Proyek Pembangunan Aceh Pasca Tsunami
24 Februari 2009Di antara proyek yang diresmikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono adalah proyek Taman internasional 'Aceh Thanks The World'. Taman yang terletak di pusat kota Banda Aceh itu berisi 53 prasasti yang bertuliskan nama negara dan bendera dari negara yang ikut membantu pembangunan kembali Aceh. Pada prasasti terpahat ucapan terima kasih dalam bahasa masing-masing negara. Di dekat prasasti juga ditanam pohon yang disebut sebagai „Pohon Persahabatan“. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menyampaikan penghargaan kepada pejuang kemanusiaan dan negara –negara yang telah memberikan bantuannya.
SBY: „Apa yg telah kita lakukan dengan rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh ini. yang menunjukkan solidaritas bersama yang tinggi dari Bangsa Indonesia bukan hanya masyarakat Aceh tapi seluruh Indoneisa untuk membangun kembali Aceh dan kontribusi dari masyarakat internasional. Harapan saya yang telah terwujud dengan berbagai proyek pembangunan termasuk infrastruktur bisa benar-benar diguankan untuk menggerakkan perekonomian Aceh Terima kasih yang tulus atas nama negara atas nama pemerintah dan selaku pribadi kepada seluruh pejuang kemanusiaan, kepada seluruh masyarakat dunia, yang telah membantu masyarakat Aceh dan Nias membangun hari esoknya.“
BRR dinilai berhasil dalam merealisasikan komitmen negara donor. Sebesar 6,7 milyar US dollar atau 93 persen dari komitmen awal 7,2 miliar US dollar. Walaupun terdapat kritik atas kinerja BRR tapi Kepala Badan Pelaksana Badan Rehabilitasi dan Rekontruksi Aceh Nias Kuntoro Mangkusubroto mengklaim pencapaian itu merupakan prestasi terbaik dalam sejarah penanganan bencana di dunia dalam konversi janji menjadi komitmen.
Kuntoro mengingatkan pentingnya menjaga dan merawat proyek rehabilitasi dan rekontruksi Aceh-Nias.
Kuntoro Mangkusubroto: „BRR akan menyelesaikan tugasnya Peraturan Presiden yang mengatur kesinambungan pembangunan di Aceh dan Nias pun sudah diterbitkan. untuk itu kepada Bapak Presiden kami haturkan terima kasih landasan hukum tersebut. Kami percaya hasil2 yang telah dicapai selama 4 tahun ini adalah landasan dan modal yang sangat kuat bagi pembangunan daerah di Aceh maupun Nias. kebaikan dunia yang telah diberikan untuk memulihkan wajib kita hormati degnan sebaik mungkin merawat dan memeliharanya. Tidak ada yang lebih membahagiakan kami dan kita semua para pelaku rehab dan rekon daripada melihat bahwa hasil keringat dan kerja keras kami dapat memberikan manfaat maksimal demi kehidupan masyarakat Aceh dan Nias yang kita cintai.“
Proyek yang diserahkan kepada pemerintah Aceh termasuk Museum Tsunami dan Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi Bencana. Museum Tsunami dibangun dengan konsep “Rumoh Aceh as Escape Hill”. Selain sebagai museum, bangunan ini juga berfungsi sebagai gedung penyelamatan di lantai atas. Gedung berlantai tiga ini dibangun di atas tanah seluas 1 hektar.
Sementara Pusat Riset Tsunami dan Mitigasi dikelola oleh Universitas Syiah Kuala yang akan terkoneksi langsung dengan Pusat Tsunami di Hawai dan Jepang. Pusat riset ini akan berfungsi sebagai pusat penyediaan data, informasi, riset, pelatihan, konsultasi dan segala aspek kebencanaan.
Sementara Gubernur Aceh Irwandi Yusuf mengharapkan keberlanjutan rekontruksi Aceh mengingat luasnya dampak bencana tsunami itu.
Irwandi Yusuf: „Berbagai program dan kegiatan yang sudah ditetapkan dalam blue print tercapainya sudah cukup memadai. Namun mengingat tingkat kerusakan akibat konflik, gempa dan tsunami cukup parah, terutama di wilayah yang jauh dari ibukota Provinsi, seperti Aceh Jaya, Aceh Barat dan beberapa kawasan, menurut hemat kami masih memerlukan perhatian pemerintah untuk diberlanjutkan program yang dananya bersumber dari APBN dan multi donor trust fund atau bantuan hibah luar negeri.“
Masa tugas BRR akan berakhir pada 16 April 2009, namun sebuah badan baru yang akan melanjutkan proses rehab rekon Aceh telah ditetapkan pemerintah. Badan baru itu diberi nama Badan Kesinambungan Rekontruksi Aceh Nias atau disingkat BKRAN yang akan bekerja hingga 31 Desember 2009.