Pelantikan Jenderal Michel Sulaiman sebagai Presiden Libanon
26 Mei 2008Kawasan Amchit tampak bebenah diri. Jalan-jalan diaspal ulang. Setidaknya, jalan yang menuju rumah Jendral Michel Sulaiman. Di antara 25 ribu penduduk komunitas di dekat kota Byblos itu, Sulaiman adalah putra Amchit yang paling terkenal.
Saudaranya, Antoine Lahoud, walikota Amchit menceritakan: „Kami sudah mulai mempersiapkan ini sejak setengah tahun, karena berharap ia akan dipilih sebagai Presiden sebelum hari Natal tahun lalu. Tapi tak apalah kami mulai dengan persiapan ini lagi, dan bila Allah bersama kami, maka semuanya akan berjalan mulus. Perkembangan ini seperti impian yang terpenuhi. Memang kami dari dulu begitu bangga bahwa Jendral Sulaiman juga panglima militer Lebanon, jabatan politis yang tak dapat diganggu gugat.“
Sejak hari Minggu Amchit merayakan pemilihan Sulaiman, dengan sebuah pesta rakyat yang ceria. Penduduk kota dihidangi musik, kembang api, makanan dan minuman yang melimpah ruah. Menurut Lahoud, tak ada orang yang lebih tepat untuk menduduki jabatan tertinggi di Lebanon: "Ia bukan orang yang suka banyak bicara, ia selalu memperhatikan apa kata orang dan sabar mendengarkan. Ia seorang pemikir, yang banyak membaca. Seorang intelektual. Ia tak pernah langsung bertindak, sebelum berkonsultasi.“
Cukup besar harapan bahwa pemilihan Presiden ini akan bisa mendorong keluarnya Lebanon dari krisis. Meskipun begitu tak semua orang, mendukung Sulaiman begitu menggebu-gebu seperti saudaranya tadi. Hilal Kashan, pakar politik dari Universitas Amerika di Beirut tidak melihat kwalifikasi khusus pada Sulaiman untuk mendapatkan jabatan Presiden. Kecuali, bahwa militer Lebanon memiliki citra yang netral politik.
Menurut Kashan:„Kami di dunia Arab telah menerima, bahwa tentara kami tidak akan mampu untuk melancarkan perang modern melawan tentara lain. Dengan berat hati kami menyadari, bahwa fungsi militer terbatas pada keamanan dalam negeri.“
Memang tak banyak perdebatan mengenai pemilihan Michel Sulaiman sebagai Presiden, karena ini sudah ditetapkan dalam kesepakatan antara pemerintah dan pihak oposisi pekan lalu di Doha. Hanya dalam sidang parlemen pertama, setelah 18 bulan itu, terjadi sedikit kekisruhan kecil.
Sebagian anggota parlemen menuntut agar konstitusi Lebanon diubah sebelum penetapan Sulaiman sebagai Presiden. Pasalnya, Sulaiman sampai kini masih menjabat panglima militer. Padahal menurut Konstitusi Lebanon, meski sudah menanggalkan jabatannya, seorang pejabat negara selama dua tahun dilarang menerima atau menjadi kandidat jabatan di pemerintahan.
Namun ketua parlemen Nabih Berri menepis keberatan itu, karena menilai Lebanon perlu secepatnya membuka lembaran baru. Dalam sidang itu Nabih Berri juga yang mengumumkan hasilnya: „118 Suara untuk Suleiman, sembilan menolak.“
Upacara pelantikan Presiden langsung digelar sesudah itu. Michel Sulaiman menyatakan sumpahnya.
Ketua Parlemen, Nabih Berri mengarahkan sidang parlemen itu sebagai tindakan rekonsiliasi. Juga wakil negara-negara asing yang punya peran dalam politik Lebanon, hadir di situ. Antara lain Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Perancis, Suriah dan Iran. Dari Uni Eropa hadir juga Javier Solana. Selain itu Emir Qatar dan Perdana Menteri Qatar yang telah berhasil mendorong negosiasi perdamaian Lebanon, datang sebagai tamu kehormatan.
Dengan pemilihan Presiden baru ini, pemerintah Lebanon yang dipimpin Fuad Siniora otomatis mengundurkan diri. Dalam kesepakatan Qatar disebutkan akan dibentuk koalisi besar, yang termasuk kaum Hisbollah dan sekutunya. Tapi belum jelas siapa yang nanti menjadi Perdana Menteri. Fuad Siniora yang sampai kini menjabat sebagai Perdana Menteri menyatakan, bahwa sudah waktunya bagi dia untuk beristirahat dan melakukan hal yang lain. (ek)