Musim Panas Penuh Ketidakpuasan
15 Juli 2012“Warga menuntut keadilan sosial“ – demikian diteriakkan sekolompok remaja di Tel Aviv. Juga slogan-slogan musim panas tahun lalu terdengar kembali dalam aksi demonstrasi. Demonstrasi di Tel Aviv digelar untuk memperingati protes sosial yang berlangsung tahun lalu dan untuk menunjukkan bahwa gerakan mereka masih ada. Juga di Yerusalem, Haifa dan Beer Sheva digelar aksi semacam.
Jumlah demonstran memang lebih sedikit daripada yang diperkirakan. Namun suara mereka tidaklah menjadi lemah. Dikatakan seorang demonstran muda bernama Aya Schwedt. “Banyak warga yang jauh lebih aktif, setelah selama bertahun-tahun kita hanya diam saja dan tinggal di rumah dan merasa tertekan.“
Aksi Bakar Diri
Seorang demosntran lain mengatakan, “Saya pikir, untuk meraih keberhasilan, kita harus mengusung isu besar yang dihadapi masyarakat. Dimulai dengan diskusi mengenai pendudukan Israel. Mengenai prioritas di negara ini, di mana uang hanya diperuntukkan bagi tentara dan bagi apa saja yang berhubungan dengan keamanan, tentara, roket dan Iran.“
Tuntutan akan keadilan sosial memiliki banyak aspek dan banyak topik. Namun suasana demonstrasi kali ini berbeda. Usai demonstrasi, seorang pria menyiram tubuhnya dengan cairan mudah terbakar dan menyalakannya. Sebelum melakukan aksinya, pria berusia pertengahan 40 an ini meletakkan satu surat, mengungkapkan situasi sulit kehidupannya. Pria tersebut dilarikan ke rumah sakir dengan luka bakar parah.
Stav Shaffir juga turut ambil bagian dalam demonstrasi hari Sabtu (14/07). Wartawan dan aktivis muda ini merupakan salah seorang tokoh gerakan protes Israel. Ia adalah anggota satu kelompok kecil, yang pada bulan Juli 2011 mendirikan tenda-tenda pertama di Rothschild-Boulevard, Tel Aviv. Itulah awal dari protes musim panas di Israel. “Sejak itu telah terjadi banyak hal,“ dikatakan perempuan berusia 27 tahun ini. “Kami telah kehilangan kepolosan kami. Kami berpikir bahwa pemerintah akan mengambil tanggung jawab dan mengakui bahwa kesalahan telah dilakukan dan bahwa tiba saatnya untuk menuju arah baru. Namun ini tidak terjadi.“
Lebih Banyak Tekanan pada Politik
Tahun 2011, puluhan ribu warga Israel turun ke jalanan di kota-kota besar. Demonstrasi yang tadinya digelar untuk memprotes tingginya biaya sewa rumah dan biaya hidup berubah menjadi gerakan protes massa menuntut keadilan sosial. Aksi demonstrasi dengan mendirikan tenda-tenda warna-warni di Rothschild-Boulevard di pusat kota Tel Aviv mengundang simpati baik dari masyarakat Israel maupun internasional. Namun, dalam jajak pendapat yang dilakukan harian Haaretz, hanya 26 persen warga Israel yang berpendapat bahwa kondisi sosial mereka menjadi lebih baik setelah protes tahun 2011. Satu neraca yang tidak begitu menggembirakan, dianggap beberapa kalangan, dan menjadi alasan yang cukup kuat untuk kembali turun ke jalanan.
“Musim panas lalu adalah sesuatu yang magis,“ dikatakan Stav Schaffir. “Tapi kita tidak boleh mencoba untuk mengulangnnya. Sebaliknya kita harus mencoba strategi lain untuk mempengaruhi kebijakan politik. Kami pergi ke berbagai penjuru negeri untuk mendirikan kelompok yang peduli terhadap masalah sosial, yang bertujuan untuk mengatasi masalah sosial, seperti sistem kesehatan, pajak, lingkungan. Kita memerlukan darah baru dalam politik.“ Banyak warga muda tidak mempercayai politik lagi, dikatakan Schaffir, yang pada pemilu terakhir juga tidak tahu harus memilih siapa. “Saya ingin memilih seseorang, yang saya percayai.“
Gerakan Protes Baru
Demonstarasi menuntut keadilan sosial bukanlah satu-satunya aksi protes yang digelar Sabtu (14/07) di Israel. Di stasiun Arlozoroff Tel Aviv, demonstran lain mendirikan tenda militer. Demonstrasi yang diikuti lebih dari 20.000 orang ini menuntut keadilan militer. Seruan mereka adalah: tidak ada pengecualian bagi ultra Ortodoks dan wajib militer bagi setiap orang.
Boaz Nol sudah muak terhadap mereka yang terus mengelit dari wajib militer. Pria berusia 34 tahun ini telah menyelesaikan wajib militernya dan setiap tahun ia harus selalu siap untuk menjadi tentara cadangan yang ditugaskan selama satu sampai dua minggu di Angkatan Darat. “Di Israel terdapat wajib militer bagi setiap warga berusia 18 tahun, baik itu pria atau perempuan. Sayangnya, terdapat alasan politik yang membebaskan bagian masyarakat yang sangat relijius dari kewajiban ini. Dan bagi kami ini tidak adil,“ dikatakan Boaz Nol.
Juga Adi Cohen turut berdemonstrasi menuntut persamaan dalam wajib militer. Di bawah suhu udara yang menyengat, Adi Cohen mengumpulkan tanda tangan dari para pejalan kaki. Tiga dari empat anaknya telah menyelesaikan wajib militer, seorang diantaranya kini bekerja di militer. “Juga ultra ortodoks harus mengikuti wajib militer, juga anak-anak mereka, jika mereka sudah berusia 18 tahun. Setelah itu mereka bisa bekerja atau kuliah. Ini mungkin tidak benar, bahkan jika terdengar menyedihkan, bahwa di pemakaman militer hanya tergeletak mereka yang tidak relijius.“