Pemberontak Libya Siap Gempur Bani Walid
5 September 2011Ketua juru runding Dewan Transisi Nasional Abdullah Kanshil mengatakan, setelah gagalnya negosiasi damai, ia menyerahkan masalahnya untuk dipecahkan oleh komandan militer pemberontak. Kota Bani Walid, yang berlokasi sekitar 150 km di tenggara ibukota Tripoli, merupakan salah satu dari tiga kubu pertahanan terakhir pendukung Gaddafi.
Kanshil menduga Muammar al Gaddafi dan keluarganya serta juru bicara rezim, Mussa Ibrahim, bersembunyi di kota gurun ini, dilindungi ketua suku di kawasan itu. Namun di mana tepatnya mereka berada tidak diketahui pasti. Paling tidak, dapat dipastikan seorang anak lelaki Gaddafi, Saadi, masih berada di Bani Walid.
Dalam wawancara telefon dengan CNN, Saadi mengakui, ia tetap bersikap netral dan siap melakukan perundingan. Disebutkannya, sikap agresif saudara lelakinya Saif al Islam, yang kini merupakan motor penggerak pasukan Gaddafi, merupakan penyebab utama kegagalan negosiasi damai. Saif diduga sudah melarikan diri dari Bani Walid.
Juru bicara pemberontak Abu Saif Genya mengungkapkan, “Saif diduga sudah melarikan diri 24 jam lalu dari sini. Kami tidak tahu di mana ia berada. Jika tahu, dengan mudah dapat kami tangkap."
Tunggu Keputusan
Sejauh ini komandan pemberontak masih menunggu keputusan Dewan Transisi Nasional Libya untuk melancarkan serangan militer ke kota Bani Walid. Situasi di kota yang berpenduduk sekitar 50.000 orang itu dilaporkan tenang tetapi amat tegang. Pasukan pemberontak sudah mengambil posisi mengepung sekitar 10 km di luar kota. Juru bicara pemberontak Abu Saif Genya mengatakan alasan mengapa mereka masih bersabar, "Kami tidak ingin jatuh korban jiwa yang tidak perlu.“
Selain itu, dewan transisi nasional masih melancarkan negosiasi di kota Sirte, kota kelahiran Gaddafi, untuk membujuk agar para ketua suku menyerah.
Situasi Humaniter Mencemaskan
Sejauh ini tidak ada informasi independen dari tiga kota yang masih dikuasai pasukan Gaddafi, yakni Bani Walid, Sirte dan Sabha. Pejabat senior urusan kemanusiaan PBB di Libya, Panos Moumtzis, Minggu (04/09), menyatakan kecemasannya, menyangkut situasi humaniter warga sipil di kota-kota yang masih dikuasai pasukan Gaddafi. Berkaitan dengan itu, Moumtzis mengimbau agar sedapat mungkin dilakukan solusi damai.
Dewan Transisi Nasional Libya sebelumnya menegaskan tewasnya Khamis (28), anak lelaki termuda Muammar al Gaddafi, yang merupakan komandan brigade militer yang paling ditakuti di Libya.
Sementara itu dilporkan, situasi di ibukota Tripoli berangsur kembali normal. Pasokan bahan bakar mulai lancar dan toko-toko serta kantro dubuka lagi. Pejabat Dewan Transisi Nasional juga mengumumkan akan mengintegrasikan para pejuang yang bertempur melawan pasukan Gaddafi ke dalam militer dan polisi nasional.
Agus Setiawan/dpa/rtr/afp/dw
Editor : Vidi Legowo