020409 Gentechnik Medikamente Euranet
14 April 2009Metode umum pembuatan obat-obatan selama ini adalah meraciknya dari unsur aktif yang ada di alam atau dari unsur sintetisnya yang diproduksi secara kimiawi. Akan tetapi kedua metode ini memiliki keterbatasan. Misalnya saja, obat-obatan tidak dapat diproduksi dalam jumlah banyak secara cepat. Atau bahkan obat-obatan tertentu tidak bisa dibuat dengan prosedur tsb. Karena itu dalam beberapa tahun belakangan ini dikembangkan metode pembuatan obat-obatan dengan cara rekayasa genetika. Di Eropa saja saat ini tercatat lebih dari 130 jenis obat-obatan yang mengandung 100 unsur aktif yang dibuat secara rekayasa genetika, yang sudah mendapat izin pemasaran. Unsur aktifnya diproduksi dengan bantuan bakteri, ragi atau sel binatang memamah biak dalam bejana dari baja tahan karat atau instalasi fermentasi.
Obat-obatan yang dibuat dari unsur aktif yang diproduksi dengan rekayasa genetika, biasanya digunakan untuk mengobati penyakit yang disebabkan masalah metabolisme dalam tubuh kita sendiri. Misalnya penyakit diabetes, kanker, anemia, rematik arthritis atau juga psoriasis atau kulit bersisik. Demikian diungkapkan prof. Gerd Glaeske anggota pakar di dewan penilai untuk masalah kesehatan di Jerman.
Glaeske mengungkapkan lebih lanjut penyebab penyakit dan mengapa digunakan obat dari rekayasa genetika : “Obat-obatan yang diproduksi dengan rekayasa genetika terutama digunakan mengobati penyakit yang diakibatkan gagalnya sistem kekebalan tubuh. Dalam situasi normal ini adalah sistem perlindungan tubuh yang kita miliki. Dalam kasus ini, sistemnya berubah menjadi agresif dan menyerang tubuh kita sendiri. Misalnya dalam kasus penyakit Psoriasis atau kulit bersisik dan rematik Arthritis. Untuk melawan penyakit semacam ini, sekarang terutama digunakan Biologicals jika pasiennya tidak dapat dirawat dengan cara lain.“
Apa yang disebut Biologicals adalah obat-obatan khusus yang dibuat dengan cara rekayasa genetika. Istilahnya mengacu pada proses produksinya dengan cara bio-teknologi biasanya dengan cara kultur jaringan. Obat-obatan jenis ini dipandang amat menjanjikan bagi penyembuhan penyakit yang disebut auto-imunitas, yang sulit disembuhkan dengan obat-obatan konvensional. Lebih jauh Glaeske memaparkan: “Biologicals biasanya adalah molekul protein bervolume besar. Dalam arti, saya mengenali perbedaan besarnya molekulnya. Sejauh ini, Biologicals adalah bentuk khusus dari unsur yang diproduksi secara rekayasa genetika.“
Obat-obatan yang diproduksi secara rekayasa bio-teknologi atau Biologicals itu bekerja dengan cara menyerang dengan terarah dan sedini mungkin fungsi tubuh kita sendiri yang berubah menjadi agresif, serta mekanisme dari munculnya penyakit tsb. Selain untuk menyembuhkan penyakit auto-imunitas juga dikembangkan sejumlah vaksin dan produk rekombinan darah.
Penyakit auto-imunitas selama ini memang sulit diobati. Misalnya saja Sascha seorang pasien penderita psoriasis atau penyakit kulit bersisik, yang disebabkan oleh sistem kekebalan tubuh sendiri yang menjadi agresif, menceritakan gejala penyakit yang sudah dideritanya selama beberapa tahun : “Mula-mula secara perlahan terasa gatal, muncul bercak-bercak di kulit dan semakin lama semakin parah.“
Sascha mengungkapkan gejala gatal-gatal dan sisik pada kulitnya kadang-kadang muncul dan kemudian menghilang lagi. Para dokter yang merawatnya menilai penyakit yang diderita Sascha tergolong masih ringan. Pengobatan yang diberikan adalah terapi radiasi yang dikombinasikan dengan mandi obat dan pemberian krem kulit. Sascha menceritakan lebih lanjut : “Saya memperoleh pengobatan itu, karena kasusnya tergolong ringan. Hanya diupayakan pengobatan luar.“
Dalam kasus kasus berat, jika metode pengobatan lainnya tidak mampu menolong lagi, para dokter biasanya memberikan suntikan antibody yang diproduksi secara rekayasa genetika. Antibody ini berfungsi memblokir sel-sel kekebalan tubuh tertentu, dan dengan itu gejala radang dapat diredam.
Obat-obatan yang diproduksi dengan rekayasa genetika memiliki berbagai keunggulan, demikian diungkapkan prof.Glaeske. “Pertama keuntungan bagi industri farmasi, karena tanpa banyak melibatkan manusia. Cukup dengan kultur jaringan secara besar-besaran, dapat dihasilkan unsur aktif dalam jumlah besar secara cepat pula. Yang kedua, obat-obatan Biologicals itu mengandung unsur aktif yang mirip dengan unsur dalam tubuh manusia“, kata pakar dari dewan penilai masalah kesehatan Jerman tsb.
Artinya, secara teoritis obat-obatan yang diproduksi dengan cara rekayasa genetika juga lebih aman dari obat-obatan kimiawi. Akan tetapi dalam kenyataannya tidaklah begitu. Walaupun unsur aktifnya diproduksi dengan rekayasa bio-teknologi, dan mirip dengan unsur dalam tubuh manusia, obat-obatan Biologicals itu tetap saja memiliki dampak sampingan. Beberapa diantaranya bahkan efeknya fatal.
Prof. Gerd Glaeske mengungkapkan risiko yang dapat muncul : “Kita dapat melihatnya, misalnya dengan meningkatnya kadar infeksi jika kita menggunakan obat semacam itu. Kasusnya terjadi di Inggris. Dimana dalam ujicoba obat-obatan terjadi reaksi yang amat cepat. Artinya kami masih belum mengerti dengan baik sistem kekebalan tubuh manusia. Selain itu, pada tahun 2008 lalu terdapat laporan ilmiah, yang menunjukkan dari sekitar 170 Biologicals yang digunakan sebagai bahan obat-obatan, tingkat dampak negatifnya empat kali lebih tinggi dibanding unsur kimia normal yang dijadikan bahan obat-obatan.“
Dampak negatif obat-obatan Biologicals itu secara rata-rata baru dapat diketahui tiga tahun setelah dikeluarkan izin peredarannya. Jumlah obat-obatan produk rekayasa genetika yang pada kemasannya harus mencantumkan apa yang disebut “black box warning“ yakni peringatan yang dicetak dalam kotak berwarna hitam, mengenai dampak sampingan yang bisa mematikan, juga tergolong tinggi jika dibandingkan obat-obatan konvesional. Black box warning adalah tanda peringatan berstatus paling gawat yang dikeluarkan oleh jawatan pengawasan obat-obatan dan makanan AS-FDA. Terutama diperingatkan munculnya reaksi lokal yang parah, infeksi baru, terbentuknya jaringan yang liar dan penyakit sistem kekebalan tubuh lainnya. Walaupun begitu, obat-obatan yang diproduksi dengan metode rekayasa genetika saat ini semakin meningkat jumlahnya. Berbagai keuntungan dari metode itu menjadi alasan utamanya. Dewasa ini, pendapatan yang diraup dari obat-obatan produksi baru, sekitar 22 persennya berasal dari obat-obatan yang dibuat dengan cara rekayasa genetika. Kecenderungannya juga terus meningkat.