PBB Pertimbangkan Kirim Pasukan Helm Biru ke Suriah
23 Oktober 2012Meskipun situasi semakin runcing, Perserikatan Bangsa Bangsa mempersiapkan kemungkinan pengiriman misi penjaga perdamaian ke Suriah. Kepala operasi penjaga perdamaian PBB, Hervé Ladsous, mengatakan di New York, bahwa rencana penugasan tengah dibicarakan, namun sebelumnya Dewan Keamanan PBB terlebih dahulu harus mengeluarkan mandat. Oleh karena itu, terlalu dini untuk berspekulasi mengenai kekuataan pasukan Helm Biru yang kemungkinan akan diturunkan.
Mengenai konflik di Suriah, dalam Dewan Keamanan PBB terdapat perbedaan pendapat. Dua negara pemilik veto, Rusia dan Cina, beberapa kali menggagalkan dikeluarkannya satu resolusi untuk menjatuhkan sanksi pada rezim Presiden Bashar al Assad. Walaupun demikian, ini tidak menghalangi Amerika Serikat dan Uni Eropa untuk menjatuhkan sanksi terhadap pemimpin Suriah, dan sanksi yang dijatuhkan juga semakin keras.
Pendekatan yang dilakukan Utusan Khusus PBB dan Liga Arab Lakhdar Brahimi tampaknya hampir sama sekali tidak memiliki kesempatan untuk diwujudkan. Sejauh ini belum terdapat tanda-tanda adanya perkembangan positif, dikatakan ketua oposisi Dewan Nasional Suriah Abdelbaset Sieda kepada stasiun televisi Al Arabiya.
“Harapan sangat tipis," dikatakan Wakil Ketua Liga Arab Ahmed Ben Hille kepada kantor berita Reuters. Pemerintah Presiden Assad tidak menunjukkan keinginan yang besar untuk melakukan gencatan senjata. Beberapa hari lagi pesta Idhul Adha berlangsung dan masih diharapkan bahwa pemerintah dan oposisi dapat diajak ke meja perundingan.
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov juga mengimbau kedua pihak yang bertikai untuk menerima pendekatan yang diajukan Brahimi. Menurut Lavrov, ini merupakan langkah penting menuju gencatan senjata jangka panjang dan bagi proses politik menuju pembaruan demokratis di Suriah.
Akhir pekan lalu, Brahimi menyarankan pihak oposisi dan pemerintah Suriah untuk melaksanakan gencatan senjata demi menghormati hari raya Idhul Adha. Assad mengajukan syarat agar pasokan senjata kepada para pemberontak dihentikan. Ini merupakan kunci bagi penyelesaian politis bagi konflik. Demikian dikutip kantor berita resmi Suriah, Sana.
Sementara itu, menurut aktivis, dalam pertempuran Senin (22/10/12) setidaknya 60 orang tewas. Menurut laporan kelompok-kelompok hak asasi manusia, lebih dari 30.000 orang tewas dan ratusan ribu warga mengungsi sejak pecahnya pemberontakan terhadap Presiden Bashar al Assad pada bulan Maret 2011.
yf/dk (afp/dapd/dpa/rtr)