Indah? Ya, indah. Sangat indah. Veddriq dan Rizki tak sekadar menambang emas, tapi juga dengan penjelasan: tiada Olimpiade tanpa medali emas buat Indonesia.
Bikin haru-bangga memang justru ketika bulutangkis, yang secara tradisi selalu menyumbang emas sejak Barcelona 1992, kali ini paceklik emas di Paris 2024.
Baik. Saya memulai Veddriq Leonardo, nama lengkap pria 27 tahun jebolan Universitas Tanjungpura Pontianak itu.
Hari Kamis (08/8), Veddriq mengguncang Le Bourget, distrik di sisi Timur kota Paris yang jadi venue Panjat Tebing.
Dia bertarung 'dingin', tenang, fokus dan cepat di nomor Speed Climbing. Melesat, bak seorang sprinter di lintasan lari.
Papan panjat setinggi 15 meter dengan 20 hands-hold dan 11 foot-hold-- biasa disebut point, dirayapnya dengan kecepatan mencengangkan. Bagai Spider-Man, Veddriq merayap penuh power, cepat sekali, dan indah, sebelum tangan kanannya menyentuh papan finish.
Tahukah Anda kalau semuanya dicatat Veddriq dengan waktu di bawah 5 detik! Itu dari fase awal, eliminasi hingga fase gugur.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Yang bikin kagum: Veddriq selalu memperbaiki catatan waktunya. Urusannya cuma peratus detik. Tapi itu adalah penjelasan: dia fokus. Dia total. Dia habis-habisan.
Di perempat final Veddriq meredam Bassa Mawem (Prancis) dengan waktu 4.88 detik. Bassa hanya 5.26 detik.
Di semifinal jumpa Reza Alipour (Iran) yang mencatat waktu 4.88 detik. Tapi, catatan Veddriq lebih hebat, 4.78 detik, waktu yang membawa ke Big Final.
Lawan Veddriq di final adalah speed climber Cina, Wu Peng yang meredam Sam Watson, pemegang rekor dunia dari AS.
Ribuan penonton di Le Bourget, Paris menanti duel final ini. Ada juga diantaranya Yenny Wahid, Ketua Federasi Panjat Tebing Indonesia, Ketua NOC Indonesia Raja Sapta dan Chef de Mission Anindya Bakrie.
Dan ini adalah penyemangat buat Veddriq. Dia penuh percaya diri, tersenyum menuju papan panjat, menjaga fokus, total dan, yap, final ini dimenangi Veddriq: 4.75 detik versus 4.77 detik. Hanya berbeda 0,02 detik. Wow.
Aksi berikut, yang juga wow, adalah persembahan emas via lifter angkat besi Rizki Juniansyah di kelas 73 kg. Itu hanya berselang beberapa jam dari Veddriq.
Rizky, anak Serang berusia 21 tahun itu berlaga hebat di Paris Expo Porte de Versailles. Lewat angkatan snatch dan clean and jerk, total angkatan Rizki, 365 kg, tak terkejar Weeraphon Wichuma (Thailand) dan juara bertahan Shi Zhiyong (Cina).
Yang juga membanggakan, total angkatan Rizki itu sekaligus jadi rekor Olimpiade. Veddriq juga sempat menorehkan rekor dunia, meski kemudian dipatahkan Sam.
Ada lagi? Ada. Ini: dua emas dari Veddriq dan Rizki sekaligus menyamai pencapaian dua emas -- dalam satu Olimpiade-- di Barcelona 1992 lewat Alan Budikusuma dan Susi Susanti. Dan itu 32 tahun silam, berselang tujuh Olimpiade dan mereka, Veddriq dan Rizki, bukan atlet Bulutangkis-- cabang yang secara tradisi selalu menyumbang emas.
Terimakasih Veddriq. Hatur nuhun Rizki. Kalian bikin bangga Indonesia, negeri gemah ripah yang dalam hitungan hari segera berulangtahun. (rs)
Hardimen Koto
Jurnalis dengan passion hebat untuk dunia olahraga dan dengan sederet pengalaman besar.
*Setiap tulisan yang dimuat dalam #DWNesia menjadi tanggung jawab penulis.