Potensi dan Peluang Kemitraan Ekonomi Indonesia-Jerman
11 April 2019Jerman memang dianggap sebagai mitra dagang utama bagi Indonesia untuk menembus pasaran Uni Eropa. Kepala Departemen Ekonomi dari Center for Strategic and International Studies (CSIS), Yose Rizal Damhuri mengatakan, kuatnya perekonomian Jerman dan meningkatnya permintaaan Jerman terhadap produk-produk Indonesia membuat hubungan kemitraan kedua negara jadi sangat penting.
"Ada kenaikan ekspor yang menggembirakan, terutama di sektor manufaktur, dan ini nantinya bisa didukung oleh perjanjian perdagangan antara Indonesia dengan Uni Eropa yang sekarang ini masih dalam tahap negosiasi,” kata Yose dalam wawancara dengan Deutsche Welle, awal Maret lalu.
Indonesia saat ini memang tengah menegosiasikan perjanjian kemitraan ekonomi komprehensif (CEPA) dengan negara-negara Uni Eropa. Tujuan utamanya untuk memfasilitasi dan memberi akses pasar, meningkatkan perdagangan antara Uni Eropa dan Indonesia serta meningkatkan investasi langsung di Indonesia.
Negosiasi panjang
Proses negosiasi ini udah dimulai sejak Juli 2016 dan kini telah melewati negosiasi tahap keenam yang diadakan 15-19 Oktober 2018 di Palembang, Sumatera Selatan. Negosiasi tahap ketujuh kemudian akan dilangsungkan di Brussels 11-15 Maret 2019.
Salah satu yang menjadi topik pembahasan dalam perjanjian kemitraan ini adalah transparansi peraturan dan kepastian regulasi. Regulasi yang tidak jelas memang masih dianggap sebagai salah satu ganjalan utama dalam berbisnis di Indonesia.
"Kita bisa melihat bahwa nantinya Uni Eropa akan meminta Indonesia menjadi lebih transparan dalam regulasi, begitu juga dengan meningkatkan kepastian di dalam pelaksanaan regulasi tadi.”
"Diharapkan dengan adanya perjanjian ini, bisa lebih memajukan perdagangan antara Jerman dan Indonesia. Karena kita melihat Jerman sebagai bagian dari Uni Eropa, tidak berdiri sendiri,” kata Yose Rizal Damhuri. ((BG EKONID))
Perbaikan iklim investasi
Lebih lanjut Yose mengatakan, pemerintah selama ini telah melakukan berbagai pembenahan guna memperbaiki iklim investasi di Indonesia, di antaranya dengan meluncurkan Paket Kebijakan Ekonomi ke-16 pada November 2018.
"Sudah kelihatan misalnya pada indeks kemudahan berbisnis, hasil Indonesia membaik. Kita harus mengapresiasi hal tersebut, meskipun ini masih jauh dibandingkan dengan kondisi idealnya. Tapi ada perbaikan ke arah sana.”
Berdasarkan laporan Bank Dunia tentang tingkat kemudahan berusaha 2019, Indonesia menduduki peringkat ke-73 dari 190 negara. Angka ini memang masih jauh dari ideal jika dibandingkan dengan Singapura, yang menduduki posisi kedua.dan Malaysia yang menduduki posisi ke-15.
Masih kalah dibanding negara ASEAN lain
Jakarta dan Surabaya menjadi dua kota yang tercatat melakukan perbaikan, antara lain kemudahan memulai berbisnis dengan menggabungkan berbagai registrasi jaminan sosial dan mengurangi biaya notaris, serta kemudahan mendaftarkan properti. Waktu penyelesaian sengketa tanah di pengadilan tingkat pertama dipercepat dan transparansi pencatatan tanah meningkat.
Duta Besar Indonesia untuk Jerman Arif Havas Oegroseno mengatakan, saat ini Indonesia menduduki peringkat kelima di Asean dalam perdagangan dengan Jerman. Vietnam ada di peringkat 4, Thailand 3, Singapura 2 dan Malaysia di peringkat 1 dengan nilai perdagangan dengan Jerman mencapai 12,2 miliar dolar AS.
"Jadi kita (Indonesia) hanya pada volume sekitar 5,7 miliar dolar AS. Itu sebenarnya sedikit sekali, karena Indonesia negara besar, punya banyak sumber daya dan sektor manufaktur juga sudah mulai baik." Tetapi Indonesia masih kalah dengan negara-negara tetangga di Asean dalam perdagangan, kata Havas mengingatkan. (hp) ((BG BASF))