Melihat Krisis Migran di Perbatasan Belarus-Polandia
11 November 2021Distrik Kamenets di dekat taman nasional Belovezhskaya Pushcha merupakan daerah yang agak sepi di perbatasan Belarus-Polandia. Hanya ada satu penyeberangan perbatasan di sini untuk sampai ke negara tetangga Polandia secara legal. Namun, tidak ada mobilitas warga di pos pemeriksaan Pestschatka karena pembatasan virus corona di Belarus.
Penduduk desa-desa di sekitar wilayah perbatasan Belarus selama dua bulan terakhir memperhatikan munculnya sejumlah migran yang ingin menyeberang.
'Orang asing segera dilaporkan'
Mikhail (nama telah diubah), seorang pengemudi berusia 50 tahun, tinggal di desa Upper Ovshchina, yang berjarak lima kilometer dari perbatasan Polandia.
"Perbatasannya dekat, tapi secara hukum Anda tidak bisa menyeberang ke sana. Anda harus berkendara ke Pestschatka, delapan kilometer jauhnya," kata Mikhail, seraya menambahkan bahwa akses ke jalur perbatasan terdekat dibatasi untuk non-penduduk. Faktanya, hanya penduduk setempat yang dapat memetik jamur dan buah beri di hutan, asalkan mereka diberikan izin oleh dinas perbatasan yang bertanggung jawab. Bagi siapa saja yang melanggar akan dikenai denda, dan akan dideportasi bagi orang asing.
"Di sini, setiap orang memiliki nomor telepon pos perbatasan terdekat. Jika seseorang melihat orang asing, segera laporkan," kata Mikhail, menambahkan bahwa musim gugur ini, puluhan orang dari Irak dan negara lain tiba-tiba muncul di daerah perbatasan.
Menunggu untuk melanjutkan perjalanan ke Uni Eropa
Menurut Mikhail, belum ada migran yang terlihat di Upper Ovshchina, tetapi mereka telah terlihat di desa-desa tetangga di distrik Kamenets. "Saya tahu bahwa kepala polisi distrik berada di dewan desa dan diinterogasi di sana, karena orang takut akan keselamatan mereka sendiri," kata Mikhail.
Kunjungan Kepala Polisi Viktor Vodchitsa diliput dalam sebuah laporan singkat, yang secara umum menginformasikan sedikit tentang situasi di perbatasan. Menurut laporan itu, Vodchitsa meyakinkan pembaca bahwa polisi setempat telah mengendalikan situasi.
"Para migran sedang mendirikan tenda-tenda dan menunggu untuk melanjutkan perjalanan mereka ke UE. Jika tidak, mereka akan dibawa kembali ke negara asal mereka,” tegasnya. Namun, laporan berita itu tidak mengatakan siapa yang mengizinkan para migran untuk mendirikan tenda di perbatasan dan bagaimana mereka akan sampai ke Polandia secara legal.
Lebih banyak jaringan penerbangan dari Timur Tengah?
Sergey berasal dari Brest dan dulunya adalah penjaga perbatasan. Dia memilih untuk tidak memberikan nama belakangnya. Sergey masih berhubungan dengan mantan rekannya. Mengingat situasi saat ini, dia merasa kasihan pada mereka. "Hari ini, penjaga perbatasan Belarus hanya melaksanakan perintah provokasi yang direncanakan. Awalnya, perbatasan Lithuania dianggap sebagai titik lemah, dan mereka mencoba mengusir para migran ke sana. Sekarang situasinya semakin memanas di perbatasan Polandia," kata Sergey.
Namun, di kota-kota besar di perbatasan Polandia, di Grodno dan Brest, sejauh ini hampir tidak ada migran yang terlihat, lantaran setelah kehadiran mereka di Minsk, mereka dibawa langsung ke area perbatasan hijau.
Ibu kota Belarus, Minsk, memiliki penerbangan reguler dari berbagai tujuan di Timur Tengah. Menurut laporan mingguan Jerman Welt am Sonntag, koneksi lebih lanjut dari Timur Tengah ke bandara regional Belarus sedang dalam pengerjaan. Artikel itu mengatakan ada tambahan 40 penerbangan yang direncanakan per minggu ke ibu kota Minsk – lebih dari dua kali lebih banyak dari slot yang ditawarkan sebelum pandemi.
Belum ada penerbangan ke kota-kota seperti Brest. Pada akhir Oktober, pesawat sewaan terakhir dari resor di Tunisia dan Mesir mendarat di sana untuk para turis berwisata. Tidak ada penerbangan baru yang diumumkan secara resmi.
Lukashenko di balik semua permasalahan?
Mengingat memburuknya situasi di perbatasan antara Polandia dan Belarus, Brussels menuduh pemimpin Belarus Alexander Lukashenko sengaja menyelundupkan migran dari Timur Tengah ke UE sebagai pembalasan atas sanksi Eropa terhadap rezim otoriter di Minsk.
Sementara itu, Ketua Komisi Uni Eropa Ursula von der Leyen menyerukan sanksi lebih lanjut terhadap Minsk. Belarus harus menghentikan "instrumentasi sinis para migran" untuk tujuan politik, kata Presiden Komisi. Brussels tidak lagi mengakui Alexander Lukashenko sebagai Presiden Belarus sejak pemilihan presiden yang disengketakan pada musim panas 2020.
Sergey, mantan penjaga perbatasan, juga mengatakan bahwa hubungan antara otoritas perbatasan Belarus dan negara-negara tetangga telah rusak parah. "Banyak proyek bersama, misalnya memfasilitasi penyeberangan perbatasan bagi penduduk wilayah tetangga. Sekarang mereka juga menjadi korban krisis migrasi," katanya. (ha/vlz)