Menyelamatkan Kanguru Pohon Langka
5 Juni 2014Selama lebih dari satu dekade, Jean Thomas dan suaminya, Jim Thomas, bermukim di hutan pegunungan terpencil di Papua Nugini.
Keduanya penjaga kebon binatang yang terlatih, mereka meninggalkan Australia tahun 2002 untuk bergabung dengan Aliansi Konservasi Tenkile (TCA) - dan memulai misi untuk menyelamatkan spesies kanguru pohon yang tidak terlalu dikenal, Tenkile, yang terancam punah.
"Pada tahap itu kami tidak tahu apa-apa tentang Papua Nugini," tutur Jean Thomas. "Kami harus mendaki gunung dan mencoba meyakinkan warga setempat untuk berhenti memburu kanguru pohon, yang telah mereka buru selama ribuan tahun."
Tenkile adalah satu dari 17 spesies kanguru pohon yang bisa ditemukan di Papua Nugini. Baru diketahui oleh para ilmuwan barat tahun 1989, spesies ini hidup di wilayah seluas 125 hektar di sekitar pegunungan Torricelli di bagian timur laut Papua Nugini. Secara tradisional dianggap sebagai tangkapan berharga bagi pemburu lokal, dan tertekan akibat naiknya populasi manusia, pada tahun 2004 jumlah Tenkile menyusut menjadi 100 ekor, membuatnya salah satu spesies yang paling terancam punah di planet bumi.
Mengubah pemburu menjadi pencinta satwa
"Tugas kami adalah mencoba mengubah pemburu menjadi pencinta hewan, untuk membuat mereka cukup peduli untuk membatasi perburuan sehingga jumlah spesies tersebut punya kesempatan untuk mulai meningkat lagi," ujar Jean Thomas kepada DW di Melbourne.
Satu dekade kemudian, berkat TCA, jumlah Tenkile berlipat ganda dan hewan ini tidak lagi terancam punah dalam waktu dekat - meski statusnya masih terancam.
TCA menolak kebijakan konvensional yakni program pengembangbiakan dalam kandang, yang mengembangbiakan hewan dan kemudian dilepas ke alam bebas. Namun TCA memilih untuk bekerja dengan komunitas lokal untuk mengatasi penyebab utama merosotnya jumlah spesies.
"Kami mengembangkan lagu seputar budaya lokal dan identitas spesies itu," ungkap Jean Thomas. "Kami banyak membuat program drama; kami menciptakan acara radio dan pertunjukan boneka sebagai cara untuk memeluk generasi muda dan komunitas, lengkap dengan semua spesies lokal dan lingkungannya," tambahnya.
Memperkenalkan sumber protein alternatif
Sebagai tambahan untuk membuat warga berempati pada Tenkile, pendekatan praktis yang dilakukan adalah menyediakan sumber protein alternatif, papar Jean Thomas.
TCA memperkenalkan kelinci, ayam dan ikan sebagai sumber protein alternatif, dan juga menggelar rencana ambisius untuk membawa tangki-tangki air ke pedesaan yang berada di puncak. Hingga kini TSA telah mendirikan sekitar 250 tangki air dan 250 toilet di desa-desa pegunungan Torricelli.
Sejumlah gambar menakjubkan dari film dokumenter Into the Jungle, yang disutradarai Mark Hanlin, memperlihatkan warga desa melewati jalan-jalan berlumpur dan sungai membawa tangki air besar, berkarung-karung semen dan besi bergelombang di atas bahu. Gotong royong menyatukan warga.
Air bersih untuk meredam penyakit
Suplai air bersih yang dapat diandalkan berhasil mengurangi penyakit, meluangkan waktu dan energi perempuan setempat yang dulunya harus berjalan jauh untuk mendapatkan air, dan memungkinkan TCA untuk bekerja dalam memperbaiki higienitas. Selain proyek air bersih dan sanitasi, TCA juga membangun sebuah pusat riset hutan hujan, dan melatih warga mengenai manajemen lahan dan keaksaraan.
Sejak tahun 2002, proyek penyelamatan Tenkile telah tumbuh menjadi proyek bercabang mulai dari konservasi, kesehatan, sanitasi dan pendidikan. Jim Thomas mengungkapkan bahwa pemerintah Papua Nugini menginginkan TCA untuk memperluas programnya ke 50 hingga 200 desa. "Ini semoga berarti kami akan mampu melindungi sedikitnya 180.000 hektar hutan hujan tropis di wilayah pegunungan."