Jerman dan AS Sepakati Kerja Sama Kembangkan Vaksin Corona
18 Maret 2020Perusahaan farmasi AS Pfizer dan perusahaan Jerman BioNTech akan segera bekerjasama untuk mengembangkan vaksin yang potensial mencegah COVID-19. Kedua perusahaan mengumumkan hal itu dalam pernyataan bersama hari Selasa (17/03).
Kedua perusahaan sudah menandatangani kesepahaman untuk distribusi vaksin di luar Cina. Mereka juga akan memutuskan rangkaiani persyaratan finansial, produksi manufaktur dan kemungkinan komersialisasinya pada pekan depan.
"Ini adalah pandemi global, yang memerlukan upaya global. Dengan kekuatan bersama dengan mitra kami Pfizer, kami meyakini dapat mempercepat upaya untuk menghasilkan vaksin COVID-19 buat warga di seluruh dunia yang memerlukannya," ujar Ugur Sahin, salah satu pendiri dan CEO BioNTech.
Perusahaan Jerman BioNTech menyatakan, akan memanfaatkan platform pengembangan obat-obatan berbasis mRNA yang mereka miliki. Dan juga akan menggunakan sarana riset serta pengembangan milik kedua perusahaan di Amerika maupun di Jerman.
Kedua perusahaan pembuat obat-obatan tersebut, sebelumnya sudah bekerjasama mengembangkan vaksin berbasis mRNA untuk influenza.
Sehari sebeumnya BioNtech sudah menandatangani kesepakatan dengan Shanghai Fosun Pharmaceutical, yang menegaskan hak perusahaan di Cina itu bagi ujicoba vaksin virus corona.
Perusahaan di Shanghai itu mengklaim akan memulai ujicoba vaksinnya pada manusia akhir April mendatang.
Berlomba mengembangkan vaksin
Presiden AS Donald Trump menurut laporan media-media Jerman, telah menawarkan uang dalam jumlah jutaan Dolar kepada ilmuwan Jerman yang bekerja mengembangkan vaksin COVID-19. Trump diduga ingin mendapat hak eksklusif dari hasil riset perusahaan CureVac di Jerman.
Moderna Inc yang bermarkas di Massachusetts AS juga dilaporkan terjun dalam lomba adu cepat pengembangan vaksin tsb. Perusahaan bio-teknologi AS itu berkolaborasi dengan National Institutes of Health AS. Perusahaan mengumumkan Senin (16/3), sudah mengujicoba pasien pertama dengan vaksin virus corona eksperimental dalam ujicoba tahap awal.
Kekebalan tubuh terhadap virus yang menyebar amat cepat itu, dinilai menjadi cara paling efektif untuk menghentikan pandemi global.
Sejauh ini sekitar 197.000 orang di seluruh dunia terinfeksi virus corona, dan lebih 7.000 orang meninggal akibat virus ini.
as/vlz (Reuters, Global Newswire)