100112 Arabische Liga Syrien
11 Januari 2012Presiden Suriah Bashar al-Assad tak tertarik pada misi Liga Arab. Tidak heran,apa yang dirumuskan Liga sebagai tujuan misi, berlawanan dengan kepentingan rejim.
Para pemantau dari negara-negara Arab harus mengawasi penarikan pasukan pemerintah dari kota-kota Suriah dan pembebasan tahanan politik. Namun kontiribusi utama misi adalah mengakhiri kekerasan antara rejim dan oposisi.
Kekerasan berlanjut
Sejauh ini mereka tidak berhasil. Sejak para pemantau tiba di Suriah dua pekan lalu, rejim tetap menghadapi para penentang dengan segala cara, seperti sebelumnya. Menurut aktivis HAM, akhir pekan lalu saja lebih dari 50 orang tewas, termasuk anak-anak. PBB memperkirakan, lebih dari 5.000 orang tewas akibat kekerasan sejak dimulainya aksi protes massal, Maret 2011.
Minimnya keberhasilan para pemantau dalam meredam kekerasan di Suriah punya alasan, kata Anja Zorob. Dosen pada Pusat untuk Politik Timur Tengah dan Afrika Utara di Universitas Bebas Berlin ini mencermati situasi di Suriah.
"Pimpinan Suriah tidak pernah menganggap serius misi ini", kata Zorob. "Assad memandangnya sebagai tindakan untuk mengulur waktu."
Misi gagal?
Karena itu juga wakil gerakan protes Suriah menyatakan misi pemantau gagal. Pertumpahan darah di Suriah berlanjut, misi Liga Arab tak berdampak apa-apa. Laporan sementara yang disampaikan Liga pada Minggu (08/01) dikritik oposisi terlalu samar. Mereka menuduh pemantau hanya menjadi kedok bagi rejim Assad dan menutupi kenyataan yang berlepotan darah.
"Kalangan oposisi sudah kehilangan kepercayaan terhadap
Liga Arab", kata jurnalis dan pengamat Timur Tengah Ulrich Tilgner. Negara-negara anggota Liga Arab tak satu suara menyangkut Suriah. Kebalikan dari negara-negara Teluk yang kaya minyak, yang memposisikan diri berseberangan dengan Assad, negara-negara seperti Sudan mengupayakan kompromi dengan rejim Suriah.
"Negara-negara Teluk mendanai oposisi dalam jumlah besar dan mendukung mereka", kata Tilgner. "Sebaliknya, baik Sudan maupun militer di Mesir tidak ingin kejatuhan Assad terjadi dalam waktu dekat, karena dapat menjadi isyarat bagi perkembangan di negara mereka sendiri."
Integritas ketua tim
Pemimpin tim Liga Arab, Jenderal Mohammed Mustafa Ahmed al Dabi dari Sudan, yang banyak memuji rejim Assad, membuat berang oposisi. Penunjukan ia sebagai ketua tim pemantau saja sudah memicu kritik. Al Dabi adalah orang kepercayaan Presiden Sudan Omar al Bashir, yang diburu oleh mahkamah internasional dengan tuduhan melakukan kejahatan perang di Darfur.
Sejak awal Al Dabi merupakan kandidat hasil kompromi untuk memimpin delegasi Arab. Suriah berkali-kali menolak wakil dari negara lain.Tampaknya rejim di Damaskus tidak mau menerima siapapun yang dekat dengan negara-negara seperti Arab Saudi atau Katar, yang mendesak agar sanksi dijatuhkan bagi Suriah.
Kritik dari Assad
Presiden Assad memanfaatkan secara ganda perpecahan di Liga Arab. Di satu pihak ia tampaknya tidak harus mengkuatirkan berlanjutnya misi di bawah kepemimpinan Al Dabi. Di pihak lain, ia menawarkan kesempatan pada negara-negara seperti Sudan untuk mengkritik Liga Arab.
Dalam pidatonya kepada publik, Selasa (10/01), yang pertama dalam tujuh bulan terakhir, Assad mempertanyakan bagaimana negara-negara yang sendirinya memiliki masalah berat, harus mengajari Suriah tentang demokrasi.
Sepekan menjelang berakhirnya misi pemantau, Liga Arab tampaknya tidak dapat mencapai sasarannya. Tetapi bagi Anja Zorob bukan berarti misi tersebut gagal.
"Mungkin misi tidak mencapai sasaran dan bersama itu penegasan bahwa pemerintah Suriah tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan, bahkan merupakan alternatif yang lebih baik", kata Zorob. Namun, apa kelanjutan dari skenario ini, masih belum jelas.
Anne Allmeling/ Renata Permadi