311010 Paketbomben Deutschland
31 Oktober 2010Sebetulnya Menteri Dalam Negeri Jerman Thomas de Maiziére hari Minggu (31/10) dijadwalkan bertolak ke Timur Tengah. Kunjungan tiga hari ke Tel Aviv, Yerusalem dan Ramallah sudah direncanakan sejak lama, tapi setelah berhasil digagalkannya upaya serangan bom dalam kiriman paket udara dengan sasaran di Amerika Serikat, de Maiziere menunda rencana kunjungannya tersebut.
Menteri Dalam Negeri Jerman itu membenarkan, bahwa salah satu paket berisi bahan peledak yang dikirim dari Yaman dengan tujuan Amerika Serikat itu dipindah muat di bandar udara Jerman, Köln/Bonn. Bandara tersebut merupakan pusat pembagian pos paket perusahaan logistik UPS di Eropa. Badan Kriminal Jerman BKA memperoleh informasi adanya paket mencurigakan yang dialamatkan untuk sebuah bangunan Yahudi di Chicago, pada hari Kamis malam dari dinas rahasia Arab Saudi, tapi tidak lagi dapat menghentikan paket tersebut di pusat pembagian paket UPS di Köln
"Selanjutnya kami menyimpulkan bahwa pada saat kami memperoleh petunjuk tersebut, paket itu sudah diteruskan pengirimannya ke Inggris. Namun memang benar bahwa paket itu dikirim lewat Köln. Badan Kriminal Jerman berhasil memperoleh nomor paket tersebut dan menginformasikan pihak berwenang Inggris, karena kami tahu bahwa paket itu diteruskan pengirimannya ke Inggris."
Sudah hampir dapat diduga bahwa pihak keamanan Jerman dikejutkan dengan upaya serangan teror melalui pos paket udara. Sementara sektor transportasi udara bagi penumpang sejak beberapa tahun mengalami pengawasan ketat, pengawasan kargo udara dalam hal mengatasi aksi teror, hampir tidak diperketat. Hal itu tampaknya diketahui dan dimanfaatkan. Demikian diakui menteri dalam negeri Jerman de Maiziére hari Minggu kemarin. Namun sedikit adanya petunjuk dilakukannya serangan melalui kargo udara. Ini merupakan indikasi baru
"Ini menunjukkan bahwa Jerman bukan sasaran serangan. Yang biasa berlaku dalam perusahaan kargo internasional ini adalah jalur transportasi paket ini tidak ditetapkan sejak awal, maksudnya tempat pindah muat paket tersebut. Proses jalur paket itu semakin dioptimalkan sehingga sama sekali tidak diketahui bahwa pengiriman paket itu melalui Jerman dan sama sekali tidak jelas, apakah secara otomatis atau dengan bom waktu, kapan paket berisi bahan peledak itu dapat diledakkan."
Dengan kata lain: Jerman dengan bom paket yang dikirim jaringan teror Al Qaida dari Yaman, mengalami ancaman bahaya lebih besar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Karena bahan peledak itu dapat meledak setiap saat di pesawat, jadi juga dapat diledakkan saat melalui Jerman. Sebagai konsekuensi dari penemuan pos paket udara berisi bahan peledak itu, pemerintah Jerman sementara ini menghentikan seluruh pos paket udara dan kargo dari Yaman. Juga sejumlah negara Eropa lainnya mengkaji kembali proses keamanannya.
Menteri Transportasi Eropa membahas mengenai konsekuensi sergama setelah gagalnya upaya serangan dengan pos paket udara tersebut. Demikian disampaikan Badan Transportasi Udara Perancis, DGAC dan sementara ini juga menyerukan kepada seluruh maskapai penerbangan Perancis untuk tidak lagi melayani kiriman kargo dari Yaman.Setelah gagalnya upaya serangan dengan kiriman paket udara, semakin kuat dugaan bahwa upaya serangan itu didalangi cabang Al Qaida di Yaman. Oleh sebab itu pula sejak beberapa waktu terakhir, negara itu semakin menjadi sorotan pemburu aksi teror. Meskipun demikian Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh menolak bantuan asing.
"Yaman memerangi aksi teror bersama dengan mitra-mitranya di seluruh dunia melalui kerja sama langsung atau melalui penyampaian informasi. Tapi kami tidak bersedia bahwa orang laing mencampuri urusan dalam negeri Yaman untuk memburu Al Qaida. Kami sendiri yang menemukan para teroris, di manapun mereka berada. Pekan lalu saja banyak anggota jaringan organisasi itu ditangkap. Kami berterima kasih untuk berbagai informasi, tapi tidak bisa menerima adanya campur tangan.“
Sementara itu dilaporkan hari Minggu kemarin Yaman membebaskan seorang perempuan tersangka pengirim paket berisi bahan peledak dari Yaman tersebut. Pihak berwenang Yaman membebaskan mahasiswi berusia 22 tahun yang satu hari sebelumnya ditangkap itu dan mengatakan bahwa dari interogasi dan pertanyaan, perempuan itu adalah sasaran yang salah.
Sabine Kinkartz/Dyan Kostermans
Editor: Nugraha