1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Penjara Seumur Hidup untuk Mantan Presiden Filipina

12 September 2007

Palu diketuk, Estrada naik banding. Mantan Presiden Filipina bersalah menyelewengkan dana, menerima uang suap sampai berbohong kepada pengadilan.

https://p.dw.com/p/CP3E
Estrada di tengah pendukungnya
Estrada di tengah pendukungnyaFoto: AP

Proses pengadilan terhadap Presiden Filipina Joseph Estrada berlangsung dengan penjagaan ketat. Sebagian besar jalanan di kota Manila ditutup dan ribuan polisi ditugaskan menjaga keamanan. Kepolisian Filipina mengantisipasi protes besar-besaran dari kelompok pendukung Joseph Estrada.

Enam tahun lalu bekas bintang film yang pernah menjabat Presiden Filipina ini dikudeta militer setelah upaya formal melalui mosi tidak percaya gagal mendesaknya mundur.

Televisi Filipina melaporkan langsung dari gedung pengadilan. Di luar gedung kelompok pendukung Estrada melancarkan protes. Erap, erap, demikian yel-yel solidaritas yang meneriakan nama kecilnya. Sementara di dalam gedung, Joseph Estrada dijatuhi hukuman penjara seumur hidup karena terbukti melakukan korupsi.

Selama dua setengah tahun masa jabatannya Estrada menjarah kas negara sekitar empat milyar Peso, atau sekitar 800 milyar rupiah. Hakim Pengadilan memerintahkan penyitaan seperempat dana itu dari rekening banknya. Meski begitu, bekas bintang film itu diperbolehkan menjalankan hukumannya sebagai tahanan rumah di villanya yang mewah di tanah seluas 15 hektar tak jauh dari ibukota Filipina, Manila. Seorang pendukung Estrada menyerukan,

„Hanya itu saja, Estrada harus bebas“

Para pendukung Estrada beranggapan adanya komplotan antara pemerintah dan gereja dalam keputusan pengadilan ini. Istri Erstrada, Loi Ejercito kecewa terhadap keputusan itu.

„Dia selalu bilang, sebagai orang yang beriman dan berdoa, maka saya juga harus bisa memaafkan semua orang. Tapi ada juga orang yang tak bisa saya maafkan.“

Hanya ratusan pendukung Estrada yang turun ke jalan, namun Manuel Quezon, editor harian Filipina Daily Inquirer menilai bahwa keputusan pengadilan itu bisa mendorong kelompok oposisi untuk bergerak. Menurut Manuel Quezon, bekas presiden itu banyak pengikutnya. Di televisi ia mengatakan,

"Secara umum di mata rata-rata orang Filipina, sistim peradilan negara ini sangat buruk. Pendukung Estrada, yang jumlahnya hampir sepertiga dari pemilih di Filipina juga berpendapat begitu. Kini kelompok oposisi akan berusaha memancing di air keruh dan mengumpulkan dukungan. Pada 2001 saat kudeta itu, popularitas Estrada berada pada puncaknya. Setelah ia digulingkan tampaknya tidak banyak yang bersedia mengambil resiko untuk terus mendukungnya, walaupun mungkin mereka masih berpihak kepadanya.“

Joseph Estrada sudah mengajukan banding atas keputusan pengadilan itu. Tampaknya proses pengadilan terhadap mantan Presiden Filipina ini masih membutuhkan waktu panjang sampai bisa ditetapkan sejauh apa korupsi yang dilakukannya.