Pemilu di Chechnya
28 November 2005Pemilihan umum di Chechnya diadakan hari Minggu kemarin. Hingga pukul 14 waktu setempat, lebih dari seperempat warga Chechnya telah memberikan suaranya. Demikian dinyatakan Presiden Alu Alchanov di ibukota Grosny. Walaupun wakil Dewan Eropa membenarkan laporan bahwa pemilu berjalan lancar, pembela hak asasi manusia baik dari Rusia maupun dari negara lain menilai kemungkinannya kecil, pemilu berjalan bebas dan adil. Kekerasan masih terus berlangsung di negara yang menginginkan kemerdekaan dari Rusia itu. Meskipun ada perlawanan, Rusia tetap berhasil menanamkan pengaruhnya.
Sejak pukul 12 siang sudah jelas, bahwa pemilu tersebut sah. Karena lebih dari 25% warga yang berhak memilih telah memberikan suaranya. Sekitar pukul 16 sore, bahkan sudah tercatat 60% warga Chechnya ikut memilih. Sehingga jumlah resmi warga yang ikutserta dalam pemilu terus meningkat. Namun demikian, para pengamat menilai, kali ini, keikutsertaan warga tetap kurang. Sepertihalnya pada pemilihan presiden yang lalu di Chechnya. Tetapi partai “Persatuan” yang berhubungan erat dengan Presiden Rusia, Vladimir Putin diduga kuat akan menang. Sehingga diperhitungkan, partai itu akan memperoleh sekitar 70 hingga 80 % suara yang masuk. Yang paling optimis tentu saja Presiden Alu Alchanov. Ia menyatakan yakin, rakyat Chechnya memilih calon yang dianggap paling tepat.
Boneka Pemerintah Rusia
Alu Alchanov, yang sekarang menjabat presiden Chechnya dianggap boneka pemerintah Rusia. Presiden Ahmad Kadyrov yang sebelumnya terpilih sebagai presiden tewas dalam serangan 1 Mei 2004 lalu. Alchanov kemudian ditunjuk Kremlin untuk menggantikannya. Dan rakyat kemudian mendukungnya. Hal yang terpenting bagi masa depan Chechnya dinyatakan Alchanov hari ini hanya dengan sambil lalu, yaitu ia tidak akan mencalonkan diri lagi pada periode berikutnya.
Jalan Terbuka bagi Kadyrov
Ini berarti, Alchanov membuka jalan bagi Ramsan Kadyrov, anak Presiden Kadyrov yang terbunuh dalam serangan. Ramsan Kadyrov adalah sosok yang dianggap mencurigakan. Ia dituduh melakukan sejumlah pelecehan hak asasi manusia. Ia memiliki pasukan sendiri, yang terdiri dari 6.000 tentara. Selain itu, ia tidak tunduk pada hukum apapun. Saat ini ia hanya menjabat wakil perdana menteri. Namun sudah merasa seperti presiden Chechnya. Kadyrov menyatakan seluruh rakyat Chechnya berkewajiban menghentikan perang. Dan perang berakhir jika tidak ada yang dibunuh atau diculik lagi.
Tetapi pasukannyalah yang dituduh melakukan penculikan dan penganiayaan. Sementara Presiden Rusia, Vladimir Putin juga mendukung Ramsan Kadyrov. Beberapa waktu lalu, ia memberikan penghargaan kenegaraan kepada Kadyrov. Dan dalam pemilu ini, pengikutnyalah yang akan mendapat suara terbanyak. Sehingga pemilihan umum hanya berfungsi untuk memperluas kekuasaan dan memperkuat posisi Kadyrov. (ml)