Menguak Potensi Hewan Laut Teritip Melalui Taksonomi Integratif
Penelitian tentang teritip (Cirripedia) di Indonesia masih sangat minim. Padahal organisme laut kosmopolit ini mempunyai banyak potensi yang bisa dikembangkan untuk bidang kedokteran atau teknik.
Menyusun taksonomi integratif dan sistematik teritip
Di Pusat Biodiversitas Museum Ilmu Alam Berlin Pipit Pitriana meneliti teritip Indonesia untuk membuat sebuah database yang bisa menjadi landasan untuk mengembangkan berbagai potensi yang dimiliki organisme laut ini, misalnya sebagai lem alami atau indikator perubahan iklim.
Mengumpulkan sampel di Kepulauan Maluku
Semenjak bertugas di LIPI Ambon, Pipit sudah tertarik dengan teritip dan mengumpulkan sampel-sampel untuk penelitiannya di pulau Ambon, Seram, Saparua, Banda, Pumbo. Dengan sekret yang sangat lengket, teritip dewasa menempel ke segala permukaan dan menetap disana seumur hidupnya. Sekret lengket ini adalah lem alami yang terkuat di dunia dan berpotensi untuk digunakan dalam kedokteran gigi.
Sampel teritip Indonesia
Sekitar 2000 sampel dibawa Pipit ke Berlin dan sampai sekarang sudah ditemukan lebih dari 100 jenis yang berbeda. Untuk melengkapi sampel yang diambil di perairan dangkal, Pipit juga meminjam sampel teritip Indonesia yang diambil dari kedalaman 1200 meter di bawah permukaan laut yang disimpan di Muséum National d’histoire Naturelle in Paris.
Meneliti morfologi
Observasi awal dilakukan dengan mengamati pola dan warna cangkang, lalu membedah badan lunak di bawah mikroskop stereo untuk dibuat obyek preparat dari umbai dan mulut teritip, yang merupakan karakter kunci dari menentukan jenis teritip.
Analisa data molekuler
Setelah sel diekstraksi, DNA diamplifikasi dan diisolasi menggunakan sistem robotik yang lebih hemat waktu dan lebih bebas kontaminasi. Sekuensing DNA kemudian dilakukan di laboratorium di Belanda. Analisa DNA dilakukan untuk membuat pohon kekerabatan dari berbagai jenis teritip dan mengetahui asal muasalnya.
Dokumentasi untuk database teritip
Cangkang dan obyek preparat dari sampel-sampel teritip lalu didokumentasikan di ruang mikro dan makrofotografi. Penelitian ini bertujuan untuk membentuk sebuah basis data untuk teritip Indonesia, yang sampai sekarang masih belum ada dan nantinya bisa digunakan sebagai penelitian lebih lanjut, seperti sebagai indikator perubahan iklim atau pembudidayaan sumber makanan eksotis.
Meneliti di Museum für Naturkunde Berlin
Museum Ilmu Alam Berlin bukan hanya merupakan tujuan wisata, melainkan salah satu institusi penelitian terpenting bagi para ahli biologi. Lebih dari 30 spesimen disimpan disini dan ratusan peneliti dari lebih dari 50 negara melakukan riset disini. Sejak tahun 2012 museum ini bekerja sama dengan LIPI untuk meneliti keanekaragaman hayati Indonesia. (Ed: yp)