Paviliun Tokyo: Pameran Luar Ruangan Terinspirasi Olimpiade
Karena COVID-19, Olimpiade Tokyo meniadakan kehadiran penonton selama kompetisi. Namun, pandemi tidak surutkan tekad seniman Jepang untuk pamerkan karyanya yang merupakan bagian dari program acara kebudayaan.
Kastel Jepang karya Makoto Aida
Lewat dua kastel dari karton dan terpal biru yang menyimbolkan tradisi kekuatan dan tenaga, Makoto Aida merefleksikan keabadian: “Material yang bagus ini tidak hanya kokoh, namun melambangkan sesuatu yang bersifat temporer, seperti daerah-daerah di Jepang yang kita ketahui sering terdampak bencana alam,” jelas seniman tersebut, sambil menekankan pentingnya untuk menghadapi semua cobaan.
Kedai Teh “Go-an” oleh Terunobu Fujimori
“Kedai teh perlu ketinggian karena berikan sebuah perspektif baru tentang dunia. Setelah naik ke atas dan masuk lewat pintu sempit yang gelap, akan terlihat pemandangan yang sangat berbeda. Ini terlihat unik di kedai teh,” jelas seniman Terunobu Fujimori, yang terpukau konsep tersebut dan menciptakan sebuah kedai teh, bagian utama dari arsitektur tradisional Jepang.
Panorama kontras dari ketinggian kedai teh
Lantai satu kedai teh ini menyajikan pemandangan ke Stadion Nasional yang dirancang arsitek Kengo Kuma. Sebuah kontras antara ruang tradisional untuk upacara minum teh dan desain stadion abad 21 menonjolkan hal yang berseberangan, bagian utama dalam budaya kontemporer Jepang: Dapatkah mereka berdampingan, saat pandemi, bencana alam dan gejolak sosial yang berbeda dengan budaya asli?
Ruang Lenyap karya Yayoi Kusuma
Tema upacara minum teh berlanjut pada Ruang Lenyap karya seniman Yayoi Kusama. Fokusnya adalah aspek penghancuran diri, akibat ritual yang terus berulang. Ruangan berwarna putih ini akan menghilang jika makin banyak pengunjung menempelkan stiker polkadot. Semakin banyak polkadot yang ditempel, semua akan membentuk kesatuan dan “terserap menjadi sesatu yang abadi.”
Seni Mural Raksasa Tokyo oleh Tadanori Yokoo dan Mimi Yokoo
Mural berskala besar ini menutupi dinding kaca di gedung Marunouchi dan New Marunouchi, membentuk sepasang kanvas yang merupakan karya dari seniman Tadanori Yokoo dan Mimi Yokoo. Mural menyimbolkan energi dari elemen air dan api: “Karya ini tentang keinginan untuk menyalurkan energi, gelombang besar kehidupan, dari Tokyo untuk dunia dan masa depan,” jelas kedua seniman tersebut.
Taman Teater Jalanan karya Teppei Fujiwara
Teppei Fujiware ciptakan “teater untuk orang dan tumbuhan,” didesain sebagai hutan kota denggan perpaduan kompleks antara tanaman dan kayu. Paviliun ini cerminan tradisi yang diturunkan bergenerasi sejak periode Edo, saat warga meletakkan pot tanaman di depan rumah mereka. Budaya ini berlanjut di Tokyo sekarang, ciptakan ruang bagi orang untuk beristirahat. (mh/as)