1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Liga Arab Tanpa Libanon

28 Maret 2008

Pertemuan puncak Liga Arab berlangsung pekan ini di Damaskus, Suriah. Namun tak semua kepala negara bersedia hadir, sebagai aksi protes terhadap dukungan Suriah pada oposisi Libanon.

https://p.dw.com/p/DWhF
Pertemuan Liga Arab Tanpa Libanon
Pertemuan Liga Arab Tanpa LibanonFoto: AP

Beberapa kepala negara menolak hadir dalam pertemuan puncak Liga Arab yang digelar tanggal 29-30 Maret ini. Boikot dilancarkan Libanon, yang sejak November lalu gagal memilih presiden, karena pecahnya suara antara kelompok yang pro dan yang kontra terhadap Suriah. Kelompok anti Suriah menuding negara itu mempunyai andil dalam pembunuhan mantan perdana menteri Libanon, Rafiq al Hariri. Pertentangan di Libanon semakin tajam, antara mereka yang pro barat serta kelompok oposisi yang didukung oleh Iran dan Suriah, yang kali ini menjadi tuan rumah pertemuan puncak Liga Arab. Ketidakhadiran Libanon akan membuat pertemuan ini terasa janggal, karena Libanon merupakan salah satu pendiri Liga Arab.

Yordania hanya mengirimkan utusannya ke Damaskus, sedangkan Yaman mengutus wakil presidennnnya, Abd-Rabbu Mansour Hadi. Presiden Yaman Ali Abdullah Saleh tidak dapat hadir, tanpa menjelaskan alasannya secara rinci. Padahal kehadiran Saleh ditunggu-tunggu, setelah keberhasilannya pekan lalu sebagai fasilitator perjanjian atara dua faksi penting Palestina, Hamas dan Fatah. Setali tiga uang dengan Yaman, Iran juga mengutus orang nomor dua di negaranya, Wakil Presiden Adel Abdul Hadi. Orang nomor satu di Maroko, Oman dan Irak juga berhalangan hadir. Sementara Arab Saudi dan Mesir juga hanya mengirimkan delegasi tingkat rendah. Pertemuan ini digelar sedianya untuk meningkatkan persatuan negara-negara Arab. Demikian diaungkapkan oleh Menteri Luar Negeri Suriah, Walid Mualem. Oleh sebab itu ia menyayangkan aksi boikot yang dilancarkan oleh Libanon. Ia menambahkan dengan aksi boikotnya, Libanon telah menyia-nyiakan kesempatan emas untuk membahas krisis politik di negara itu serta menyelesaikan masalah antara Libanon dan Suriah. Agenda penting lainnya yang diusung Konferensi Tingkat Tinggi Liga Arab ini adalah meningkatkan bantuan kemanusiaan. Terutama untuk konflik di Darfur, Sudan. Juru bicara Koalisi Muslim, Imam Adam Tordjok mengungkapkan perlunya bantuan secara khusus bagi negara yang dililit pertikaian itu: „Liga Arab selalu membicarakan mengenai masalah-masalah di Irak, di Libanon, dan beberapa negara Arab lainnya. Tapi kita tahu bahwa Sudan juga merupakan salah satu anggota Liga Arab, dan kita semua Muslim. Terjadi masalah antara orang Sudan yang membunuh sesamanya, Muslim membunuh Muslim.“ Sementara kelompok Hamas menginginkan dalam pertemuan ini negara-negara Arab mendukung kesepakatan rekonsiliasi Hamas-Fatah yang disponsori oleh Yaman. Di Jalur Gaza, ribuan orang turun ke jalan, menyuarakan hal serupa. Seiring dengan jalannya pertemuan negara-negara Arab, organisasi hak-hak asasi manusia internasional, Human Rights Watch menyerukan agar pemerintah Suriah berkomitmen pada Piagam Arab untuk mengormati HAM, dengan melepaskan para tahanan politiknya. Sejak Desember lalu, belasan aktivis HAM dan politisi ditahan oleh pemerintah Suriah.(ap)