Pemilu Eropa: Fraksi Populis Kanan Diprediksi Menguat
12 Maret 2024Menurut proyeksi portal Internet Politico, dua fraksi populis dan ekstremis kanan di Parlemen Eropa berpotensi mendapat lebih banyak kursi dalam pemilu di bulan Juni. Fraksi Konservatif dan Reformis Eropa, ECR, diprediksi mendulang 76 kursi, sementara fraksi Identitas dan Demokrasi, ID, yang berhaluan kanan jauh, akan mendapat 84 dari 720 kursi di parlemen.
Fraksi ID mengemban ideologi kanan yang lebih ekstem dan, antara lain, mencakup Partai Alternatif untuk Jerman, AfD, yang diprediksi memperoleh 25 kursi. Sementara porsi fraksi EKR yang berhaluan populis kanan akan bertambah sebanyak delapan kursi.
Adapun potensi elektoral bagi dua kelompok moderat di Parlemen Eropa, Fraksi Kristen Demokrat, EPP, dan Sosial Demokrat, tidak berubah banyak. Sementara dukungan bagi fraksi kiri, Partai Hijau dan Liberal akan anjlok secara signifikan.
Perbedaan besar
Meski demikian, kedua fraksi populis dan ekstrem kanan Eropa masih belum mampu mempengaruhi jalannya legislasi atau bahkan menggalang koalisi mayoritas. Pun EKR dan ID tidak diasumsikan akan bergabung, kata peneliti politik Jerman, Frank Decker di Universitas Bonn.
"Meskipun kekuatan mereka membesar, kita mungkin belum akan menyaksikan bergabungnya fraksi populis kanan dan ekstremis kanan,” kata dia kepada DW. Perbedaan program antara kedua fraksi dirasa terlalu besar.
"Peleburan tidak mungkin terjadi”
Wakil ketua fraksi ID, Gunnar Beck, memang berharap bisa terbentuknya konsentrasi kekuatan politik di spektrum kanan jauh. "Idenya masuk akal,” kata Gunnar Beck kepada DW di Brussels. Tapi, "saya tidak ingin menyangkal bahwa peleburan formal tidak mungkin dilakukan saat ini," imbuh anggota parlemen dari partai AfD itu.
Perbedaan posisi terhadap invasi Rusia di Ukraina, misalnya, masih terlalu besar. Jika partai Lega dari Italia dan FPÖ Austria berpihak pada Putin, partai PiS Polandia dan Fratelli Italia berkomitmen kuat pada Ukraina. Selain itu, partai populis kanan Eropa juga saling sikut di tingkat nasional. Perancis, Italia, Belgia dan sejumlah negara lain masing-masing diwakili setidaknya dua partai populis kanan yang duduk dalam fraksi berbeda di Parlemen Eropa.
Prioritas pada kepentingan nasional
Terlebih, pemilu legislatif pada 9 Juni mendatang berpotensi mengubah susunan fraksi-fraksi ekstrem kanan. Tokoh populis sayap kanan Prancis, Marine Le Pen, dan partai Rassemblement National pimpinannya, contohnya, berusaha tampil lunak sejak beberapa tahun terakhi. Bahkan bagi Le Pen, program migrasi Partai AfD Jerman dianggap terlampau ekstrem.
"Saya sangat berharap kerja sama kami akan terus berlanjut. Dalam beberapa tahun terakhir, kerja sama kita telah berkembang dengan sangat baik. Jika Anda melihat rincian kebijakan migrasi kami, Anda akan melihat kesepakatan luas antara Rassemblement dan AfD,” kata Gunnar Beck, kader AfD di Parlemen Eropa.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Peneliti politik Jerman, Frank Decker, tidak terkejut melihat bahwa partai-partai populis dan ekstrem kanan di Parlemen Eropa tidak mempunyai banyak kesamaan. "Karena partai-partai politik ini pada dasarnya adalah partai nasional. Jadi yang dikedepankan di tingkat Eropa tetaplah kepentingan domestik. Menurut saya, hampit mustahil bagi mereka untuk bersama-sama untuk membentuk platform Eropa.”
Merawat "identitas nasional" di Eropa
Tren peningkatan suara partai-partai populis kanan di Eropa tetap bertahan selama bertahun-tahun. Di Hungaria dan Italia, kelompok ultrakonservatif sedang duduk di pemerintahan. Di Swedia dan Finlandia pun mereka terlibat dalam jalannya pemerintahan. Di Belanda, kelompok populis kanan baru saja memenangkan pemilu, meski kesulitan membentuk koalisi pemerintahan.
Adapun di Austria dan Perancis, kelompok populis kanan memimpin jajak pendapat untuk pemilu Eropa. Di Jerman, AfD mungkin akan menjadi kekuatan terbesar kedua dalam pemilu Eropa.
Frank Decker menilai bahwa isu migrasi, krisis keuangan, krisis utang, epidemi corona, invasi Rusia di Ukraina dan kebijakan iklim telah meresahkan masyarakat dan sebabnya rentan dipengaruhi kampanye partai ekstrem kanan.
Di Eropa, partai-partai sayap kanan dipersatukan oleh isu migrasi. "Jika dikaitkan dengan masalah imigrasi, pada dasarnya ini adalah konflik budaya," kata Decker. "Apa yang masih menyatukan masyarakat kita? Kelompok populis sayap kanan menawarkan solusi berupa identitas nasional ,” lanjutnya. "Anda hanya melihat hal ini terjadi pada bangsa yang homogen secara budaya atau etnis. Tapi masyarakat kita sedang berubah. Secara de facto, kita adalah negeri imigrasi. Dan itulah yang mereka coba hindari di sana," pungkas Decker.
rzn/as