Gaza: Kesepakatan Gencatan Senjata Baru Kembali Dirundingkan
30 April 2024TV Al Qahera yang dikelola pemerintah Mesir pada Senin (29/04) malam waktu setempat melaporkan, seorang delegasi Hamas telah meninggalkan Kairo setelah hadir dalam sebuah pembicaraan mengenai gencatan senjata terbatas dengan imbalan pembebasan sandera yang masih ditahan kelomok militan itu di Gaza.
TV AL Qahera melaporkan, Hamas akan kembali lagi dengan sebuah respons tertulis atas proposal terbaru dari Israel yang sebelumnya diserahkan kepada Hamas oleh mediator dari Qatar dan Mesir pada Senin (29/04) waktu setempat.
Dalam beberapa bulan terakhir, negosiasi terkait pembebasan sandera telah gagal. Pembebasan sandera terakhir terjadi saat gencatan senjata selama seminggu pada bulan November tahun lalu. Saat itu, Hamas membebaskan lebih dari 100 sandera dengan imbalan 240 tahanan Palestina dari Israel.
Meski tak menjelaskan secara rinci proposal baru tersebut, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang berbicara di ibu kota Arab Saudi, Riyadh, pada Senin (29/04) mengatakan, proposal itu "sangat murah hati”, dan bahwa Hamas harus "segera mengambil keputusan” terkait tawaran tersebut.
Blinken, yang saat ini sedang melakukan tur ketujuhnya di Timur Tengah sejak perang Israel-Hamas pecah pada Oktober silam, akan melanjutkan perjalanannya ke Yordania dan Israel dari Arab Saudi, masing-masing pada Selasa (30/04) dan Rabu (01/05).
Menurut Kementerian Kesehatan yang dikelola Hamas, lebih dari 34.000 warga Palestina telah terbunuh akibat perang. Dan kesepakatan terbaru yang saat ini tengah dibicarakan kemungkinan akan dapat menghentikan serangan terus menerus di Gaza.
Isarel menyebut Hamas masih menyandera sekitar 100 orang di daerah enklave (daerah kantong), dan masih menahan sisa 30 jasad lainnya.
Perang Israel-Hamas dipicu oleh serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada tanggal 7 Oktober di Israel bagian selatan. Saat itu, Hamas membunuh sekitar 1.200 orang dan menculik sekitar 250 sandera.
Hamas diklasifikasikan sebagai organisasi teroris oleh banyak negara, termasuk Amerika Serikat (AS), Jerman dan Israel.
Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!
Pembicaraan terpisah Biden dengan pemimpin Qatar dan Mesir
Dalam kesempatan terpisah, Presiden AS Joe Biden melakukan pembicaraan melalui telepon dengan pemimpin Mesir dan Qatar pada Senin (29/04) waktu setempat untuk membahas situasi terkini di kawasan. Panggilan telepon dengan keduanya dilakukan Biden secara terpisah.
Menurut Presiden Mesir Abdel Fattah el-Sisi, pembicaraan dengan Biden telah menyentuh perihal perundingan proposal gencatan senjata terbaru yang sedang berlangsung, juga terkait bahaya eskalasi militer di Gaza.
Seorang juru bicara kepresidenan Mesir juga mengatakan, kedua pemimpin membahas mengenai pembebasan sandera oleh Hamas dengan imbalan pembebasan tahanan Palestina dari penjara Israel. Menurutnya, ini lah poin utama dari kesepakatan gencatan senjata komprehensif antara Hamas dan Israel yang saat ini sedang dirundingkan.
Sementara dalam panggilan telepon dengan Syekh Tamim bin Hamas Al Thani dari Qatar, Biden mendesak agar Qatar mengerahkan seluruh upayanya guna menjamin pembebasan sandera yang masih ditahan oleh Hamas.
"Inilah satu-satunya hambatan bagi gencatan senjata dan bantuan bagi rakyat Gaza,” demikian menurut keterangan dari Gedung Putih.
Sesaat sebelum panggilan telepon tersebut, juru bicara Gedung Putih Karine Jean-Pierre mengatakan bahwa "ada kemajuan baru dalam perundingan.” Namun, ia tidak merinci apa kemajuan yang dimaksud.
UE dorong gencatan senjata dan solusi dua negara
Sementara itu, di sela-sela pertemuan Forum Ekonomi Dunia (WEF) di Riyadh, Arab Saudi pada Senin (29/04), Menteri Luar Negeri Prancis Stephane Sejourne menyebut situasi kemanusiaan di Gaza sebagai "bencana besar” dan berulang kali menyerukan gencatan senjata.
"Semuanya memang bergerak maju, tapi Anda harus selalu hati-hati dalam diskusi dan negosiasi ini,” kata Sejourne kepada kantor berita Reuters.
Berbicara pada acara yang sama, Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock juga mengemukakan hal senada. Ia menyerukan agar lebih banyak bantuan kemanusiaan yang diizinkan masuk ke Gaza dan menegaskan kembali dukungan Jerman terhadap solusi dua negara.
Sebelumnya di hari yang sama, kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa (UE) Josep Borrel juga mengatakan kepada wartawan, ia ingin negara-negara anggota UE mengundang para pemimpin Arab ke Brussels, untuk membicarakan mengenai solusi dua negara.
"Satu-satunya harapan saya, kemauan saya, adalah meyakini bahwa jika negara-negara Arab mengajukan sebuah proposal, maka negara-negara Eropa harus mempertimbangkan untuk mengatasi perbedaan, karena bukan rahasia lagi kalau negara-negara Eropa sangat terpecah belah,” katanya.
"Saya akan mengusulkan kepada negara-negara anggota untuk mengundang negara-negara Arab datang ke Brussels untuk berbagi rencana mereka, karena kita juga harus mencoba menyusun pendekatan kita,” pungkas Borrel.
gtp/rs (Reuters, AP, AFP)