Menjaga Kebugaran, Rileks dan Berpesta
28 September 2013Secara fisik, kuliah berarti banyak duduk. Baik saat mengikuti perkuliahan, seminar dan di perpustakaan. Tidak mengherankan banyak mahasiswa yang ingin melakukan gerak badan di saat waktu luang. Seperti Kevin, berusia 22 tahun, mahasiswa jurusan teknik informatika. Saat waktu luang satu kali dalam satu minggu bersama teman-temannya ia latihan Ninjutsu. „Saya ikut Ninjutsu untuk tetap sehat. Sekalian kenalan dengan orang lain“.
Ninjutsu adalah jenis olah-raga bela diri asal Jepang dan termasuk satu diantara 800 kursus olah-raga yang ditawarkan di universitasnya.
Lucia, mahasiswi teknik industri berusia 25 tahun juga memilih salah satu kursus olah-raga yang ditawarkan di universitas. Di seberang ruang olah-raga Ninjutsu, Lucia naik turun „stepbank“ di depannya mengikuti irama lagu kencang technobeat. „Kami di sini menjaga kebugaran tubuh dengan mengikuti step dance. Ini bagus untuk mengimbangi kuliah dan kerja sambilan saya.“
Olah-raga murah
Menjadi anggota di sebuah klub olah-raga biayanya cukup mahal. Sementara di universitas relatif murah. Karena itu, banyak mahasiswa yang mencoba berbagai jenis olah-raga, tutur Ute Ulm dari Pusat Olah-Raga di Universitas. „Ada beberapa mahasiswa yang setiap semester mencoba satu jenis olah-raga lain, mulai dari yudo sampai bola basket hingga menari“.
Mahasiswa Jerman memang gemar beraktivitas gerak badan saat waktu luang. Olah raga di universitas tidak menyasar prestasi, melainkan benar-benar olah-raga waktu luang. Di sini yang terpenting adalah bersenang-senang dan menjaga kebugaran. „Kursus yang kami tawarkan juga dimanfaatkan oleh mahasiswa asing, karena di sini mereka lebih mudah kenalan dengan orang lain“, jelas Ute Ulm.
Pada musim panas para mahasiswa tidak lagi melakukan aktivitas di gedung olah-raga atau studio kebugaran, akan tetapi di alam. Dimana tepatnya, tergantung kotanya. Bisa di pinggiran sungai seperti sungai Isar di München, atau di pantai Laut Baltik bagi mahasiswa di Rostock atau di taman raya seperti di Berlin.
Keluar mencari udara segar!
Saat hari panas lapangan rumput di Taman Raya Friedrichshain di Berlin tidak nampak lagi karena dipenuhi tilam. Banyak yang hanya mengenakan bikini berjemur di bawah terik matahari agar kulitnya berwarna kecoklatan. Bagi banyak mahasiswa asing, fenomena ini jadi gegar budaya pertama. Yang lainnya hanya sekedar duduk-duduk menikmati cuaca bagus.
Di taman itu nampak seorang mahasiswa yang duduk termenung sendiri di bangku taman. Beberapa meter di sampingnya terlihat satu kelompok yang terdiri dari 20 orang sedang menebarkan beberapa tilam penutup di atas rumput. Mereka akan berpesta.
Ada satu hal yang tidak boleh tertinggal jika bersantai di taman saat hari panas yaitu alat pemanggang. Setiap orang membawa sesuatu untuk meramaikan acara barbeque. Ada yang membawa selada, sosis dan tentu tidak ketinggalan alat panggangan dengan arang kayu. Alberto dari Meksiko senang dengan acara barbeque di sore hari seperti ini. „Di Meksiko tidak ada kebiasaan seperti ini. Ini harus kami contoh.“
Masuk diskotek!
Agar akhir pekan sempurna tentu ada pesta di malam hari. Setiap kota mahasiswa memiliki ritme hari-hari pesta sendiri. Di kota kecil umumnya pada hari Kamis. Karena akhir pekan mahasiswa pulang kampung. Terkadang, jika kotanya sangat kecil, tidak ada kegiatan apapun, sehingga mahasiswa terpaksa mengadakan pesta sendiri.
Di kota-kota besar seperti Berlin tempat berpesta mahasiswa amat banyak, tutur Lucia. Acara dia di akhir pekan: „sekitar jam enam saya bertemu dengan teman-teman. Kemudian kami pergi minum-minum, bertemu dengan teman-teman lain dan menjelang tengah malam kami pergi ke klub.“
Memang betul diskotek-diskotek di Berlin baru mulai penuh saat larut malam. Sebelum tengah malam diskoteknya sepi. Sedangkan di kota mahasiswa lain, pada jam itu pesta sudah mencapai puncaknya atau bahkan mulai mendekati saat bubar. Meskipun ritmenya berbeda-beda, di setiap kota mahasiswa ada saat untuk bermalas-malasan dan bersenang-senang.