230109 Russland EGMR
24 Januari 2009Rusia harus membayar ganti rugi sebesar 234.000 euro kepada keluarga dari enam warga sipil yang diculik di Chechnya. Demikian keputusan terbaru Mahkamah HAM Eropa.
Selama perang terakhir dengan Chechnya, Rusia melancarkan apa yang disebut aksi pembersihan, dimana ke-enam pemuda Chechnya itu diculik tentara Rusia. Lima orang -empat diantaranya bersaudara kandung- seperti hilang dari muka bumi. Satu orang sisanya ditemukan dengan bekas-bekas penganiayaan di tubuhnya.
Awal Januari, hakim Mahkamah di Strasbourg menjanjikan uang ganti rugi antara 5000 dan 35.000 bagi kasus serupa, kepada keluarga dari 18 warga Chechnya yang dibunuh atau hilang.
Rusia bertanggungjawab bagi nasib para korban dan tidak berupaya menuntaskan kasusnya, demikian putusan hakim.
Alexander Tscherkassow dari organisasi hak asasi Memorial mengatakan, "Ini bukan hukuman dalam arti yang sebenarnya. Pengadilan di Strasbourg tidak menghukum pihak yang bersalah. Negara yang dihukum, karena melanggar hak asasi atau tidak menjamin perlindungan hak asasi."
Dengan lebih dari 26.000 pengaduan yang belum diputuskan, Rusia berada pada posisi puncak di Mahkamah HAM Eropa, di atas Turki dan Rumania.
Warga Rusia menuntut karena bahaya ekologi, kondisi yang tak tertanggungkan di penjara atau karena mereka merasa hak miliknya tidak terlindungi. Sejumlah warga Moskow misalnya, mengajukan tuntutan karena rumah mereka dijual oleh pemerintah kota Moskow kepada investor tanpa memperhatikan hubungan kepemilikan.
Dan semakin banyak warga Chechnya yang mengajukan tuntutan. Dalam lebih dari 80 kasus, Mahkamah HAM Eropa memutuskan Rusia bersalah atas pelanggaran hak asasi semasa perang.
Tscherkassov mengatakan, "Bagaimana reaksi Rusia? Moskow membayar penuntut dan menganggapnya semacam denda karena di Rusia tidak berlaku hukum. Sepengetahuan kami tidak ada satu kasuspun dimana Rusia menolak membayar. Terkadang prosesnya sangat lama, tapi uang denda tetap akan dibayarkan.“
Sama seperti organisasi hak asasi lainnya di Rusia, Memorial memberi dukungan kepada para penuntut dengan bantuan konsultasi hukum dan pengacara, tanpa memungut biaya. Beberapa puluh kasus sudah dimenangkan, kata Tscherkassov, tapi ia tidak tampak gembira.
Ia mengatakan, "Sayangnya itu semua tidak diikuti dengan perubahan sistem di Rusia. Cacatnya dibuka, tapi tidak memperbaiki diri. Kondisi penjara Rusia belakangan menjadi lebih baik, juga karena tekanan keputusan mahkamah Strasbourg. Tapi contoh ini lebih merupakan perkecualian daripada yang biasa terjadi."
Rusia menganggap motif politislah yang membuat negara itu kerap dikecam di Mahkamah Strasbourg. Mungkin karena itu, Rusia merupakan satu-satunya negara anggota Dewan Eropa yang memblokir reformasi mahkamah yang kelebihan beban itu.
Pada kunjungan di Straßburg tahun lalu, Kanselir Jerman Angela Merkel melontarkan teguran dengan kata-kata, "Kita tidak semestinya menghalangi reformasi Mahkamah HAM Eropa. Barang siapa melakukannya, berarti mengabaikan nilai-nilai bersama.“
Rusia sepertinya tidak membantah. (rp)