1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Persidangan Tertutup Aung San Suu Kyi di Yangun

22 Mei 2009

Masyarakat internasional tingkatkan tekanan agar rezim militer Myanmar membatalkan pengadilan pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi.

https://p.dw.com/p/HuuD
Pemimpin oposisi Birma Aung San Suu KyiFoto: AP
Menlu AS, Hillary Clinton menyebut dakwaan terhadap penerima Nobel Perdamaian itu sebagai hal yang menggusarkan. Sementara Sekjen PBB Ban Ki-moon mengutarakan kekhawatiran yang mendalam dan mengatakan akan mengunjungi Myanmar dalam waktu dekat ini. Suu Kyi menjalani tahanan rumah sejak bertahun-tahun dan kini didakwa melanggar persyaratan tahanan rumah karena membiarkan seorang warga AS menginap di rumahnya.

Sidang pengadilan terhadap penerima nobel perdamaian dari Myanmar Aung San Suu Kyi dilaksanakan hari Kamis (21/05) di penjara Insein yang terkenal sebagai penjara yang ditakuti di negara itu. Junta militer di Myanmar kembali melarang pengamat internasional untuk menghadiri sidang. Sehari sebelumnya secara mengejutkan sekitar 30 diplomat dan sejumlah wartawan diizinkan masuk ke ruang sidang untuk mendengarkan sejumlah saksi memberikan keterangan. Namun Nyo Ohn Myint, pemimpin warga Myanmar yang hidup di pengasingan berpendapat bahwa gebrakan itu hanya merupakan polesan politik: „Junta militer berupaya untuk menunjukkan bahwa mereka mengikuti standar internasional. Tetapi ini sikap palsu."

Aung San Suu Kyi Demonstration
Demonstrasi anti rezim Birma di depan kedubes negara itu di Bangkok, Thailand, 18 Mei 2009Foto: AP

Pendukung San Suu Kyi berkumpul di depan penjara Insein

Puluhan pendukung Suu Kyi dan anggota partainya yang pro demokrasi, Partai Liga Nasional untuk Demokrasi (NLD) berkumpul di luar penjara Insein di Yangun untuk mendengarkan proses persidangan hari Kamis (21/05). Di antara mereka terdapat Win Tin, usia 80 tahun. Ia adalah politisi senior dan bekas tahanan politik yang pernah dipenjara selama 19 tahun. September 2008 ia dibebaskan. Win Tin mengungkapkan: „Orang-orang tidak melakukan aksi unjuk rasa. Mereka hanya menunjukkan keinginan politik dan perasaannya mengenai kasus ini. Dan mereka kini berdiri di sini untuk menunjukkan solidaritas kepada Daw Aung San Suu Kyi."

Aung San Suu Kyi Haus in dem sie unter Arrest steht in Myanmar.jpg
Rumah Aung San Suu Kyi, tempat ia ditahanFoto: picture-alliance/dpa

John Yettaw sampaikan buku Book of Mormon kepada pelayan Suu Kyi

Bersama dua rekan lainnya, Aung San Suu Kyi, dituduh melanggar persyaratan tahanan rumah. Dakwaan ini dikeluarkan setelah seorang warga Amerika Serikat bernama John Yettaw berenang menyeberangi danau untuk mengunjungi rumahnya pada awal bulan Mei ini dan tinggal selama dua hari di rumahnya tanpa izin yang berwenang. Hingga kini masih belum jelas apa motivasi pria AS tersebut. Namun pengacara Suu Kyi mengatakan, John Yettaw mengaku kepada pengadilan, ia menduga bahwa nyawa Suu Kyi terancam dan karena itu ia berenang menuju rumah ketua pro demokrasi yang sedang menjalani tahanan rumah itu. Para pengacara San Suu Kyi bersikukuh, kliennya tidak bertanggung jawab atas perbuatan John Yettaw karena ia tidak pernah mengundang pria itu untuk datang.

Namun tim penuntut menuduh bahwa peristiwa itu bukan merupakan kunjungan yang pertama dari Yettaw ke rumah Suu Kyi. Mereka mengatakan, Yettaw mencoba menemui Suu Kyi November tahun lalu dan memberikan sebuah buku dari gereja Mormon kepada pembantu agar disampaikan kepada Suu Kyi. Namun politisi veteran Win Tin meragukan kebenaran tuduhan tersebut: „Yang berwenang tahu, ia berada di Myanmar tahun lalu dan berenang menuju rumah Daw Aung San Suu Kyi. Meski begitu mereka tetap saja memberikan visa kepadanya dan bersamaan dengan itu mengizinkannya kembali berenang ke rumah Daw Aung San Suui Kyi. Ini adalah sesuatu yang aneh. Jadi kami tidak mau menerima kasus ini."

Ibrahim Gambari tirfft Aung San Suu Kyi in Birma Myanmar
Ibrahim Gambari (kanan) utusan khusus PBB diizinkan bertemu Aung San Suu Kyi di Birma, 08 Maret 2008Foto: picture-alliance/dpa

Myint: Junta militer gunakan kasus itu untuk perpanjang masa tahanan

Pemimpin warga Myanmar di pengasingan, Nyo Ohn Myint mengungkapkan, junta militer menggunakan kasus itu hanya untuk memperpanjang masa tahanan Suu Kyi yang sebenarnya akan berakhir akhir bulan Mei ini: „Ini adalah kasus politik. Ini bukan merupakan tindak kriminal atau benar-benar sebuah kasus. Ini sudah direncanakan sebelumnya. Seperti sebuah film dan aktornya adalah para pejabat rezim."

Dalam 19 tahun terakhir ini, Suu Kyi yang berusia 63 tahun telah menjalani 13 tahun masa tahanan. Jika dalam persidangan ini ia terbukti bersalah, ia terancam hukuman lima tahun penjara lagi. Ini berarti, Aung San Suu Kyi tidak akan dapat mengikuti pemilihan umum yang akan digelar oleh junta militer tahun depan.

Disha Uppal/Christa Saloh

Editor: Dyan Kostermans