Menggiatkan Ramadan yang Hijau
Di bulan Ramadan, alih-alih berkurang, volume sampah justru meningkat. Di Jakarta saja volume sampah meningkat 10 persen pada Ramadan 2018, menurut Dinas Lingkungan Hidup. Bagaimana agar Ramadan kita bisa lebih hijau?
Jangan lapar mata
Ketika sahur dan buka puasa, upayakan makan dengan porsi secukupnya sehingga tidak ada makanan yang tersisa dan harus dibuang. Parongpong Recycle and Waste Management mengatakan bahwa kebanyakan sampah di bulan Ramadan berasal dari kemasan makanan serta makanan yang tidak habis. Makan berlebihan bukan hanya tidak baik untuk lingkungan, tapi juga tidak baik untuk kesehatan tubuh.
Katakan tidak pada kemasan sekali pakai
Hindari penggunaan plastik atau kemasan sekali pakai. Ketika membeli takjil atau hidangan berbuka puasa, kita bisa bawa wadah sendiri, jadi makanan tidak perlu dibungkus menggunakan styrofoam atau gelas plastik. Selain membantu menjaga lingkungan, kebersihan wadah yang dibawa sendiri pun terjamin.
Kemasan ramah lingkungan
Jika harus membeli makanan dengan kemasan, pilih yang dibungkus dengan kemasan ramah lingkungan. Banyak produk makanan yang kini dibungkus bukan dengan plastik, melainkan dengan daun pisang atau bahan lain yang "biodegradable" atau bisa hancur di alam.
Hemat air ketika berwudu
Di bulan suci, banyak umat Muslim menunaikan ibadah yang dianjurkan seperti solat sunah. Frekuensi berwudu yang biasanya lima kali sehari menjadi lebih sering. Menghemat air dalam berwudu juga bisa menjadi cara menjalani Ramadan yang lebih hijau. Jangan biarkan kran air terus menyala dan ambil air secukupnya (dua tangkup tangan) untuk membasuh.
Kampanyekan ide Ramadan hijau
Perubahan untuk lingkungan yang lebih baik harus dimulai dari diri sendiri. Kita bisa sebarkan ide Ramadan hijau kepada teman dan keluarga. Di saat buka puasa bersama teman-teman misalnya. Ajak semua orang untuk membawa wadah sendiri, menghindari kemasan plastik dan meminimalisasi sampah.(na/hp)