1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Petualangan Bundeswehr di Timur Tengah

8 September 2006

Harian-harian Jerman terutama menyoroti rencana pengiriman pasukan Jerman ke Libanon, sebagai bagian dari misi perdamaian-UNIFIL. Terutama dikomentari pernyataan kanselir Angela Merkel, mengenai ancaman terorisme dan penugasan bersejarah pasukan Jerman di tatanan internasional

https://p.dw.com/p/CPJ6
Anggota Pasukan Marinir Jerman
Anggota Pasukan Marinir JermanFoto: picture-alliance/ dpa

Harian Süddeutsche Zeitung berkomenta : Merkel menutupi bahaya penugasan ke Libanon.

"Pidato Kanselir yang mengambang, merupakan taktik yang tidak bertanggung jawab, karena tidak menjelaskan bahaya apa yang mengancam tentara Jerman di Libanon. Dalam sebuah misi militer yang sangat bersejarah, kepala negara tidak boleh hanya mengumbar janji muluk bagi negara maupun tentaranya. Ibaratnya, Merkel tidak membubuhkan tandatangannya sendiri dalam penugasan berbahaya ini."

Harian Kieler Nachrichten yang terbit di Kiel berkomentar: Pengerahan marinir Jerman di Libanon akan sia-sia.

"Marinir Jerman tidak akan dapat mencegah penyelundupan senjata, jika mereka hanya diizinkan berpatroli pada jarak 13 kilometer dari pantai. UNIFIL juga tidak akan dapat mengamankan gencatan senjata, selama milisi Hisbullah tidak dilucuti senjatanya, dan perbatasan Libanon-Suriah tidak diizinkan diawasi. Pasukan perdamaian hanyalah macan ompong. Pemerintah Jerman, harusnya menuntut persyaratan yang lebih mendukung penugasan tentaranya, atau menolak ikut serta."

Sementara harian Hamburger Abendblatt berkometar: Jika berniat menugaskan pasukan di seluruh dunia, Jerman harus mereformasi militernya.

"Selain memerlukan struktur baru, pasukan Jerman juga memerlukan uang dalam jumlah besar. Memang tentara Jerman-Bundeswehr memiliki persenjataan yang baik, akan tetapi bagi penugasan global tetap belum optimal. Tapi juga amat penting untuk memikirkan, dimana pasukan Jerman dapat ditugaskan. Penugasan di Libanon terhambat banyak alasan, sementara penugasan di Kongo bejalan lancar."

Tema lainnya yang menjadi sorotan tajam harian Eropa, adalah pidato presiden AS, George W. Bush mengenai terorisme. Terutama dikomentari pengakuan Bush mengenai keberadaan penjara-penjara rahasia CIA di luar Amerika.

Harian Italia La Repubblica yang terbit di Roma dalam tajuknya menulis:

"Bush mengalami kegagalan miiliter dan politik. Tepat lima tahun program perang melawan terorisme, Bush menyampaikan simbolisme lainnya. Gedung Putih mengumumkan secara resmi kepada dunia, bahwa selama ini mereka menganggap hukum internasional tidak berlaku. Juga dinas rahasia AS CIA melakukan interogasi melanggar hukum terhadap para tahanan. Bush juga mengatakan, memiliki kemauan untuk mengakui konvensi Jenewa. Kamp tahanan Guantanamo, yang diperluas dengan dana negara sebesar 30 juta Dolar, sejauh ini tidak menghasilkan satupun informasi yang berharga bagi dinas rahasia."

Sementara harian liberal Austria Der Standard yang terbit di Wina berkomentar: Pidato Bush tidak memiliki logika.

"Bush menyamaratakan Lenin, Hitler, Osama bin Laden dan Mahmud Ahmadinejad. Dengan perbandingan yang bombastis itu Bush hendak menekankan, sebagai kepala negara, ia cukup bagus. Pidato Bush banyak diwarnai logika kosong, seperti memiliki banyak musuh, berarti memiliki banyak kehormatan. Pidatonya, lebih banyak merupakan kampanye untuk meraih suara pemilih. Namun diragukan apakah pemilih kini masih mempercayainya."