Perundingan Program Nuklir Iran Dilanjutkan
19 Februari 2014Bulan November tahun lalu, Iran dan kelompok P5+1 mencapai kesepakatan awal untuk menyelesaikan sengketa nuklir. Sejak itu, Iran sudah melakukan beberapa langkah penting sebagai sinyal menuju sebuah solusi permanen.
Hari Selasa (18/02) kelompok P5+1, yang terdiri dari lima anggota tetap Dewan Keamanan (Amerika Serikat, Rusia, Cina, Inggris dan Perancis) ditambah Jerman, kembali ke meja perundingan di Wina untuk melanjutkan negosiasi dengan wakil-wakil dari Iran. Konsultasi kali ini direncanakan berlangsung tiga hari.
Tapi harapan ada terobosan baru tidak terlalu besar. Karena pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei meredam optimisme. Ia mengatakan hari Senin (17/02), ia "tidak terlalu optimistis" dengan perundingan di Wina. Khamenei juga mengatakan, pembicaraan itu "tidak akan membawa hasil", sekalipun ia "tidak menentangnya".
Pejabat luar negeri Uni Eropa Catherine Ashton, yang menjadi koordinator perundingan P5+1 di Wina, menjelaskan bahwa konsultasi minggu ini akan merupakan awal dari rangkaian negosiasi panjang yang akan berlangsung selama beberapa bulan mendatang.
Perundingan alot
Menjelang akhir 2013, perundingan tentang program nuklir Iran mencatat beberapa kemajuan. Akhir November berhasil dicapai kesepakatan dalam perundingan di Jenewa, yang disebut-sebut sebagai terobosan baru dalam sengketa nuklir.
Dalam kesepakatan itu Iran menyatakan setuju untuk mengurangi kegiatan nuklirnya. Sebagai imbalannya, negara-negara barat sepakat untuk mencabut beberapa sanksi terhadap Iran, dan tidak memberlakukan sanksi yang baru.
Untuk pertama kalinya, negara-negara barat setuju Iran tetap melakukan pengayaan uranium dengan kadar rendah. Kesepakatan itu mulai beraku 20 Januari 2014. Sejak itu, beberapa negara seperti Inggris dan Perancis mulai melakukan pembicaraan langsung dengan Iran tentang kemungkinan investasi ekonomi.
Moderat lawan garis keras
Penurunan kegiatan nuklir Iran memang tidak menutup kemungkinan bahwa negara itu tidak mencoba membuat bom nuklir secara diam-diam. Namun para ahli berpendapat, hal itu akan sulit dilakukan, jika PBB menerapkan inspeksi nuklir yang ketat.
Itu sebabnya, perundingan di Wina akan mencoba merumuskan langkah-langkah pengawasan yang ketat, termasuk kemungkinan menutup fasilitas pengayaan uranium di Fordo.
Tapi di Iran sendiri masih terjadi tarik menarik antara kubu moderat di sekitar Presiden Hassan Rouhani dan kubu garis keras yang didukung oleh pemimpin spiritual Ayatollah Ali Khamenei. Tanpa persetujuan Khamenei, Presiden Rouhani, yang dulu pernah menjadi pemimpin delegasi nuklir Iran, tidak akan bisa berbuat banyak.
hp/ab (rtr, afp, ap)