Chinesische Völkerwandung
11 Februari 2013Lelah dengan pusing kepala setiap harus mudik, tahun ini Ye Tao yang berusia 21 tahun memilih untuk melakukan sesuatu yang benar-benar radikal. Dari Guangzhou di bagian Selatan Cina, tempat ia menempuh studi, menuju kampung halamannya di Zhanjiang - berjarak 600 kilometer - ia lebih memilih untuk naik sepeda.
Butuh 5 hari untuk Tao mencapai tujuannya, namun ia lebih memilih moda transportasinya ketimbang berdesak-desakan di dalam bus atau kereta. "Dulu saya biasa naik kereta, tapi menjelang Imlek kereta benar-benar penuh - kerumunan orang dimana-mana. Kalau mau pergi ke kamar kecil, anda harus mengantre berjam-jam," ungkap Tao.
Migrasi massal terbesar di dunia kembali terjadi. Festival Musim Semi atau Tahun Baru Imlek adalah masa tersibuk dalam setahun, saat semua orang pulang kampung untuk bertemu keluarga dan teman. Namun bagi sistem transportasi publik Cina dan para pekerjanya, masa-masa ini adalah mimpi buruk yang terus berulang.
Migrasi massal
Dinas transportasi memprediksi sekitar 3,4 miliar perjalanan akan terjadi tahun ini antara 26 Januari dan 7 Maret, dengan tanggal 9 Februari sebagai hari terburuk - malam tahun baru pada kalender Cina. Sudah menjadi tradisi bahwa keluarga-keluarga besar dari berbagai penjuru negeri, bahkan luar negeri, untuk pulang kampung dan menggelar makan malam bersama. Pesta kembang api pada tengah malam juga tak ketinggalan untuk menandakan Tahun Baru. Tahun ini adalah tahun Ular.
Migrasi orang dalam skala besar mempunyai tiga sumber: sekitar 236 juta pekerja migran, menurut statistik resmi, yang meninggalkan kampung halaman demi mata pencaharian dan kehidupan yang lebih baik di wilayah Cina yang makmur, yakni kota-kota di bagian timur Cina. Lalu, ada para mahasiswa seperti Ye Tao yang ingin berada di rumah saat kumpul keluarga terpenting. Dan akhirnya, para turis: jutaan warga Cina yang kebanyakan bagian dari kelas menengah baru, berkembang dan sejahtera, yang mendapatkan hari libur selama 2 minggu dan menggunakannya untuk bepergian ke kampung halaman atau luar negeri.
Tentunya, upaya-upaya luar biasa sudah diambil untuk menaikkan kapasitas transportasi secara signifikan: angka resmi menyebutkan 2,6 juta bus jarak jauh dengan total 78 juta tempat duduk yang tersedia. Sebagai tambahan, layanan kereta nasional menyediakan sekitar 5.300 kereta jarak jauh setiap hari, sementara bandara-bandara memiliki 10.000 pesawat yang melayani setiap hari.
Fenomena baru
Meski begitu, jutaan pekerja migran berakhir tanpa tiket walau mengantre berjam-jam. Tiket perjalanan sudah terjual habis selang beberapa menit begitu dijual. Pemesanan lewat internet begitu sporadis karena server-server bermasalah akibat padatnya lalu lintas internet. Kekosongan diisi oleh pasar gelap. Tak peduli akan adanya denda berat kalau tertangkap, bisnis tetap marak.
Tsunami warga Cina yang haus bepergian adalah sebuah fenomena baru. Tiga puluh tahun lalu tidak ada istilah 'lalu lintas Tahun Baru Imlek.' Konsep ini baru dikenal untuk pertama kalinya oleh media massa Cina pada tahun 1986 saat muncul kritik mengenai perlakuan yang tidak adil terhadap pekerja migran. Mereka tidak diperbolehkan memiliki tempat tinggal resmi di kota-kota besar tempat mereka bekerja. Para pekerja migran harus meninggalkan keluarga mereka di kampung halaman - bukan hanya orangtua, tapi juga anak-anak - jelas profesor ekonomi dari Universitas Jiaotong di Beijing, Zhao Jian.
"Kalau kami tidak dapat memecahkan masalah kebutuhan ratusan juta warga Cina untuk pulang kampung setiap Tahun Baru, sistem transportasi kami tentunya akan benar-benar kelebihan beban. Masalahnya adalah urbanisasi," catatnya.
Urbanisasi Cina melaju dengan kecepatan super cepat. Hanya karena alasan ini saja, tidak banyak yang akan mampu memperbaiki situasi dalam jangka pendek - dan Ye Tao kemungkinan besar kembali bersepeda ke kampung halaman tahun depan.