Delegasi Mendikbud Jajaki Kerjasama Bilateral di Jerman
29 Juni 2016Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan minggu ini membawa tim ahli terpadu ke Jerman untuk mendalami kemungkinan kerjasama Indonesia-Jerman dalam bidang pendidikan vokasi.
Delegasi ahli antara lain terdiri dari staf Kamar Dagang Indonesia (Kadin), Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (BAPPENAS), staf ahli Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dan Ikatan Ahli dan Sarjana Indonesia di Jerman (IASI), yang diwakili oleh ketuanya Ferizal Ramli. Mereka didampingi Atase Pendidikan dan Kebudayaan (Atdikbud) KBRI Berlin Agus Rubiyanto dan Konsul Jendral RI di Frankfurt Wahyu Hersetiati.
Program padat delegasi dari Indonesia mengagendakan sejumlah pertemuan dengan lembaga-lembaga terkait di Jerman, baik pihak pemerintahan maupun swasta. Tujuan utamanya adalah menjajaki kemungkinan kerjasama bilateral, baik antar pemerintah maupun dengan pihak swasta, untuk memajukan Sekolah Kejuruan di Indonesia.
Kunjungan ke kota Bonn hari Selasa (28/06) antara lain mendatangi Kantor Federal Jerman untuk Edukasi Vokasi dan Kejuruan BIBB dan biro konsultan dan jasa Senior Experten Service (SES).
Jerman menjadi prioritas pemerintahan Presiden Joko Widodo untuk menjadi mitra utama dalam upaya penggalangan infrastruktur pendidikan vokasi di Indonesia yang selama ini dilakukan oleh sekitar 13.000 Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Indonesia.
Alasannya, Jerman adalah salah satu negara industri dunia yang mengutamakan pembangunan Sumber Daya Manusia melalui pendidikan vokasi tingkat menengah (Berufsschule) sampai tingkat perguruan tinggi (Fachhochschule).
Dalam rangka kunjungan ke kantor SES di Bonn, Mendikbud Anies Baswedan kembali menjelaskan, Jerman dianggap mitra yang istimewa karena situasi khusus, di mana para pemangku pendidikan vokasi bekerja saling mendukung, baik Asosiasi Pengusaha, Serikat Tenaga Kerja, Pemerintahan Daerah maupun Pemerintahan Federal.
Kesadaran pentingnya membangun infrastruktur dan mencetak tenaga kerja berkualitas demi kesejahteraan yang adil, itulah rupanya pertimbangan utama dibalik prakarsa pemerintahan Jokowi untuk menggandeng Jerman dalam mendorong kebangkitan pendidikan vokasi di Indonesia dalam waktu sesingkat-singkatnya.
Mendikbuid Anies Baswedan mengakui, Indonesia baru berada pada tahap awal membuat konsep yang terpadu. Selain itu, sistem edukasi vokasi di Jerman tentu tidak bisa begitu saja ditiru lalu diterapkan di Indonesia. Perlu dilakukan penyesuaian sesuai dengan karakter, kondisi dan situasi di masing-masing negara. Tapi Indonesia ingin bergegas menyiapkan tenaga kerja berkualitas yang mampu bersaing di era pasar global.
"Kami sedang melakukan reformasi menyeluruh dalam sistem pendidikan vokasi, baik kurikulumnya, maupun durasi pendidikannya. Untuk itu, kami perlu ahli pendamping, yang punya pengalaman menyusun kurikulum dan kerangka regulasinya," kata Mendikbud Anies Baswedan.
"Dan kami bertekad melakukan itu sesegera mungkin. Kunjungan kami ke sini adalah tindak lanjut dari pertemuan Presiden Joko Widodo dengan Kanselir Angela Merkel dua bulan lalu. Kami tidak hanya ingin melaksanakan satu proyek kerjasama, melainkan membentuk payung kerjsama untuk berbagai macam bidang. Ini bukan proyek yang berjangka satu atau dua tahun, tapi kerjasama yang punya cakupan jangka panjang", lanjut Mendikbud.
Pihak SES yang diwakili wakil direktur Bettina Hartmann dan stafnya, menegaskan kesediaan dan kemampuan pihaknya untuk mengirim tenaga-tenaga ahli senior dari Jerman dalam berbagai bidang. Namun Hartmann juga menekankan, Indonesia tentu akan membutuhkan kerjasama dengan banyak pihak "pada level yang lebih tinggi " dalam mengembangkan konsep dan infrastruktur edukasi vokasi bagi negara yang berpenduduk lebih 200 juta orang.
SES sendiri adalah lembaga konsultan swasta berbentuk perseroan terbatas, yang mendapat bantuan dana dari pemerintah maupun kalangan industri Jerman, dan hingga kini sudah mengirim sekitar 30.000 tenaga ahli dan pembimbing vokasi ke berbagai penjuru dunia.
Pertemuan yang berlangsung dalam suasana optimis diakhiri dengan komitmen, bahwa Indonesia akan mengidentifikasi kebutuhan tenaga pendidik vokasi yang dibutuhkan lalu mengirim daftar permintaan, kemudian pihak SES akan segera mengantisipasinya. "Kami bisa mengirim tenaga ahli dalam waktu satu bulan setelah permintaan masuk", kata Hartmann.
Ditanya apa saja kesan ahli SES yang pernah dikirim ke Indonesia, Hartmann menjawab, kebanyakan pembimbing senior yang kembali dari Indonesia menceritakan, mereka diperlakukan dengan sangat baik dan mereka senang dengan suasana di Indonesia. "Kami memberi mereka peluang untuk tersenyum lebih banyak", katanya.
Suasana lebih ceria muncul ketika di akhir pertemuan, delegasi Indonesia bertanya apakah SES bisa mengirim ahli pelatih sepakbola, misalnya pelatih timnas Jerman Joachim Löw kalau sudah pensiun, untuk memperkuat sepakbola Indonesia.
Dari Bonn, delegasi Indonesia yang dipimpin Mendikbud Anies Basewan melanjutkan perjalanan ke Hamburg dengan kereta api.