Nikmati Makanan Bersama "Musuh"
Di Pittsburgh, AS, sebuah restoran sediakan makanan dari negara yang berkonflik dengan AS. Tujuannya: dorong rasa saling mengerti dalam berpolitik dan berbudaya. Tampilan depan restoran berubah sesuai perubahan menu.
Lebih dari Roti Putih
Di restoran 'Conflict Kitchen' (dapur konflik), orang bisa mencoba makanan dari berbagai negara yang mungkin dianggap musuh oleh AS. Proyek itu dimulai dengan titik berat Iran, dan menawarkan 'kubideh', kebab dari Iran. Tujuannya bukan hanya makanan enak, tapi juga pengertian politik lebih baik serta kesadaran budaya antara penyantap dan negara yang ditemakan.
Merasakan Dunia
Hidangan dan tampilan muka restoran berubah, setiap kali fokus dipindahkan ke negara lain. Pada foto ini, temanya Kuba.
Yang Sedap dari Persia
Desain bagian depan restoran, pembungkus makanan serta stiker dirancang oleh desainer Brett Yasko, dan bertujuan untuk menarik perhatian. "Pernah ada sekelompok orang Iran berhenti di tengah jalan, kemudian mengatakan 'Kami tak percaya Anda akan menyajikan kubideh'," cerita pendiri Dawn Weleski.
Makanan Afghanistan
Afghanistan jadi tema utama mulai Februari 2011 sampai April 2012. Ketika itu orang punya kesempatan mencoba masakan seperti 'bolani e kachaloo,' semacam pastel yang diisi dengan kentang, daun bawang dan ketumbar.
Dapur Caracas
Venezuela bukan topik yang utama lagi sekarang. Makanan disajikan di tengah obrolan dengan warga Venezela yang tinggal di Venezuela dan AS. Pekerja restoran senang berbincang-bincang dengan pelanggan tentang politik dan kebudayaan negaranya.
Membuatnya Otentik
Pekerjaan kepala koki Robert Sayre adalah menyajikan makanan yang tidak berharga mahal, sambil menawarkan spektrum luas makanan otentik. Resepnya berasal dari warga lokal yang dikunjungi Conflict Kitchen di negara asalnya.