1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
Kesehatan

Kini, Semua yang Keluar Wajib Pakai Masker

6 April 2020

Mengikuti rekomendasi WHO, Pemerintah Indonesia menganjurkan penggunaan masker meski tidak sedang sakit. Masker kain lebih disarankan. Namun apakah hal ini efektif tangkal virus?

https://p.dw.com/p/3aULn
Patung di Madrid mengenakan masker
Ilustrasi penggunaan masker.Foto: picture-alliance/AP Photo/B. Armangue

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta masyarakat mengikuti saran WHO untuk memakai masker tak hanya untuk yang sakit. Jokowi meminta semua masyarakat memakai masker saat keluar rumah.

"Kemudian karena terakhir saya melihat, membaca WHO menganjurkan agar semuanya memakai masker. Saya minta penyiapan masker ini sekarang ini betul-betul disiapkan dan diberikan kepada masyarakat," ujar Jokowi membuka rapat terbatas yang disiarkan langsung lewat akun YouTube, Senin (6/4/2020).

Dikatakan Jokowi, karena hal itu, dia meminta seluruh masyarakat yang keluar rumah wajib memakai masker demi mencegah penularan virus corona.

"Karena kita ingin setiap warga yang harus keluar rumah wajib memakai masker," ujar Jokowi.

Jokowi mengatakan, hal itu sesuai anjuran WHO. WHO awalnya hanya mewajibkan masker bagi yang sakit, namun kini yang tidak sakit pun wajib memakai masker.

"Karena di awal WHO menyampaikan dulu bahwa yang pakai masker itu hanya yang sakit, yang sehat nggak, tapi sekarang nggak, semua yang keluar rumah harus pakai masker," katanya.

Plus Minus Masker Kain

Namun sebenarnya seberapa efektif menggunakan masker kain? Apa saja kelebihan dan kekurangan masker kain? Simak penjelasan berikut.

Penelitian yang dilakukan oleh Davies et al di Inggris menyebutkan bahwa masker kain buatan rumah memiliki efektivitas untuk menyaring partikel berukuran 0,06-1 mikron sebesar 71 persen sementara untuk partikel berukuran besar yakni 79 persen. Masih jauh lebih baik daripada tidak menggunakan masker sama sekali.

Penggunaan masker kain dianjurkan juru bicara pemerintah untuk penanganan virus corona, Achmad Yurianto, untuk masyarakat. Hal ini demi menjaga keamanan stok masker bedah bagi pada tenaga medis yang lebih membutuhkan.

"Yang sehat pakai masker kain. Bukan memakai masker bedah ataupun masker n95," ujar Yuri saat konferensi pers di BNPB Minggu (5/4/2020).

Masker kain bisa dipakai beberapa kali dengan catatan untuk selalu memastikan masker tersebut bersih. Rutin mencuci masker kain dan tidak memakainya lebih dari empat jam.

"Gunakan masker kain. Masker kain bisa dicuci. Kami menyarankan penggunaan masker kain tidak lebih dari empat jam untuk kemudian dicuci dengan cara direndam di air," kata Yuri.

Spesialis paru dari RSUP Persahabatan, dr Erlina Burhan, SpP mengatakan perlindungan masker kain terhadap droplet ada, tetapi tidak pada aerosol ataupun partikel airborne. Jadi untuk batuk atau bersin pada pemakai kalau yang dropletnya besar, masker kain masih bisa menangkalnya. Tapi untuk droplet yang lebih kecil, masker kain masih bisa tembus.

"Karena, masker kain tidak bisa memproteksi masuknya semua partikel, dan tidak disarankan bagi tenaga medis dengan alasan 40-90 persen partikel masih bisa menembus masker kain," jelas dr Erlina dalam konferensi pers dalam jaringan di BNPB, Rabu (1/4/2020).

"Efektivitas filtrasinya pada partikel dengan ukuran 3 mikron bisa 10-60 persen tersaring atau dicegah. Tentu saja karena masker kain tetap ada kebocoran dan keuntungannya masker ini dapat dipakai berulang tapi perlu dicuci," tambahnya.

Berikut jenis kain yang diuji dan efektivitasnya dalam menyaring partikel berukuran 0,02 mikron.
•    Kain lap: 73 persen
•    Bahan cotton blend: 70 persen
•    Sarung bantal antimikroba: 68 persen
•    Linen: 62 persen
•    Sarung bantal biasa: 57 persen
•    Sutra: 54 persen
•    Katun: 51 persen
•    Syal: 49 persen

(gtp/ha)

Baca artikel selengkapnya di: DetikNews

Jokowi: Sekarang, Semua yang Keluar Rumah Wajib Pakai Masker!

Plus-Minus dan Hal Penting Lain Soal Masker Kain yang Kini Wajib Dipakai