Noda: Jepang Harus Kurangi Energi Nuklir
13 September 2011Perdana Menteri Jepang Yoshihiko Noda berjanji untuk mengijinkan lagi operasi reaktor nuklir, jika berbagai ujian keamanan sudah dilakukan. Namun Noda juga menegaskan, dalam jangka panjang Jepang harus mengurangi ketergantungan dari energi nuklir.
Pembangunan Kembali
Dalam pidato parlemen hari Selasa (13/09), dua minggu setelah memulai jabatan sebagai perdana menteri, Noda juga mengimbau agar upaya pembangunan kembali di kawasan-kawasan yang hancur dilanda tsunami dipercepat. Ia mengimbau warga Jepang agar mengingat semangat dan ketabahan warga Jepang dalam menghadapi masa-masa bencana hebat.
Perdana menteri sebelumnya, Naoto Kan, dikritik karena dianggap gagal mengelola bencana gempa dan tsunami 11 Maret lalu, yang mengakibatkan bencana nuklir terbesar setelah Chernobyl. Tiga reaktor nuklir di Fukushima mengalami pelelehan inti setelah semua sistem pendingin rusak.
Setelah kerusakan di Fukushima, pemerintah Jepang segera memerintahkan pemeriksaan keamanan terhadap seluruh reaktor nuklir yang beroperasi. Lebih 30 dari seluruhnya 54 reaktor nuklir yang ada di Jepang berhenti beroperasi. Akibatnya, Jepang mengalami kekurangan pasokan listrik. Sebelum bencana tsunami, 30 persen listrik di Jepang berasal dari reaktor nuklir.
Tenangkan Kecemasan Warga
Yoshihiko Noda di depan parlemen menerangkan, pemerintahnya akan memperhatikan kepentingan penduduk yang tinggal di sekitar reaktor nuklir. ”Kami akan mulai mengoperasikan kembali reaktor nuklir yang sudah menjalani tes keamanan dan dinyatakan lulus. Dan kami akan membangun hubungan saling percaya dengan masyarakat lokal”, kata Noda. Ia berjanji memperhatikan kekuatiran tentang anak-anak dan wanita hamil, menjamin keamanan makanan dan memberi ganti rugi kepada para petani dan masyarakat lain yang menderita kerugian setelah bocornya reaktor nuklir Fukushima.
Noda menerangkan, dalam jangka panjang dan menengah, Jepang perlu mengurangi ketergantungan dari energi nuklir dan harus diupayakan pengurangan semaksimal mungkin. Namun ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Hendra Pasuhuk (rtr, ap)
Editor: Yuniman Farid