf (rtr)