Mengenal Islam di Jerman
Para intelektual Muslim muda Indonesia mendapat kesempatan menilik lebih dekat kehidupan umat Islam di Jerman. Ada sekitar 4,7 juta warga Muslim yang hidup di negeri itu. Ikuti jejak perjalanan mereka berikut:
"Life of Muslims in Germany"
Ada 14 orang yang mengikuti program wisata belajar yang digagas Goethe-Insitut dan Universitas Paramadina itu. Selama dua pekan, para peserta diajak merasakan seperti apa kehidupan umat Muslim dan mengenal sejarah Jerman lebih dekat. Para peserta memiliki latar belakang yang beragam, mulai dari dunia akademisi, seperti dosen/peneliti, guru pesantren & mahasiswa, dan pekerja industri kreatif.
Menelisik Sejarah Jerman
Perjalanan mereka dimulai di Berlin, dimana para peserta diperkenalkan lebih dahulu dengan sejarah dan politik Jerman. Oki Setiana Dewi (foto) berada di salah satu lokasi tembok yang dulu memisahkan Jerman Barat dan Timur. Bintang film reliji ‘Ketika Cinta Bertasbih" yang juga merupakan kandidat doktor Pendidikan Agama Islam tersebut memperlihatkan seperti apa penampakan Tembok Berlin dulu.
Jejak Islam di Jerman
Museum Seni Islam pada kompleks museum Pergamon Berlin ini menjadi salah satu tempat yang berkesan bagi para peserta. Di tempat ini para peserta turut menikmati koleksi karpet Ottoman dari Persia. Tak hanya seni dari Persia, museum yang didirikan tahun 1904 itu juga menyimpan koleksi peninggalan peradaban kuno dari Suriah dan Arab.
Keliling Jerman
Tak hanya di Berlin, para peserta juga berkesempatan mengunjungi beberapa universitas di Jerman yang memiliki Program Studi Islam. Dengan menggunakan kereta cepat, para peserta berangkat dari Stasiun Kereta Berlin menuju kota Göttingen dan Frankfurt.
Laboratorium Ilmu Islam
Di Univesitas Göttingen, para peserta 'study-tour' mengunjungi Insitut Studi Arab dan Islam. Program studi ini menggali lebih dalam seluk beluk teologi dan filsafat Islam selama periode klasik serta sastra dan budaya Timur Tengah. Para peserta pun dapat langsung bertukar pikiran dengan Professor Fritz Schultze yang merupakan ahli Asia Tenggara, terutama Manuskrip Malay. (ed: ts/rzn)