Polusi Udara: Asia - Afrika Punya Risiko Kesehatan Terbesar
29 Agustus 2023Polusi udara di seluruh dunia terus menimbulkan risiko eksternal terbesar terhadap kesehatan manusia, dan negara-negara di Asia dan Afrika paling terkena dampaknya, menurut penelitian terbaru yang hasilnya dirilis Selasa (29/8).
Sekitar tiga perempat dampak buruk polusi udara terhadap kesehatan terkonsentrasi hanya di enam negara – Bangladesh, India, Pakistan, Tiongkok, Nigeria, dan Indonesia, menurut Institut Kebijakan Energi Universitas Chicago, EPIC, dalam laporan tahunannya tentang Indeks Kehidupan Kualitas Udara, AQLI.
Jika partikel berbahaya di udara yang dikenal sebagai PM2.5 diturunkan ke tingkat yang direkomendasikan oleh Organisasi Kesehatan Dunia WHO, rata-rata harapan hidup akan meningkat sebesar 2,3 tahun di seluruh dunia, perkiraan laporan tersebut.
Jakarta terburuk sedunia dalam tingkat polusi udara
Perusahaan teknologi kualitas udara asal Swiss, IQAir, sebelumnya sudah menobatkan Jakarta sebagai kota paling tercemar di dunia. Kota ini secara konsisten masuk dalam peringkat 10 kota paling berpolusi secara global. Tingkat polusi udara di kota metropolitan ini telah meningkat hingga mencapai tingkat tertinggi di dunia dalam beberapa bulan terakhir.
Pemerintah Indonesia menyalahkan pola cuaca dan emisi kendaraan sebagai penyebab lonjakan tersebut, namun beberapa menteri baru-baru ini mengakui bahwa pembangkit listrik tenaga batu bara dan pabrik di sekitar Jakarta juga bertanggung jawab atas tingkat polusi terburuk itu.
"Kami telah menjatuhkan sanksi administratif terhadap 11 entitas,” kata Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia Siti Nurbaya Bakar pada konferensi pers Senin kemarin (28/8), tanpa menyebutkan nama-nama perusahaannya.
Di Asia Selatan, PM2,5 telah meningkat hampir 10% sejak tahun 2013, kata laporan EPIC tentnag kualitas udara. Polusi udara telah menurunkan rata-rata harapan hidup di wilayah tersebut sekitar lima tahun. Meningkatnya konsumsi energi di wilayah Afrika tengah dan Barat juga membuat polusi udara menjadi ancaman kesehatan yang setara dengan HIV/AIDS dan malaria di Afrika.
Kondisi pencemaran udara di Asia Tenggara parah
Hampir seluruh wilayah Asia Tenggara kini juga dianggap memiliki "tingkat polusi yang tidak aman”, dengan rata-rata harapan hidup berkurang 2-3 tahun.
Secara statistik, rata-rata tingkat polusi dunia telah sedikit menurun dalam satu dekade terakhir. Tetapi penurunan angka statistik itu terutama didorong oleh perbaikan kualitas udara di Cina. Pemerintahan di Beijing sejak 10 tahun lalu mendeklarasikan "perang melawan polusi” dan berhasil menurunkan PM2,5 sampai lebih dari 40% sejak tahun 2013.
"Meskipun Cina telah mencapai keberhasilan luar biasa dalam perang melawan polusi udara, tren di belahan dunia lain justru menunjukkan arah yang berlawanan,” kata Christa Hasenkopf, direktur studi AQLI.
Rata-rata konsentrasi PM2.5 di Cina pada tahun 2022 berhasil ditekan sampai 29 mikrogram per meter kubik, tapi angka itu tetap masih jauh lebih tinggi daripada rekomendasi WHO, yaitu 5 mikrogram per meter kubik.
"Kita belum (berhasil) mengatasi polusi udara, meskipun contoh yang dilakukan Cina menunjukkan kepada kita bahwa masalah ini adalah masalah yang bisa diatasi,” kata Christa Hasenkopf.
hp/yf (rtr, afp)