170211 Bahrain Tote
17 Februari 2011Setelah penyerbuan mendadak Kamis (17/02) dini hari itu, lebih dari 50 kendaraan lapis baja meluncur menuju Lapangan Mutiara, sebuah persimpangan jalan di pusat ibukota Bahrain. Para demonstran mencoba mengubah tempat itu menjadi pusat aksi protes, seperti Lapangan Tahrir di Kairo, yang menuntun pada jatuhnya Presiden Mesir Husni Mubarak.
Saksi mata melaporkan, serbuan mendadak aparat keamanan dilakukan tanpa didahului peringatan apapun. "Kami ada di tengah lapangan, suasananya tenang, banyak yang tertidur. Ada orang tua, anak muda, perempuan dan anak-anak. Tiba-tiba polisi menyerang, menyemprotkan gas air mata dan menembakkan peluru karet. Saya juga cedera."
Selama operasi dini hari tadi, ledakan dan sirene ambulans terdengar beberapa ratus meter dari tengah lapangan, yang telah ditutup rapat. Demonstran yang lari dikejar oleh aparat keamanan, sementara helikopter berputar-putar di atas lapangan.
Otoritas Bahrain mengatakan, mereka tak punya pilihan. Aparat keamanan mengosongkan Lapangan Mutiara, setelah tak ada lagi peluang berdialog, kata juru bicara Kementrian Dalam Negeri, Tarek al-Hassan, dalam pernyataan yang dikutip kantor berita pemerintah BNA.
Ribuan pemrotes Syiah, yang terinspirasi perlawanan rakyat di Mesir dan Tunisia, menduduki lapangan itu sejak hari Selasa (15/02), setelah polisi menewaskan dua demonstran muda Syiah dalam aksi protes anti-pemerintah.
Di negara kepulauan Bahrain, keluarga kerajaan al-Khalifa, yang Sunni, memerintah rakyat yang mayoritas Syiah. Bertahun-tahun rakyat merasa didiskriminasi. Kini oposisi menuntut mundurnya perdana menteri yang memerintah sejak negara itu merdeka 40 tahun silam. Raja telah mengumumkan konstitusi baru dan lebih banyak kerjasama dengan masyarakat. Oposisi menghendaki lebih banyak demokrasi tapi bukan teokrasi, dimana agama berperan utama dalam pemerintahan.
Bahrain memiliki 33 pulau, berpenduduk kurang dari sekitar 1. 250.000 jiwa, terkenal dengan hasil alam permata dan minyak bumi. Terletak di pantai barat Teluk Arab, hanya berjarak 200 kilometer dari Iran, dan menyediakan pangkalan militer bagi Amerika Serikat sejak tahun 90-an.
Sebelum bentrokan terakhir, Washington mengatakan, mengamati cermat perkembangan di Bahrain dan menyerukan agar pemerintah mengijinkan aksi demonstrasi damai.
Ulrich Leidholdt/Renata Permadi
Editor: Hendra Pasuhuk