Kasus Pembunuhan Warga Kulit Hitam yang Guncangkan AS
27 September 2020Kasus kematian George Floyd di tangan polisi pada tahun 2020 kembali membawa slogan Black Lives Matter ke tajuk utama berita, tidak hanya di Amerika Serikat namun juga seluruh dunia. Gerakan yang menuntut keadilan bagi warga kulit hitam yang termarjinalisasi ini memprotes perlakuan brutal dan diskriminasi rasial yang dinilai telah mendarah daging di sistem kepolisian AS.
Berikut sejumlah kasus pembunuhan terhadap warga kulit hitam AS yang menyita perhatian media dan masyarakat.
Trayvon Martin, 17
Pada 26 Februari 2012 malam, Trayvon Martin sedang berjalan pulang dari toko, ketika ditembak oleh George Zimmerman, sukarelawan pengawas lingkungan yang berpatroli di kawasan Twin Lakes di Sanford, Florida.
Zimmerman mengklaim telah menembak Martin yang tidak bersenjata sebagai bentuk pertahanan diri setelah terjadinya pertengkaran fisik. Martin yang mengenakan penutup kepala dinilai mencurigakan dan berbahaya. Tidak ada saksi mata atas penembakan itu, dan polisi tidak menangkap Zimmerman yang mengaku bertindak membela diri.
Pada 11 April 2012, Zimmerman didakwa pembunuhan tingkat dua. Dia mengaku tidak bersalah dan kasusnya disidangkan pada Juni 2013. Namun akhirnya tanggal 13 Juli, Zimmerman dinyatakan tidak bersalah. Dibebaskannya Zimmerman menjadi awal mula munculnya gerakan “black lives matter” di media sosial.
Eric Garner, 43
Pada Juli 2014, polisi menangkap Eric Garner yang menjual rokok secara ilegal di sudut jalan Staten Island, New York. Polisi lalu melepaskan Garner dan hanya memberinya peringatan. Dua minggu kemudian pada 17 Juli, polisi kembali menangkap Garner dengan tuduhan yang sama.
Karena menolak diborgol, polisi lalu menarik Garner ke trotoar sebelum petugas bernama Daniel Pantaleo yang berkulit putih melingkarkan lengannya di leher Garner. Garner tersentak, meraung "Saya tidak bisa bernapas" sebanyak 11 kali. Dalam beberapa menit dia tidak sadarkan diri. Hal ini tertangkap di sebuah video.
Kematian Garner memicu protes besar-besaran di New York City. Investigasi lokal dan federal berakhir tanpa tuntutan yang diajukan terhadap Pantaleo dan petugas lain yang terlibat.
Pada Agustus 2019, lima tahun setelah kematian Garner, kepala polisi New York City memecat Pantaleo setelah hakim di Departemen Disiplin merekomendasikan pemberhentian petugas tersebut. Seorang pemeriksa medis menyimpulkan bahwa Garner meninggal akibat tindakan yang disebut chokehold yakni menahan leher seseorang yang mengakibatkan orang tersebut kesulitan bernapas. Prosedur ini sendiri telah dilarang oleh kepolisian.
Michael Brown, 18
Pada 9 Agustus 2014, di Ferguson, Missouri, Michael Brown dan petugas Darren Wilson berpapasan di jalan perumahan di pinggiran kota St. Louis. Polisi mengatakan Brown adalah tersangka perampokan cerutu dari sebuah toko. Wilson menembak dan membunuh remaja yang tidak bersenjata itu.
Teman Brown, Dorian Johnson, yang juga berada di tempat kejadian, bersaksi bahwa Brown mengangkat tangannya ke udara dan mulai berlutut. Namun sang petugas terus mendekat dengan pistol terarah, sebelum akhirnya menembak Brown.
Pembunuhan Brown memicu protes selama berbulan-bulan di Ferguson dan mendorong gerakan nasional akan akuntabilitas polisi. Departemen Kehakiman kemudian merilis hasil investigasi Departemen Kepolisian Ferguson, yang menemukan adanya eksploitasi sistemik dan profil rasial warga kulit hitam oleh petugas.
Tamir Rice, 12
Pada 22 November 2014, seseorang menelepon pihak kepolisian Cleveland untuk melaporkan seseorang yang berada di pusat rekreasi sambil bermain dengan pistol dan menakut-nakuti orang lain. Penelepon tersebut mengatakan bahwa pistol itu "mungkin palsu" dan mencatat bahwa orang yang memegangnya mungkin adalah anak-anak.
Polisi menanggapi panggilan tersebut dan dalam beberapa detik setelah tiba, petugas Timothy Loehmann melompat keluar dari mobil dan melepaskan tembakan, mengenai Tamir Rice yang berusia 12 tahun dan membunuhnya. Penembakan itu terekam dalam video pengawasan. Pada kenyataannya Rice tengah bermain-main dengan pistol mainan.
Philando Castile, 32
Pada 6 Juli 2016, petugas polisi Jeronimo Yanez menghentikan Philando Castile di pinggiran kota dekat Minneapolis dan St. Paul. Menurut Yanez, Castile diduga mirip deskripsi tersangka kasus perampokan baru-baru ini.
Ketika mobilnya diberhentikan, Castile memberi tahu petugas bahwa ia membawa senjata api. Yanez menyuruhnya untuk tidak mencabut senjatanya. Rekaman kamera polisi menunjukkan Yanez berteriak kepada Castile untuk tidak mencabut senjata, tetapi malah mencabut senjatanya sendiri dan melepaskan tujuh tembakan ke arah Castile.
Yanez membela diri bahwa Castile tidak mendengarkan dan menggerakkan tangannya, dan bahwa tindakannya didasari akan rasa kekhawatiran terhadap nyawanya dan penumpang lain di mobil. Putri Reynolds yang berusia 4 tahun dan duduk di kursi belakang mengambil ponsel dan melakukan live streaming kejadian itu.
Yanez didakwa melakukan pembunuhan dan membahayakan nyawa Reynolds dan putrinya. Salah satu peluru Yanez menembus kursi pengemudi dan menghantam kursi di belakangnya. Pada sidang pada tahun 2017, Yanez dibebaskan dari semua tuduhan.
George Floyd, 46
Pada 25 Mei 2020, George Floyd sedang duduk di dalam mobil di luar toko Cup Foods di Minneapolis ketika polisi mendatangi Floyd atas tuduhan bahwa dia menggunakan uang kertas palsu pecahan 20 dolar AS (senilai kurang lebih Rp 300.000) di toko makanan.
Dalam sebuah rekaman video, terlihat petugas polisi bernama Derek Chauvin menjepit Floyd yang diborgol ke trotoar dan berlutut di lehernya selama hampir sembilan menit. Tiga petugas lain juga membantu menahan Floyd. Saat paramedis tiba, Floyd tidak responsif dan dinyatakan meninggal.
Chauvin, 44, dipecat dan didakwa dengan pembunuhan tingkat tiga, yang kemudian ditingkatkan menjadi tingkat dua. Petugas lainnya, Thomas Lane, Tou Thao dan J. Alexander Kueng, yang dipecat bersama dengan Chauvin, menghadapi dakwaan membantu kejahatan dan persekongkolan dengan pembunuhan tingkat dua.
Menurut catatan yang dirilis oleh Departemen Kepolisian Minneapolis, selama hampir dua dekade menjadi polisi, Chauvin telah menjadi subjek pengaduan sedikitnya 17 kali.
Breonna Taylor, 26
Sekitar tengah malam pada 13 Maret 2020, tiga petugas polisi mengenakan baju sipil dalam operasi penyelidikan narkotika mendobrak masuk rumah Breonna Taylor di Louisville. Kenneth Walker, pacar Taylor, yang memiliki senjata secara legal, mengira bahwa petugas tersebut sebagai perampok dan melepaskan tembakan perlindungan diri.
Polisi melepaskan lebih dari 20 tembakan, mengenai Taylor setidaknya delapan kali dan membunuhnya. Tidak ada narkotika yang ditemukan di rumah ini. Walker, yang berkulit hitam, didakwa melakukan percobaan pembunuhan terhadap seorang petugas polisi dan penyerangan tingkat pertama, tuduhan itu kemudian dibatalkan.
Di bulan September, pemerintah kota Louisville, Kentucky, setuju membayar kompensasi sebesar 12 juta dolar AS (sekitar Rp 179 miliar) kepada keluarga Breonna Taylor dan mereformasi institusi kepolisian.
st, ae/vlz (washington post, history.com)