1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya
EkonomiJerman

Prospek Ekonomi Jerman 2024 Suram, Tapi Tetap Ada Harapan

4 Januari 2024

Perekonomian Jerman kemungkinan hanya akan mengalami sedikit pertumbuhan pada tahun 2024. Perkembangan dinamis nampaknya masih jauh dari jangkauan, namun tetap ada harapan perbaikan.

https://p.dw.com/p/4ar9A
Mobil produksi Jerman untuk pasar ekspor dibawa ke pelabuhan Bremerhaven
Mobil produksi Jerman untuk pasar ekspor dibawa ke pelabuhan BremerhavenFoto: Jochen Tack/picture alliance

Angka statistik resmi memang belum ada, tapi tahun 2023 perekonomian Jerman kemungkinan menyusut. Tahun 2023 adalah tahun stagnasi, dan tahun 2024 juga situasi masih akan sulit. Moritz Krämer, kepala ekonom di bank Landesbank Baden-Württemberg, dalam sebuah wawancara TV baru-baru ini mengenai prediksi triwulanan mengatakan: "Saya tidak ingin berdebat tentang apakah angkanya plus 0,2% atau minus 0,2%. Faktanya adalah, Jerman mengalami stagnasi."

Moritz Kräemer membandingkan lesunya pertumbuhan perekonomian Jerman saat ini dengan pipihan seng bergelombang. "Kita sedang bergerak dalam semacam 'ekonomi bergelombang'. Memang naik dan turun sedikit, tapi sebenarnya kami terkapar di tanah."

Penyebab kelesuan ekonomi sudah sering dibahas: Konsumen lebih berhati-hati karena inflasi dan kenaikan harga. Perkembangan perekonomian global juga kurang baik bagi negara pengekspor seperti Jerman. Selain itu, karena harga energi tidak stabil, banyak perusahaan internasional menunda rencana investasi. Atau lebih buruk lagi, mereka membangun kapasitas produksi baru di luar negeri – di Amerika Serikat atau di Asia, jauh dari Uni Eropa.

Padahal Jerman sedang menjalankan transformasi ramah lingkungan yang ambisius, terutama untuk meredam perubahan iklim, kebijakan yang menghabiskan banyak dana.

Prospek ekonomi Jerman di tengah aturan "rem utang”

Pada pertengahan November tahun lalu, situasi ekonomi jadi lebih suram, ketika Mahkamah Konstitusi menolak rencana pemerintah melakukan realokasi anggaran sebesar €60 miliar, berupa pinjaman dari anggaran yang tadinya ditujukan untuk menghadapi pandemi COVID-19. Pemerintah Jerman ingin menggunakan anggaran itu untuk modernisasi ekonomi dan berbagai kebijakan perlindungan iklim.

Keputusan Mahkamah Konstitusi menciptakan defisit besar dalam anggaran. Sedangkan parlemen maupun pemerintah tidak bisa begitu saja menyetujui pinjaman baru, karena ada aturan "rem utang” dalam konstitusi Jerman yang tidak mengizinkan hal itu. Aturan fiskal itu ditambahkan ke dalam konstitusi pada tahun 2009, dan mewajibkan pemerintah Jerman untuk menjaga keseimbangan anggaran secara ketat dan membatasi pinjaman baru.

Akibatnya, perhitungan anggaran yang ditetapkan pemerintah menjadi kacau dan menyebabkan ketidakpastian besar di kalangan dunia usaha dan konsumen. Pemerintahan koalisi SPD, Partai Hijau dan FDP juga terpaksa mencari opsi penghematan, dan harus meninggalkan rencana ambisius mereka. Anggaran belanja untuk tahun 2024 juga dipangkas secara signifikan.

Bahkan sebelum terbitnya keputusan Mahkamah Konstitusi, Komisi Eropa telah memprediksi bahwa Jerman hanya akan mengalami pertumbuhan ekonomi 0,8% pada tahun 2024, dan menempati posisi buncit di kalangan anggota Uni Eropa. Pemerintah Jerman agak lebih optimistik dan memperkirakan pertumbuhan 1,3%. Tapi hampir semua peneliti ekonomi terkemuka memperkirakan pertumbuhan Jerman tahun 2024 akan jauh di bawah 1%. Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan OECD bahkan memperkirakan pertumbuhan hanya sebesar 0,6%.

Degrowth: Slowing growth for the environment?

Krisis di segala arah

"Krisis energi lebih sering melanda Jerman dibandingkan negara lain karena industri memainkan peran yang lebih penting di negara ini, dan ketergantungan pada gas Rusia dulunya jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain,” kata ekonom OECD Isabell Koske, yang merangkum alasan lemahnya perekonomian. Inflasi yang tinggi menurunkan daya beli rumah tangga sehingga mempengaruhi konsumsi. "Krisis anggaran pemerintah juga meresahkan perusahaan dan konsumen,” tambahnya.

Selanjutnya dia mengatakan, sangat penting untuk "menyelesaikan krisis anggaran secepat mungkin agar memberikan keamanan dan kepercayaan diri bagi perusahaan dan rumah tangga dalam merencanakan masa depan." Solusinya, kata Isabell Koske, harus mencakup pemotongan pengeluaran, peningkatan pendapatan dan reformasi aturan "rem utang".

Para pakar di Deutsche Bank bahkan lebih pesimististik lagi. Stefan Schneider dari Deutsche Bank Research memperkirakan, perekonomian Jerman malah akan menyusut pada tahun 2024. Moritz Schularick, ketua Institut Kiel untuk Ekonomi Dunia, dalam pidatonya di resepsi Bank Sentral Jerman (Bundesbank) di Berlin pada pertengahan Oktober menyimpulkan, Jerman telah melakukan tiga pertaruhan besar dalam beberapa dekade terakhir, yang saat ini menimbulkan masalah besar.

"Pertaruhan pada gas Rusia sebagai sumber energi murah untuk industri, pertaruhan pada keajaiban ekonomi Cina sebagai pendorong ekspor Jerman, dan pertaruhan pada Pax Americana, pada jaminan keamanan oleh Amerika," ujarnya. Dalam ketiga hal tersebut, kata Moritz Schularick, Jerman kini telah sampai "pada ujung perjalanan." Maksudnya, ketiga hal itu sekarang sudah berubah dan tidak bisa diandalkan lagi.

(hp/as)

 

Jangan lewatkan konten-konten eksklusif berbahasa Indonesia dari DW. Ayo berlangganan gratis newsletter mingguan Wednesday Bite. Recharge pengetahuanmu di tengah minggu, biar topik obrolan makin seru!