Pertempuran Guncang Libanon
22 Oktober 2012Kelompok bersenjata yang bertikai menembakkan senapan dan granat roket di selatan ibukota Beirut, demikian laporan sumber pihak keamanan. Menurut laporan media lokal, baku tembak terjadi antara pendukung pemimpin oposisi Sunni, Saad Hariri dan kelompok-kelompok saingannya.
Pertempuran juga berkecamuk di wilayah utara kota pelabuhan Tripoli antara pasukan Suriah melawan pihak oposisi. Menurut laporan stasiun Al Jazeera, seorang perempuan tewas dan beberapa orang terluka.
Hari Minggu (21/10), ribuan warga Libanon mengikuti upacara berkabung bagi kepala polisi rahasia Wissam al Hassan, yang tewas dalam sebuah serangan bom, Jumat (19/10/12). Pawai berkabung, yang pada awalnya berjalan damai, memanas setelah para pengunjuk rasa yang berkumpul di pusat kota menggelar demonstrasi mengecam pemerintah Libanon yang memiliki hubungan dengan rezim Presiden Suriah Bashar al Assad. Banyak pihak menuduh Suriah berada di balik serangan hari Jumat lalu, yang selain menewasakan al Hassan juga membunuh tujuh orang lainnya.
Meskipun dilakukan pengamanan yang ketat, situasi di Libanon dikawatirkan akan lepas kendali. Setelah pemakaman al Hassan, ratusan demonstran berusaha menyerbu gedung pemerintah. Polisi melepasakan tembakan ke udara dan melontarkan gas air mata untuk menghentikan para demonstran. Beberapa orang terluka akibat insiden ini.
Protes di Bebagai Kota
Aksi demonstrasi digelar di berbagai kota di Libanon sejak hari Jumat (19/10/12), yang terutama digalang kelompok Sunni. Al Hassan sendiri berasal dari kelompok Muslim Sunni dan ia memiliki hubungan erat dengan "Gerakan 14 Maret” dari Saad Hariri. Pada 14 Maret 2005, sekitar 300.000 warga Sunni melakukan demonstrasi di Beirut menentang Suriah.
Pemimpin oposisi Saad Hariri merupakan putra dari Perdana Menteri Rafik Hariri yang tewas akibat serangan pada 14 Februari 2005. Banyak yang menuduh bahwa Suriah turut terlibat dalam serangan yang menewaskan Rafik Hariri ini. Gerakan 14 Maret juga meyakini bahwa rezim Damaskus berada di balik serangan pembunuhan hari Jumat pekan lalu .
Beberapa fakta juga mengukuhkan tudingan oposisi Libanon: al Hassan bukan saja dekat dengan "Gerakan 14 Maret". Dikabarkan, baru-baru ini ia berhasil membongkar sebuah konspirasi yang bermaksud untuk membunuh warga Libanon yang kritis terhadap Suriah. Juga lokasi serangan hari Jumat lalu dapat menjadi sebuah indikasi, karena tidak jauh dari markas "Gerakan 14 Maret".
Perpecahan Internal
Tapi di Libanon sendiri masih terdapat konflik yang belum terselesaikan. Banyak kelompok agama yang berbeda di Libanon, yang membagi kekuasan lewat satu sistem perwakilan yang rumit. Jabatan presiden selalu dipegang pihak Kristen Maronit, perdana menteri dari Sunni dan ketua parlemen dari Syiah. Terutama pihak Syiah, yang kini merupakan mayoritas di Libanon, menilai pembagian kekuasaan ini tidak adil.
Meskipun kelompok Hisbullah yang Syiah secara de facto memegang kekuasan, namun kelompok Syiah melemah. Bahwa Syiah dapat turut memimpin Libanon ini karena mereka memiliki aliansi dengan kelompok agama lain di Libanon, yakni Druze. Aliran Islam ini memiliki pengaruh yang besar di negara yang terpecah itu.
Pada tahun 2011, pemimpin Druze, Walid Jumblatt masih mendukung pihak Hisbullah. Namun sekarang, Druze kembali mendekatkan diri pada gerakan anti Suriah pimpinan Saad Hariri. Dan Walid Jumblatt sendiri merupakan pengkritik rezim Assad yang paing vokal.
yf/as (afp/dpa/dapd/rtr)