McChrystal Tetap Panglima ISAF?
23 Juni 2010Bukan gerakan Taliban di Afghanistan yang menyebabkan Jenderal Stanley McChrystal berada dalam posisi terpojok, melainkan majalah musik AS, Rolling Stone. Tepatnya melalui sebuah potret sosok jenderal itu, yang ditulis wartawan politik terkenal Michael Hastings. Artikelnya berjudul "The Runaway General", atau jendral yang kehilangan kontrol, dan mengikutsertakan sejumlah kutipan.
Akibat ucapan McChrystal dan bawahannya yang kritis dan bahkan merendahkan terhadap Presiden AS Barack Obama, Wapres Joe Biden dan Duta Besar AS di Afghanistan Karl Eikenberry, sekarang McChrystal dipanggil ke Washington.
Tetap Panglima?
Dengan bertatapan langsung dengan Obama dan mantan pendukungnya, yaitu Menteri Pertahanan Robert Gates, Jendral Stanley McChrystal harus menjelaskan kritiknya di Gedung Putih hari Rabu. Demikian dilaporkan stasiun radio nasional AS, NPR.
Apakah setelah tanya jawab tersebut McChrystal tetap menjadi panglima pasukan internasional di Afghanistan? Banyak pengamat politik meragukannya. Karena ucapan yang dikutip wartawan Michael Hastings dari orang terpenting Obama di Afghanistan itu dan bawahannya rupanya autentik.
Permintaan Maaf
Yang jelas, sampai sekarang McChrystal tidak menyangkalnya, demikian laporan stasiun televsi CNN. Bahkan sebaliknya. Pada hari yang sama setelah artikel itu diterbitkan, jenderal itu mengirimkan permintaan maaf ke Gedung Putih.
McChrystal mengungkapkan, semua itu kesalahan besar, yang menunjukkan kesalahan perkiraan, dan sebenarnya tidak boleh terjadi. Integritas dan kehormatan pribadi. Itulah prinsip-prinsip yang biasanya menjadi orientasi tindakannya. Apa yang dicerminkan artikel majalah itu tidak sesuai dengan dasar-dasar tersebut. Demikian McChrystal.
Tidak Mampu Menjinakkan Ranjau
Tetapi permintaan maaf McChrystal tidak dapat menjinakkan ranjau-ranjau dalam artikel majalah Rolling Stone tersebut. Dilaporkan, McChrystal mengatakan kepada stafnya, bahwa pertemuan pertamanya dengan Obama mengecewakan. Karena pertemuan itu tidak lebih dari kesempatan membuat foto bersama selama sepuluh menit dan tidak berisi. Demikian dikutip Rolling Stone.
Panglima ISAF itu juga mengatakan, bahwa Obama tidak mempersiapkan apapun, dan tidak mengetahui apapun mengenai dirinya. Obama juga tidak terlalu tertarik pada dirinya sebagai orang yang menjadi arsitek strategi di Afghanistan.
Tidak Menjalin Kontak
Dalam artikel itu disebutkan juga, Obama dan McChrystal sejak awal tidak dapat benar-benar menjalin kontak. Fase diskusi selama berbulan-bulan tentang strategi Afghanistan di masa depan adalah masa penuh siksaan, demikian dikutip dalam Rolling Stone. Bagi Gedung Putih, membuat keputusan sangat sulit.
Di Gedung Putih ia telah menjual ide yang tidak mungkin laku, ketika meminta penambahan pasukan, demikian McChrystal. Akhirnya Presiden Obama memang menyetujui penambahan pasukan, walaupun lama setelah permintaan diajukan.
Bukan Hanya terhadap Presiden
Wapres Joe Biden juga tidak mendapat penilaian baik dalam ucapan McChrystal. Menurut Rolling Stone, jenderal itu dan penasehat terdekatnya memandang wakil presiden sebagai pengecut dan tokoh yang lucu. Sementara bagi Duta Besar AS di Afghanistan, yang penting hanyalah bagaimana cara menyebabkan strategi yang disusun jenderal itu menjadi tampak meragukan. Demikian ditulis dalam majalah Rolling Stone.
Setelah pernyataan-pernyataan yang ibaratnya pukulan tersebut, McChrystal akan sulit diterima di Gedung Putih. Padahal saat ini ia sangat membutuhkan dukungan, mengingat adanya sejumlah kegagalan di Afghanistan.
Ralph Sina / Marjory Linardy
Editor: Agus Setiawan