Pemilu AS dari Kacamata Kartunis
Donald Trump atau Joe Biden? Begini kacamata kartunis di seluruh dunia saat kedua kandidat berhadapan dalam debat terakhir.
Dua calon presiden saling mendiskreditkan satu sama lain
Apa yang terjadi dengan budaya debat politik di AS, tanya kartunis Ceko Marian Kamensky. Konfrontasi pertama di TV antar calon persiden merosot menjadi pertarungan lumpur. Alih-alih bertukar argumen, mereka saling menghina satu sama lain. Debat kedua pada tanggal 22 Oktober memiliki aturan yang lebih ketat, termasuk mikrofon yang dinonaktifkan untuk menghentikan interupsi.
'Taktik kotor' dan medan yang sulit
Pasangan Biden, Kamala Harris, menyebut strategi yang digunakan oleh petahana sebagai "taktik kotor". Demokrat tengah melalui medan yang sulit. Itu yang digambarkan karikatur Jerman karya Jens Kricke. Donald Trump, sang petahana, sepertinya tidak peduli. Dia tampak menyendiri, seperti penyihir jahat dalam dongeng.
Propaganda yang dibuat-buat
Presiden ini senang melebih-lebihkan dengan berkata, "Saya orang paling tidak rasis yang pernah anda lihat", "Tidak ada yang lebih menghormati perempuan daripada saya" atau "Saya lebih memahami uang daripada orang lain." Dia pun yakin AS tidak pernah memiliki presiden yang lebih baik. Dalam sketsa karya Martin Erl ini, Trump memuji seorang fotografer sebagai "salah satu yang terbaik di dunia."
'Si Pengantuk Joe' dan 'Si Badut'
Biden adalah "orang tua yang mengantuk" dan "boneka kiri radikal," kata Trump, yang terus-menerus memotong lawannya dalam debat pertama. Biden menanggapi dengan menyebut Trump sebagai seorang rasis, pembohong, badut dan "presiden terburuk yang pernah dimiliki Amerika." Para komentator menyebutnya sebagai salah satu debat terburuk yang pernah dilihat Amerika. Seniman Italia Christi sangat setuju.
Perilaku kekanak-kanakan
Banyak orang Afrika juga heran dengan perilaku Trump yang tidak terlalu negarawan. Kartunis Damien Glez dari Burkina Faso melihat presiden sebagai anak nakal kecil yang ingin mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa peduli harganya. Apa yang tidak cocok harus dibuat pas dan dengan paksa. Orang-orang hanya berharap presiden tidak menekan tombol nuklir.
Trumpzilla
Film Godzilla Jepang pertama muncul di layar pada tahun 1954. Kemana pun kadal raksasa itu pergi, ia meninggalkan kerusakan. Kartunis Takeshi Kishino menciptakan sosok presiden AS yang kejam menjadi monster Godzilla raksasa. Bisakah Joe Biden memiliki peluang melawan Trumpzilla ini?
Laki-laki alfa tetap bersatu
Donald Trump dikelilingi para penguasa yang tidak terlalu peduli dengan norma demokrasi: Putin, Erdogan, dan diktator Korea Utara Kim Jong Un. Kartunis Belanda Tjeerd Royaards merasa bahwa kesamaan yang dimiliki para politisi ini adalah perilaku mereka-mereka yang mengaku sebagai lelaki alfa. Trump menyebut Biden, di sisi lain, sebagai orang tua yang lemah - yaitu baginya, bukan lawan yang serius.
Pemungutan suara melalui surat? Tidak mungkin!
Trump mengatakan penipuan akan merajalela dan surat suara dengan namanya akan ditemukan di keranjang sampah. Selama berbulan-bulan, Trump telah menyerang konsep pemungutan suara melalui surat dan memotong dana untuk layanan pos. Marian Kamensky merangkum situasinya di sini. Karena risiko yang ditimbulkan oleh pandemi corona, banyak Demokrat dan pihak lain ingin memberikan suara melalui surat.
Uluran bantuan?
Dalam protesnya terhadap layanan pos, Trump lalai menyebutkan bahwa ia sendiri telah memberikan suara melalui surat pada beberapa kesempatan. Meskipun FBI menyatakan bahwa tidak ada kecurangan pemilihan di AS, Trump bersikeras bahwa AS terancam oleh "pemilihan yang paling curang dalam sejarah." Jika perlu, dia bisa mendapatkan bantuan dari luar negeri, kata kartunis Yunani Kostas Koufogiorgos.
Trump sebagai presiden
Pendukung Trump tidak hanya ditemukan di AS, tetapi juga di negara lain. Atas nama kartunis di seluruh dunia, Mark Lynch dari Australia menginginkan Trump sebagai presiden AS untuk masa jabatan kedua. "Kami membutuhkan teman kami" dan "Kami mencintai kepala Twitter", teriak para demonstran - karena tidak ada politisi lain yang menawarkan bahan mentah sebagai bahan kartun sebanyak Trump.
Tidak akan bergerak
Trump telah berulang kali menjelaskan bahwa ia ingin tetap berada di Gedung Putih. Seandainya ia kalah dalam pemilihan, ia belum secara tegas menyetujui masa transisi damai. Ia hanya mengatakan: "Baiklah, kita akan lihat apa yang terjadi." Ia sudah memanggil pendukungnya untuk melaksanakan protes jika ia tidak terpilih kembali.
Dinasti yang stabil
Trump juga mempertanyakan konstitusi Amerika dan aturan yang melarang masa jabatan ketiga. Apakah ia ingin menjadi presiden seumur hidup? Seluruh keluarga Trump sering muncul di rapat umum kampanye, termasuk putra bungsu presiden, Barron. Hal ini memicu visi kartunis Jerman Christiane Pfohlmann tentang lahirnya monarki di AS. (Ed: st/rap) Penulis: Suzanne Cords