Menimba Untung dari Imigrasi Tenaga Kerja
7 Mei 2012Peringatan terdengar dramatis. Bank Dunia memperkirakan, setiap tahunnya Afrika kehilangan 23.000 orang muda berkualifikasi tinggi. Tendensi berkurangnya tenaga kerja berkualifikasi tinggi disebut "braindrain". Peneliti dari Kanada memperhitungkan, negara-negara di sebelah selatan Sahara menderita kerugian sekitar dua milyar Dolar per tahun akibat imigrasi para dokter ke negara lain. Dana tersebut sebelumnya diinvestasikan dalam pendidikan mereka.
Tentu saja perhitungan itu tidak tepat sepenuhnya. Karena sebagian uang yang diperoleh imigran di luar negeri, mengalir kembali ke tanah air dalam bentuk dukungan finansial bagi keluarga dan teman. Dan jika diingat, bahwa transfer uang tersebut diperkirakan mencapai jumlah dua kali lipat dari bantuan pembangunan yang berasal dari negara-negara industri maju, berarti jumlahnya sangat besar.
Kembali ke Tanah Air
Di samping itu, sebagian dari imigran berkualifikasi tinggi kembali ke tanah air mereka setelah beberapa tahun, untuk bekerja atau untuk menanam uang yang diperoleh dari pekerjaan di luar negeri. Itu disebut migrasi sirkuler. Di sinilah diterapkan strategi anti "braindrain".
Salah seorang pakar yang merumuskan strategi itu adalah Stefan Angenendt dari Yayasan Ilmu Pengetahuan dan Politik. Ia memperhatikan tren sejak beberapa tahun lalu, bahwa semakin sedikit imigran yang tinggal di Jerman untuk waktu lama. Semakin banyak dari mereka kembali ke negara asal setelah beberapa waktu, atau berpindah-pindah secara teratur antara negara asal dan Jerman.
Angenendt mengatakan, itu diakibatkan semakin mudahnya imigrasi. Perjalanan pulang kini tidak terlalu mahal. "Banyak jaringan terbentuk, yang menyebabkan imigrasi untuk waktu terbatas dapat dilakukan dengan mudah, karena orang sudah punya kenalan di negara tujuan.“Demikian dijelaskan Angenendt.
Migrasi Sirkuler
Tetapi untuk itu, peraturan di Jerman dan negara-negara lain bagi orang-orang berkualifikasi tinggi yang ingin berimigrasi terlalu kaku. Misalnya, batas waktu untuk meninggalkan Jerman harus lebih fleksibel, demikian dituntut Angenendt. Selain itu, mereka yang ingin kembali ke negara asal memerlukan lebih banyak dukungan daripada yang diperoleh sekarang. Yaitu konsultasi lebih baik dan program bantuan lebih baik, agar dapat membangun eksistensi baru di negara asal.
Tujuan migrasi sirkuler adalah tiga keuntungan, demikian dijelaskan Gunilla Finke, Kepala Dewan Pakar pada Yayasan Jerman untuk Integrasi dan Migrasi. Dalam situasi ideal, pertama-tama imigranlah yang mendapat keuntungan. Finke menambahkan,
"Imigran mendapat penghasilan lebih tinggi daripada di negara asal. Ia dapat menambah pendidikan, dan akhirnya memperoleh kualifikasi lebih tinggi. Di Jerman ia tentu juga dapat mengadakan kontak dengan orang-orang, yang akan membantunya jika ia kembali ke negara asal."
Selain imigran, Jerman juga mendapat keuntungan. Karena imigran membawa kualifikasi yang dibutuhkan di Jerman. Pihak ketiga yang memperoleh keuntungan dari migrasi sirkuler adalah negara asal, karena imigran kembali ke tanah air dengan kualifikasi lebih baik dan pengalaman kerja lebih banyak.
Perusahaan Ingin Tenaga Ahli
Dalam teorinya itu terdengar mudah, tetapi dalam prakteknya tidak demikian. Finke menjelaskan, "Secara de facto, tiga keuntungan itu tidak mudah dilaksanakan. Terutama soal kebutuhan tenaga kerja di Jerman, apalagi yang berkualifikasi tinggi, tidak dapat dipenuhi oleh banyak negara. Dari banyak negara, yang ingin berimigrasi adalah orang-orang yang berkualifikasi rendah atau menengah. Sedangkan Jerman ingin kualifikasi tinggi. Itu tidak sesuai.“
Selain itu, sampai saat ini belum ada yang bisa mengajukan resep, cara mendorong migrasi "triple win" tersebut secara terarah. Jadi yang ada hanya berbagai program yang bertujuan berbeda dan tidak teratur. Itu bisa mulai dilihat dari tuntutan tentang pendidikan. Banyak negara memberikan kredit dengan bunga rendah atau tanpa bunga sama sekali, untuk berkuliah misalnya di Eropa atau AS. Tetapi calon mahasiswa harus kembali ke negara asal. Berbagai ide juga dapat ditemukan dalam sejumlah besar program studi yang ditawarkan Uni Eropa. Program-program itu mendukung tukar-menukar mahasiswa dan ilmuwan dari berbagai bidang pekerjaan, untuk waktu terbatas.
Dukungan terarah bagi migrasi sirkuler juga sulit dilaksanakan, karena di Jerman banyak kepentingan yang ikut mempengaruhi. Banyak politisi Jerman ragu-ragu untuk menurunkan halangan bagi imigrasi, karena mereka takut tidak mendapat banyak dukungan dalam pemilihan umum. Karena mereka tahu, banyak orang Jerman takut kehilangan pekerjaan mereka. Sebaliknya, pengusaha menuntut dipermudahnya peraturan imigrasi bagi orang asing berkualifikasi tinggi, karena banyak perusahaan menghadapi kesulitan besar untuk menemukan pakar. Tetapi banyak pengusaha hanya ingin mempekerjakan orang asing untuk waktu terbatas, tidak untuk jangka panjang.
Klaus Dahmann / Marjory Linardy
Editor: Christa Saloh