Pencak Silat Dilarang di Timor Leste
24 September 2013Paling tidak 12 orang tewas dan lebih dari 200 terluka selama dua tahun terakhir sebagai akibat pertarungan akibat persaingan di antara kelompok pencak silat lokal, kata Armando Monteiro, seorang kepala penyelidik Kepolisian Nasional Timor Leste.
Dua warga Timor terbunuh di Indonesia, sementara lainnya tewas dan terluka di Inggris dan Irlandia. Ia mengatakan jumlah korban kelihatannya meningkat karena banyak orang takut melaporkan kegiatan para gangster atau takut mengobati luka mereka ke rumah sakit.
Korban berjatuhan
“Kelompok bela diri manapun yang melanggar keputusan pemerintah akan berurusan dengan hukum,” katza Monteiro. Akan ada “Nol toleransi bagi kegiatan bela diri di negara ini.“
Sekolah dan kelompok pencak silat, yang diadaptasi dari seni bela diri Indonesia, mempunyai sejarah panjang di Timor Leste, dengan banyak murid pencak silat di masa lalu ikut berjuang melawan pendudukan tentara Indonesia. Mereka juga menjadi aktivis bawah tanah mendukung para gerilyawan pejuang dan memberikan kontribusi penting bagi kemerdekaan negara itu pada 2002.
Tapi kemudian, para murid seni bela diri menjadi saling bersaing dan mulai saling membunuh dalam pertarungan jalanan sebagaimana terjadi pada tahun 2006 dalam krisis kekerasan politik yang membuat puluhan orang tewas dan puluhan ribu orang mengungsi di negeri pulau kecil tersebut.
Di banyak desa Timor Leste, para murid bela diri mulai mempelajari pencak silat sejak umur 13 tahun. Jenis bela diri lain yang kurang terkenal seperti karate, kung fu,
taekwondo dan judo, tidak dilarang.
Menjauh dari filosofi
Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao mengeluarkan resolusi yang melarang perkumpulan bela diri popular itu dua bulan lalu. Ia mengatakan telah mencoba bekerjasama dengan kelompok-kelompok bela diri itu selama bertahun-tahun dan memperbolehkan mereka melanjutkan kegiatan dengan damai, tapi ia mengatakan kegunaan asli dan filosofi seni bela diri telah hilang di Timor Leste.
“Saya tak punya lagi belas kasihan dan kesabaran,” kata Gusmao, yang menambahkan bahwa ia telah mencoba menangani kelompok-kelompok itu sejak menjadi presiden pertama negeri itu pada tahun 2002. “Saya tidak bisa mentolerir lagi keadaan ini, dan saya tidak bisa mengijinkannya lagi.”
Gusmao mengatakan polisi dan para anggota militer telah diminta meninggalkan kelompok seni bela diri. Jika tidak mereka terancam akan dipecat.
Diam-diam tetap dipraktekkan
Sejumlah kelompok secara publik telah menyerahkan seragam mereka kepada polisi di depan para pejabat pemerintah, namun polisi mengatakan sejumlah anggota masih diam-diam melanjutkan latihan mereka pada malam hari.
Monteiro mengatakan siapapun yang tertangkap melanggar aturan akan dihukum. Ada tujuh kelompok seni bela diri yang terdaftar, tapi banyak kelompok lainnya yang berdiri tanpa pengetahuan pemerintah membuatnya menjadi sulit untuk memperkirakan jumlah orang yang mempraktikkan jenis bela diri ini di seluruh negeri.
Bulan lalu, seorang pelajar Timor Leste terbunuh di Universitas Widyagama, Malang, Indonesia, sementara satu orang lainnya putus tangan akibat sabetan samurai dari anggota geng kelompok bela diri.
“Saya butuh keadilan karena para tersangka yang memutus tangan saya belum ditangkap polisi,“ kata Jacinto Cipriano Ximenes, 25, seorang pelajar tingkat akhir jurusan telekomunikasi yang awalnya berencana kembali ke sekolah dan menyelesaikan studinya tahun ini.
ab/ap (ap,afp,rtr)