Mencicipi dan Mengerti Jerman
21 Februari 2017Apa yang dimakan orang di sebuah kota, dan apa yang bisa dipelajari tentang penduduk dari kebudayaan makannya. Itu adalah sebuah pertanyaan, yang kerap muncul di benak Elke Freimuth, penggagas "Eat the world", jika ia berada di luar negeri. Sampai suatu saat, ia ikut dalam perjalanan kuliner di New York.
Elke Freimuth yang sebenarnya bekerja sebagai guru, meninggalkan sepenuhnya pekerjaannya, dan mengimpor ide itu ke Jerman. Awalnya ke Berlin, kemudian ke Dresden, Hamburg, Köln, Leipzig, München dan Münster. "Saya sangat senang makan, dan jika saya berada di kota yang asing, saya ingin segera tahu, di mana orang bisa makan enak," dijelaskan Elke Freimuth.
Dari Es Gorgonzola sampai Kue Berbentuk Mawar
Hari Sabtu sekelompok orang yang ingin tahu lebih banyak tentang dunia kulinaria berkumpul di bagian selatan kota Köln. "Bagian kota ini terkenal dengan gaya hidupnya yang cenderung ke arah alternatif," demikian dijelaskan pemandu wisata Andreas Kringe.
Lebih dari 100 negara terwakili di Köln, dan itu membuat penduduknya sangat bangga. Pengertian mereka sebagai kota yang terdiri dari banyak kebudayaan dan terbuka bagi dunia juga mendatangkan berbagai kebudayaan kuliner. Dalam waktu tiga jam, kelompok itu berkenalan dengan makanan khas Köln dan makanan "pendatang".
Selain warga keturunan Turki, kelompok pendatang yang penting di bagian selatan Köln berasal dari Italia, misalnya Flavia Turzi. Dengan sambutan hangat "Buongiorno" (Red.: selamat siang) ia menyambut tamu di kafe es miliknya, kemudian bercerita bagaimana keinginannya untuk berkelana membawanya dari Milan ke Köln, di mana ia baru saja membuka kafe itu. Semangat berkelananya juga dapat dilihat dari makanan yang ditawarkan, yaitu mulai dari es gorgonzola sampai kue-kue berbentuk mawar.
Sesuatu Yang Spesial
"Kami hanya memilih restoran yang membuat sesuatu yang spesial," diterangkan Andreas Kringe. Kadang pemiliknya sendiri yang memasak atau melayani. Pada kesempatan sama, kualitas dan tradisi diperhatikan. "Saya ingin mendukung restoran-restoran otentik dan perusahaan kecil. Terutama perusahaan keluarga semakin terdesak restoran besar. Jika itu terjadi, sebuah kebudayaan menghilang," tutur Elke Freimuth.
Pemandu wisata juga dipilih dengan seksama oleh Elke Freimuth. Mereka sebaiknya tinggal di bagian kota, di mana mereka mengantarkan wisatawan. Hanya dengan cara itu, pemandu dapat menceritakan sejarah dan gaya hidup di daerah itu. "Wisatawan harus merasa bahwa seorang teman menunjukkan kota yang dikenalnya dengan baik," ditambahkan Elke Freimuth. Orang bisa ikut perjalanan kuliner ini dengan spontan. Batas pendaftaran sampai satu jam sebelumnya.
Andreas Kringe tidak mengikuti jalur wisata yang biasa, melainkan membawa tamu-tamunya ke sebuah toko makanan khas Perancis, ke sebuah rumah makan vegetarian, sebuah restoran yang mengkhususkan diri pada Salat, dan kafe yang bergaya tahun 50-an. Setiap bagian kota punya daya tariknya dan makanan istimewanya sendiri.
Trendi Sepenuhnya
Bahwa konsep wisata kuliner banyak diminati di Jerman, tidak saja ditunjukkan dari semakin banyaknya jumlah orang yang menawarkan jasa ini. Claudia Muir dari majalah "Essen & Trinken" membenarkan, "Terutama orang muda tertarik pada penawaran seperti itu. Mereka ingin mencari tahu sendiri dan keluar dari mainstream." Dalam situs seperti "eat like locals" mereka mencari berbagai informasi, atau memberikannya. "Dalam hal ini Berlin menjadi penetap tren," kata Claudia Muir.
Di Köln perjalanan yang diadakan "Eat-the-world" banyak memancing minat penduduk asli Köln. Sehingga warga Köln sendiri juga ikut dalam perjalanan kuliner itu, agar tahu lebih banyak tentang daerah tempat tinggalnya sendiri. Karena semakin banyak wisatawan dari luar negeri yang memesan tempat, mulai April 2013, perjalanan kuliner yang diadakan di enam kota itu, juga ditawarkan dalam bahasa Inggris. Untuk orang dewasa, harga tiket 30 Euro (sekitar 360 ribu rupiah) dan untuk anak-anak 15 Euro.