Menyelamatkan Hutan Rimba di Siberia Timur
21 Juli 2011Banyak demonstran datang ke kota Lutshergorsk di Siberia timur dengan mengenakan pakaian tradisionalnya. Mereka dengan nyaring menuntut pemerintah untuk melindungi hutan rimba di lembah Bikin dan melarang penebangan pohon.
"Hidup kami semua berhubungan erat dengan hutan. Kami hidup dari berburu dan menangkap ikan. Jika semua pohon ditebang, kami akan kelaparan, karena binatang pasti akan pergi," demikian Wasilij Kantshjuga menyatakan keputusasaannya. Ia termasuk penduduk asli daerah itu. Kelompok etnis Udegen dan Nanai hidup bersama dan dari alam sejak ratusan tahun lalu.
Satwa Langka
Di daerah hutan di lembah sungai Bikin tumbuh sangat banyak pohon tusam jenis "Korea" yang sangat jarang ditemukan. Hutan-hutan itu juga menjadi tempat hidup harimau Amur yang jumlahnya sudah sangat sedikit di dunia. Hutan rimba itu adalah paru-paru hijau, yang menurut para pakar, mengikat lebih dari 48 juta ton karbon dioksida. Semua itu menyebabkan UNESCO menempatkan hutan rimba itu dalam daftar nominasi warisan alam dunia.
Para pelindung lingkungan dari WWF menyewa sebagian hutan itu guna menjaga kelestariannya. Departemen lingkungan hidup Jerman mendukung upaya pelestarian alam lembah Bikin dengan bantuan dana lebih dari 2,5 juta Euro dari Bank Pembangunan KFW. Aktivis lingkungan Iwan Rogov tetap mengeluh, "Di selatan dan di timur jauh hutan-hutan sudah ditebang. Yang di utara juga sudah gundul. Yang ada tinggal sebagian kecil ini, dan inipun akan dimusnahkan!"
Pemerintah Rusia menempatkan daerah cagar alam itu di daftar prioritas untuk proyek-proyek investasi. Pemerintah juga merencanakan untuk memberikan ijin guna atas lahan hutan itu. Perusahaan kayu Rusia, Les Export melihat kesempatan untuk berbisnis dan mengajukan permohonan kepada pemerintah. Perusahaan itu menjanjikan pekerjaan-pekerjaan baru. Katanya mereka juga akan membuat jalan-jalan dan sekolah-sekolah bagi penduduk asli. Penggundulan pasti tidak akan terjadi, demikian janji Denis Kontradjuk, yang berwenang dari perusahaan itu. Yang ditebang hanya pohon berkayu baik untuk pembuatan lantai kayu. Penebangan juga akan diadakan di bawah pengawasan badan kehutanan.
Departemen Kehutanan Tidak Bisa Dipercaya
Tetapi penduduk asli dan aktivis lingkungan tidak percaya lagi kepada departemen kehutanan. Karena hampir selalu, lebih banyak pohon ditebang daripada yang diperbolehkan. Badan pengawasan biasanya menutup mata jika mendapat uang sogokan. Sistem yang kriminal ini terorganisir dengan baik.
Dalam sebuah wawancara yang direkam dengan diam-diam, kepala badan kehutanan di daerah Primorje mengatakan, kawasan itu tetap menjadi daerah cagar alam yang tidak boleh disewakan. Jika tidak, aktivis lingkungan akan melancarkan protes. Tetapi perusahaan tetap menebang hutan. Dalam bahasa administrasi itu disebut "perawatan hutan". Yang ditebang sekitar 30.000 sampai 50.000 hektar.
Jika hal itu terus berlangsung, di masa depan hutan akan habis, dan tidak ada harimau lagi di daerah itu. Tetapi semua itu tidak penting baginya, yang menentukan adalah jumlah uang sogokan. Kepala badan kehutanan di daerah Primorje itu menjelaskan lebih lanjut, jika sebagian hutan disewakan, maka perusahaan harus membayar ekstra bagi dirinya. Jadi ia tidak perlu melakukan apapun, tidak perlu bekerja, dan di umur 49 tahun orang sudah punya uang sejuta Dollar.
Tinggal Seperenam Hutan Masih Sehat
Dari helikopter, dampak pembalakan legal dan ilegal dapat terlihat. Wilayah-wilayah tandus tampak di daerah-daerah yang dulunya merupakan hutan campuran dan hutan cemara. Kadang orang dapat melihat pohon-pohon ek yang sudah tua, pinus jenis "Korea" dan sebagainya. Hanya tinggal seperenam dari kawasan hutan masih menjadi hutan rimba yang sehat dan asli. Demikian dikatakan Sergej Aramlijev dari WWF.
Ia menjelaskan, "Dari atas hutan tampaknya bagus. Tetapi jika orang masuk ke dalamnya akan segera terlihat bahwa pohon-pohon yang ada tidak berkualitas tinggi. Pohon-pohon itu tidak berbuah. Tidak ada kayu muda. Dengan demikian jenis hewan berkuku tidak dapat menemukan makanan. Mereka tidak dapat berkembang dengan baik lagi, dan itu berdampak pada harimau. Jika tidak ada mangsa, harimau juga tidak ada."
Akibat aksi protes yang gencar, badan-badan pemerintah akhirnya membekukan untuk sementara rencana pemberian ijin guna hutan. Rencana pelelangan lahan hutan secara mengejutkan dibatalkan. Sekarang perusahaan kayu akan menuntut haknya di pengadilan. Dengan cara itu, perusahaan tersebut telah berhasil memperoleh hak untuk menebang di pinggiran kawasan lembah Bikin. Dan itu tidak merugikan citra badan kehutanan.
Christina Nagel / Marjory Linardy
Editor: Ayu Purwaningsih