Mantan pemimpin GAM, Hasan Tiro Tutup Usia
3 Juni 2010Deklarator Aceh Merdeka Hasan Muhammad di Tiro meninggal Kamis siang (03/06) pukul 12 siang waktu setempat, setelah dirawat intensif lebih sepekan di Rumah Sakit Zainal Abidin Banda Aceh.
Kesehatan Hasan Tiro sebelumnya dikabarkan memburuk. Tekanan darahnya tidak stabil. Ketua Tim Dokter yang menangani Hasan Tiro, Dr Andalas mengatakan, selain terjadi ganguan pada paru-paru, Hasan Tiro juga punya masalah pada darahnya. Dia juga mengalami infeksi pada jantung. Hasan Tiro telah dirawat di Rumah Sakit Umum Zainoel Abidin Banda Aceh selama 13 hari.
Ribuan orang mengantarkan jenazahnya untuk disembahyangkan di mesjid raya Baiturahman. Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menyebutkan perjuangan tak kenal lelah dari Hasan Tiro dalam puluhan tahun. Ungkapnya, “Beliau telah menggoreskan sejarah dalam perjalanan nusantara ini, tidak dapat diabaikan begitu saja sejarah yang ternyata berhasil mengubah wajah Aceh. Walaupun itu dibentuk dengan suka duka, itulah suka duka nusantara, aceh ada suka duka masing-masing. Hari ini kita lepaskan bersama keberangkatan beliau ke peristirahatan terakhir yaitu di makam Tgk Chik di Tiro Muhammad Saman di desa Meureu”
Pada 4 Desember 1976, Hasan Tiro memproklamasikan kemerdekaan Aceh. Diburu penguasa, ia kemudian melarikan diri ke sejumlah negara dan setelah itu, kewarganegaraannya dicabut oleh pemerintah Indonesia. Menetap selama hampir 30 tahun di Stockholm, iapun memiliki paspor Swedia.
Hasan Tiro kembali ke Indonesia beberapa tahun setelah tercapainya perjanjian Helsinki. Rabu (02/06), sehari sebelum menghembuskan nafas terakhir, dia secara resmi mendapatkan kembali kewarganegaraan Indonesia-nya yang diserahkan oleh Menko polhukam Djoko Suyanto. Dokumen itu diterima oleh keponakannya, Tengku Fauzi Zainal Abidin dalam sebuah upacara kecil yang dihadiri oleh gubernur Aceh Irwandi Yusuf dan mantan ketua GAM Malik Mahmud.
Menurut Malik Mahmud permohonan kembali kewarganegaraan Indonesia sudah diajukan sejak tahun 2008, setelah ia kembali ke Aceh untuk pertama kalinya. Memorandum of Understanding yang ditandatangani di Helsinki mencatat, bahwa pemerintah Indonesia mengembalikan kewarganegaraan semua anggota GAM yang menetap di luar negeri dan telah memiliki paspor asing.
Hasan Tiro meninggalkan seorang isteri dan seorang anak yang kini berdomisili di Amerika Serikat. Anaknya bernama Karim kini mengajar di salah satu universitas di Ohio Amerika Serikat. Karim tidak berminat melanjutkan aktifitas politiknya ayahnya, oleh karena itu kalangan GAM akan bermusyawarah untuk menentukan siapa yang akan melanjutkan kepemimpinan Hasan Tiro.
Liggadinsyah, juru bicara Komite Peralihan Aceh, menyebutkan sejumlah pemimpin yang masif aktif, termasuk Malek Mahmud, Dokter Zaini, Zakaria Saman dan juga Muzakir Manaf. Ditambahkannya, para pemimpin akan bermusyarawah untuk mendapatkan seorang pemimpin yang betul-betul diterima rakyat Aceh, PA dan KPA. Komite Peralihan Aceh adalah organisasi yang dibentuk setelah dibubarkannya sayap militer GAM pasca kesepakatan damai dengan Indonesia.
Hasan Tiro bernama lengkap Tengku Hasan Muhammad di Tiro lahir di Pidie pada 25 September 1925 dari pasangan Tengku Pocut Fatimah dan Tengku Muhammad Hasan. Tengku Pocut inilah cucu perempuan Tengku Chik Muhammad Saman di Tiro yang juga Pahlawan Nasional Indonesia.
Berbagai kalangan termasuk rakyat biasa menyatakan duka cita atas kepergian Hasan Tiro, pahlawan dalam hati rakyat Aceh. Secara resmi, Tengku Hasan Muhammad di Tiro menerima penghargaan sebagai Wali Naggroe.
Uzair
Editor: Koesoemawiria