1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pertemuan Remaja Katolik Sedunia di Köln

22 Agustus 2005

Penyelenggaraan Pertemuan Remaja Katolik Sedunia membuat banyak orang melakukan introspeksi tentang kehidupan beragamanya, demikian kesimpulan pihak penyelenggara.

https://p.dw.com/p/CPNB
Paus Benediktus XVI meninggalkan Jerman
Paus Benediktus XVI meninggalkan JermanFoto: AP

Ketua Konferensi Uskup Jerman, Kardinal Lehmann mengemukakan, warga Jerman yang menyukai Paus Benediktus XVI kini bertambah. Bagaimanakah komentar-komentar berbagai harian Jerman dan luar negeri?

Harian konservatif Inggris The Times di London berkesimpulan, Sripaus merebut hati dengan sikap rendah hati.

"Prioritas utama Paus Benediktus XVI adalah melanjutkan jejak pendahulunya. Ini tersirat ketika ditegaskannya, bahwa kekristenan adalah kepercayaan yang harus dihayati. Kepada kaum muda Eropa ditujukannya pesan, bahwa agama bukanlah suatu produk dimana hal-hal yang sulit dijalankan, dapat diabaikan begitu saja. Semua itu dicetuskan dengan suara yang lembut, tanpa acungan jari, yang dapat membuat pendengarnya tersinggung. Sripaus tidak melihat dirinya sebagai tokoh dalam suatu show. Kesederhanaannya itulah yang merebut hati, dalam perjalanan pertamanya ke luar negeri."

Kalau harian Perancis La Croix juga menilainya sebagai orang yang tidak menonjolkan diri dan sebagai penunjuk jalan, harian liberal kiri Libération menilainya sebagai orang yang berpikir 'absolut'.

"Paus Benediktus XVI membela pemahaman 'absolut' dari gereja Katolik dan menuding setan penggoda yang selalu membayangi, yaitu relativisme. Padahal pluralisme agama yang dihadapinya, merupakan tema utama dalam perjalanan pertamanya ini. Terhadap agama-agama samawi terbuka toleransi, tetapi tidak ada tempat bagi mereka yang membuat agama pribadi dengan mencampur-baurkan berbagai elemen kepercayaan."

Penampilan Paus Benediktus XVI sebagai dirinya sendiri dan lepas dari pendahulunya, Yohannes Paulus II, tanpa melupakannya, dikagumi oleh harian Italia Corriere della Sera yang terbit di Milano. Sedangkan harian konservatif Polandia Rzeczpospolita di Warsawa menyoroti kunjungan Sripaus ke tanah airnya yang kritis.

"Suasana kunjungan Paus Benediktus XVI di tanah airnya sangat bertolak belakang dengan kunjungan Paus Yohannes Paulus II ke Polandia. Paus Benediktus XVI bukanlah pemimpin spiritual bagi bangsa Jerman, karena kekatolikan di Jerman berbeda dengan di Polandia. Kardinal Ratzinger mendapat kritik paling banyak di tanah airnya sendiri."

Lalu, tema apakah yang lebih disoroti oleh harian-harian berbahasa Jerman? Beberapa diantaranya menonjolkan perbedaan antara Sripaus dan kaum muda. Misalnya harian Swiss Tages-Anzeiger yang terbit di Jenewa menanyakan, siapakah yang sebenarnya mendapat sambutan meriah dan sedemikian dielu-elukan:

"Sambutan itu diberikan bagi seorang paus yang menolak pengguguran kandungan dan penggunaan kondom; mengecam hubungan seks sebelum menikah dan perkawinan sesama jenis; yang memandang sebelah mata terhadap gereja Protestan dan lebih sering mengangkat tema lunturnya keagamaan di Eropa ketimbang kemiskinan di Dunia Ketiga."

Harian Märkische Allgemeine yang terbit di Potsdam menulis:

"Kondom dan seksualitas, peranan perempuan dalam gereja dan selibat, tidak memainkan peranan di Köln. Bukan hanya karena tema-tema itu tidak diinginkan oleh paus dan para pastor, melainkan karena prioritas utama bagi para peserta yang datang ke Köln, adalah berkumpul dengan sesamanya dari seluruh dunia. Kaum muda dari berbagai negara yang berbeda, menari-nari, bernyanyi dan berdoa bersama di jalan-jalan. Pertemuan Remaja Katolik Sedunia ini bukanlah untuk membahas inti masa depan gereja Katolik. Tetapi pertemuan itu sudah mewujudkan salah satu fungsinya, yaitu menjembatani perbedaan yang ada, dan bahwa gereja pun dapat mendatangkan kegembiraan."

Sebagai penutup kami ketengahkan komentar harian Süddeutsche Zeitung yang terbit di München:

"Masalah yang dihadapi gereja Katolik tidak akan berkurang, juga setelah penyelenggaraan Pertemuan Remaja Katolik Sedunia itu. Di Eropa Tengah, jumlah pengikutnya akan terus berkurang, seminari semakin kosong dan kalangan biarawan-biarawati akan semakin lanjut usia. Gereja harus memastikan seberapa besar dibutuhkan reformasi dan apa yang harus dilakukan untuk menarik kaum muda. Mungkin Paus Benediktus kembali ke Roma dengan perubahan di dalam dirinya. Tentang Ketiga Orang Majus yang dulu datang ke Bethlehem pun dikatakan, mereka pulang dengan perubahan dalam diri mereka."