Survei: Pengungsi Ukraina Semakin Betah Tinggal di Jerman
19 Juli 2023Semakin banyak pengungsi dari Ukraina yang ingin tinggal lebih lama di Jerman. Ini adalah temuan penting dari survei kedua dalam studi jangka panjang bertajuk "Pengungsi dari Ukraina di Jerman".
Masih belum jelas apakah hak mereka untuk tinggal di Jerman akan diperpanjang melebihi batas saat ini yakni hingga Maret 2024. Namun menurut survei itu, sedikitnya 44% pengungsi Ukraina berencana untuk tinggal lebih lama, "setidaknya untuk beberapa tahun lagi atau secara permanen," menurut temuan studi tersebut. Angka ini menunjukkan lima poin persentase lebih banyak dibandingkan hasil survei pertama studi, yang dilakukan antara Agustus dan Oktober 2022.
Mayoritas pengungsi, yakni 71%, tidak berencana tinggal di Jerman selamanya. Dari jumlah tersebut, 38% ingin kembali ke Ukraina setelah perang berakhir. Sebanyak 30% lainnya ingin mempertahankan hubungan dekat dengan Jerman dan sesekali tinggal di Jerman.
Data tersebut dikumpulkan oleh lembaga penelitian sosial Infas (Institute for Applied Social Science) yang berkantor pusat di Bonn. Infas ditugaskan untuk melakukan serangkaian survei oleh Institut Penelitian Ketenagakerjaan Jerman, Institut Federal untuk Penelitian Kependudukan, pusat penelitian Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi, dan Panel Sosial-Ekonomi (SOEP) German Institute for Economic Research di Berlin.
Situasi hidup pengaruhi keinginan pengungsi untuk tinggal
Dalam survei random tahap pertama pada tahun lalu, sekitar 11.000 pengungsi Ukraina berusia antara 18 dan 70 tahun memberikan informasi tentang situasi kehidupan mereka di Jerman. Untuk survei putaran terakhir, yang dilakukan antara pertengahan Januari dan awal Maret 2023, peneliti menindaklanjuti dengan mengontak 7.000 responden pertama sehingga mereka dapat membandingkan hasilnya.
Dalam kedua kasus tersebut, lebih dari 80% responden adalah perempuan, termasuk para ibu dengan anak di bawah umur. Rata-rata usia mereka yang disurvei adalah sekitar 40 tahun.
Selain perang yang sedang berlangsung di Ukraina, situasi dan keadaan keluarga pengungsi juga menjadi faktor penting dalam menjadi faktor penentu keinginan untuk tetap tinggal di Jerman. "Kemungkinan kecil para pengungsi yang pasangannya tinggal di luar negeri ingin tinggal sendiri di Jerman selamanya," kata Markus Grabka, peneliti senior SOEP, German Institute for Economic Research, dalam presentasi digital mengenai hasil survei pada minggu ini.
Ada kemajuan dalam penguasaan bahasa Jerman
Jenis tempat tinggal juga berperan dalam keputusan seseorang tentang masa depan mereka. "Pengungsi yang tinggal di penginapan pribadi menyatakan niat tinggal yang lebih lama dibandingkan dengan yang tinggal di jenis penginapan seperti hotel atau kos-kosan," jelas Grabka. Dari mereka yang disurvei, 79% tinggal di apartemen pribadi, jumlah ini pada survei tahun lalu hanya mencapai 74%.
Para peneliti mengonfirmasi bahwa para pengungsi telah membuat kemajuan dalam mempelajari bahasa Jerman. Tiga dari setiap empat pengungsi Ukraina telah mengikuti atau menyelesaikan satu atau lebih kursus bahasa Jerman, kebanyakan kursus integrasi. "Angkanya meningkat 25% dibandingkan Agustus-Oktober 2022," kata Nina Rother dari Kantor Federal untuk Migrasi dan Pengungsi.
Peningkatan itu berarti jumlah pengungsi tanpa pengetahuan bahasa Jerman bisa dikurangi setengahnya, dari 41% menjadi 18%. "Di sisi lain, masih ada ruang untuk perbaikan. Karena proporsi pengungsi dengan tingkat bahasa Jerman yang baik atau sangat baik meningkat dua kali lipat, tetapi di angka 8% masih cukup rendah," ujar Rother.
Keterampilan bahasa jadi kunci dapatkan pekerjaan
Kompetensi dalam bahasa dan integrasi adalah faktor penentu dalam mendapatkan pekerjaan. Namun, tingkat ketersediaan lapangan kerja hanya sedikit meningkat jika dibandingkan dengan survei pertama. Sedikitnya 18% responden usia 18-64 tahun telah mendapatkan pekerjaan pada tahun ini, dibandingkan dengan 17% pada 2022.
"Khususnya para perempuan yang mengungsi dari perang dengan membawa anak-anak kecil, tingkat mendapatkan pekerjaan mereka sangat rendah, sekitar 3%," ujar Yuliya Kosyakova dari Institute for Employment Research. "Biasanya, mereka hidup tanpa pasangan di Jerman. Sebaliknya, tingkat pekerjaan di antara ayah yang mengungsi dengan anak kecil jauh lebih tinggi, sebesar 23%, karena kebanyakan dari mereka tinggal bersama pasangannya di Jerman."
Survei ini juga mencakup informasi tentang pendapatan rumah tangga para pengungsi. "Pada awal 2023, rata-rata pendapatan rumah tangga bersih para pengungsi Ukraina adalah sekitar €850 (Rp14,3 juta) per bulan," jelas Kosyakova. Sebagai perbandingan, berdasarkan data Kantor Statistik Federal Jerman, pendapatan bersih bulanan rata-rata rumah tangga di Jerman pada tahun 2021 adalah sekitar €3.800 (kurang lebih 64 juta rupiah) per bulannya.
Anak-anak dan remaja adalah bagian signifikan dari para pengungsi, kira-kira setengah dari pengungsi perempuan Ukraina tiba di Jerman dengan membawa setidaknya satu anak kecil. Menurut penelitian, hanya sedikit orang tua yang menitipkan anak mereka yang lebih kecil ke pusat penitipan anak.
Terlepas dari semua itu, para pakar mengatakan bahwa politisi harus memutuskan dengan cepat apakah akan memperpanjang perlindungan sementara pengungsi Ukraina setelah Maret 2024, atau menciptakan prospek tempat tinggal jangka panjang lainnya.
"Perencanaan dan kepastian hukum, serta prospek tempat tinggal yang dapat diandalkan, diperlukan untuk investasi dalam partisipasi sosial dan hubungan kerja, baik untuk para pengungsi maupun masyarakat Jerman," menurut laporan itu. (ae/hp)