Montir Perempuan Ini Dobrak Budaya Patriarkis di Pakistan
26 Oktober 2018Uzma Nawaz adalah salah satu montir mobil perempuan pertama di Pakistan yang masyarakatnya cenderung konservatif.
Perempuan berusia 24 tahun ini telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mengatasi stereotip jender dan hambatan keuangan untuk mendapatkan gelar akademis di bidang teknik mesin dan menjaring pekerjaan di bengkel perbaikan mobil di kota timur Multan, Pakistan.
"Saya menganggapnya sebagai tantangan terhadap segala rintangan dan masalah keuangan keluarga saya," kata Nawaz kepada AFP. "Ketika mereka melihat saya melakukan pekerjaan semacam ini mereka benar-benar terkejut," ungkapnya.
Berasal dari kota kecil yang miskin di Dunyapur di provinsi Punjab, Pakistan timur, studi Nawaz bergantung pada beasiswa. Seringkali karena terbentur biaya saat menempuh ilmu, ia tak makan. Baginya yang penting mengejar gelar akademis.
Perjuangan panjang
Tidak mudah bagi perempuan di kawasan ia tinggal untuk bisa seperti dia. Para perempuan di Pakistan telah lama berjuang untuk hak-hak mereka menghadapi dominasi pria.
Para perempuan yang terutama hidup di daerah pedesaan sering didorong untuk menikah di usia muda dan mengabdikan diri sepenuhnya kepada keluarga. "Tidak ada kesulitan yang dapat mematahkan keinginan dan motivasi saya," tandas Nawaz dengan bangga.
Perjuangannya membuahkan hasil dengan mendapatkan pekerjaan tetap di sebuah dealer Toyota di Multan. Setahun bekerja, ia dipromosikan ke bagian perbaikan umum. Nawaz berpengalaman bekerja di bengkel dealer itu. Ia mengganti ban mobil yang bocor, memeriksa mesin mobil dan sejenisnya -- pemandangan yang awalnya mengejutkan beberapa pelanggan bengkel.
"Saya terkejut melihat seorang gadis muda mengangkat ban cadangan yang berat dan kemudian memasangnya pada kendaraan saat perbaikan," ujar seorang pelanggan bernama Arshad Ahmad yang kagum pada Nawaz kepada AFP.
Penghargaan dari rekan pria
Namun, semangat dan keahlian Nawaz telah membuat rekan-rekan terkesan. Mereka mengatakan Nawaz dapat melakukan hal yang lebih dari sekadar mempertahankan dirinya sendiri.
"Apa pun tugas yang kami berikan kepadanya, dia melakukannya seperti seorang pria dengan penuh kerja keras dan dedikasi," kata rekan kerjanya, M. Attaullah.
Nawaz juga berhasil meyakinkan orang-orang yang meragukan kemampuannya bekerja di lingkungan kerja yang didominasi laki-laki, bahwa ia mampu melakukan tugas-tugasnya. Mereka yang awalnya meragukan dia adalah termasuk anggota keluarganya sendiri.
"Tidak ada kebutuhan dalam masyarakat kami bahwa perempuan bekerja di bengkel-bengkel, tampaknya tidak baik, tetapi itu adalah semangat yang ia miliki," kata ayahnya, Muhammad Nawaz.
"Dia sekarang bisa memperbaiki mesin dan bisa bekerja dengan baik. Saya juga sangat senang," pungkasnya.
ap/hp (afp)