Martunis Merajut Mimpi di Sporting Lisbon
3 Juli 2015
Nasib tidak bisa ditebak. Sempat sekarat diterjang ombak Tsunami 2004, mengelak ajal selama tiga pekan, Martunis, bocah Aceh yang mendunia ketika ditemukan terkapar dengan mengenakan kaus tim nasional Portugal itu, kini siap mewujudkan mimpinya menjadi pesepakbola profesional.
Martunis diterima oleh akademi sepakbola Sporting Lisbon. 11 tahun setelah tragedi yang merenggut nyawa ibu dan kedua saudaranya. "Bocah yang selamat dari Tsunami akan bekerja dan tumbuh bersama SportingCP," tulis klub Portugal tersebut lewat akun Twitternya,
Martunis yang dijuluki "anak angkatnya Christiano Ronaldo" kini sedang menapaktilasi jejak idolanya itu. Sayap Real Madrid itu pun dulu pernah merumput di akademi Sporting. "Martunis akan belajar di Akademi. Kami akan bekerja bersamanya, juga dalam pertumbuhannya sebagai manusia dan laki-laki," ujar Presiden Sporting Lisbon, Bruno de Carvalho.
Sambutan Meriah Penggemar Sporting
Penggemar Sporting sontak merayakan bintang baru itu bak pinangan pada atlit bernama besar. Tepuk tangan meriah dan yel-yel memenuhi seisi gedung ketika remaja kurus berusia 17 tahun itu tampil di depan publik.
Mengenakan kaus sporting yang cuma terlihat pas karena ia memakai setelan jas di baliknya, Martunis berterimakasih pada punggawa klub. "Saya sangat gembira atas kesempatan ini," ujarnya. "Klub ini membuat mimpi saya menjadi kenyataan."
Padahal 11 tahun silam mimpi itu hampir lenyap ditelan Tsunami. Saat itu Martunis yang baru berusia 6 tahun baru selesai bermain sepakbola bersama teman sebayanya. Ketika ombak menghantam, ia berpegangan pada sofa hingga terbawa arus air. Selama 21 hari ia menghidupi diri dengan mi instan. Hingga ditemukan terkapar dengan kaus bernomer 10 milik Rui Costa.
Dongeng Terindah
Kisahnya menggerakkan seantero Portugal. Ronaldo yang mengunjunginya di Aceh tahun 2005, menyumbangkan rumah buat keluarga Martunis. "Saya kira ada banyak orang dewasa yang tidak akan mampu menghadapi cobaan seperti yang dialaminya," ujarnya.
"Kita harus menghormatinya. Kisahnya menunjukkan kekuatan dan kedewasaan," imbuh pemain El Real yang pernah dua kali terpilih sebagai pesepakbola terbaik sejagad itu. "Dia adalah bocah yang istimewa."
Sporting sempat mendulang kritik di Portugal karena dianggap memanfaatkan Martunis untuk kepentingan marketing. Ada tudingan manajemen klub ingin memoles diri dengan memboyong korban Tsunami. Tapi dalam kasus ini mungkin yang terpenting adalah ketika Sporting sukses merajut "dongeng terindah," dalam sepakbola dunia, tulis harian Jerman, Die Welt.
rzn/as (dpa,welt,guardian)