1. Buka konten
  2. Buka menu utama
  3. Buka situs DW lainnya

Pusat Tanggap Darurat Eropa di Tengah Krisis Cuaca Ekstrem

9 Agustus 2023

Banjir mematikan dan kebakaran hutan di seluruh Eropa menjadi ujian bagi pusat tanggap darurat Uni Eropa. Bagaimana mekanisme bantuan perlindungan sipil Uni Eropa bekerja?

https://p.dw.com/p/4Uu1W
Pusat Koordinasi Tanggap Darurat Uni Eropa di Brussel
Pusat Koordinasi Tanggap Darurat Uni Eropa di BrusselFoto: EU

Banjir mematikan di Slovenia, kebakaran hutan di Italia dan Yunani, dan panas terik di Spanyol, hingga musim panas yang ekstrem di Uni Eropa. Pusat Koordinasi Tanggap Darurat Uni Eropa di Brussel beroperasi 24 jam untuk menghubungkan layanan darurat negara-negara anggota, mengoordinasikan penyebaran tim dan peralatan penyelamat, dan mencoba mengantisipasi bencana alam berikutnya.

Komisaris Manajemen Krisis UE Janez Lenarcic pada hari Senin (07/08) mengumumkan, Jerman dan Prancis telah mengirim jembatan darurat, mesin penggalian, dan tim teknik ke Slovenia untuk menanggulangi banjir, sementara Yunani mengirimkan pesawat Canadair untuk membantu Siprus mengatasi kebakaran hutan. Akhir pekan lalu, Janez Lenarcic sudah mengumumkan, sembilan negara Eropa sedang dipantau untuk risiko kebakaran "ekstrem", lima negara menghadapi peringatan banjir dan dua negara berada di bawah "status peringatan merah" untuk suhu tinggi atau hujan lebat.

Operasi semacam itu sekarang sedang meningkat. Pada 2018, pusat tanggap krisis UE menanggapi 20 permintaan bantuan — pada tahun 2022 jumlahnya sudah melonjak 10 kali lipat menjadi lebih dari 230. Di balik kenaikan itu, pandemi COVID-19, perang di Ukraina, dan semakin banyak bencana alam akibat cuaca ekstrem seperti kebakaran hutan atau banjir.

Bencana Banjir Terburuk Slovenia dalam Beberapa Dekade

Bagaimana cara kerja perlindungan sipil UE?

Janez Lenarcic mengepalai Mekanisme Perlindungan Sipil UE — sebuah badan manajemen krisis yang didirikan pada tahun 2001 untuk membantu negara-negara anggota maupun bukan, dengan mengumpulkan sumber daya darurat dan meningkatkan kapasitas satu sama lain guna memerangi bencana alam atau bencana buatan manusia.

Segera setelah negara anggota menyatakan menghadapi peristiwa darurat, mereka dapat mengirimkan peringatan untuk mengaktifkan sarana bantuan krisis dan merinci peralatan atau keahlian apa yang mereka butuhkan. Kemudian negara-negara lain dapat mengirimkan tawaran bantuan. Pusat tanggap darurat di Brussel memusatkan, mengoordinasikan, dan membantu membiayai penyebaran bantuan krisis itu.

Semua 27 negara UE ditambah sembilan negara tetangga terdekat, termasuk Turki, Ukraina dan Norwegia, berkontribusi pada pusat tanggap darurat, tetapi negara-negara lain diluar Uni Eropa juga bisa meminta bantuan. Awal tahun ini misalnya, Kanada merekrut petugas pemadam kebakaran Eropa untuk memerangi kebakaran hutan. Tahun lalu, tim pemurnian air dan dokter dikirim ke Pakistan saat negara itu berjuang melawan banjir yang menghancurkan.

Kekurangan pesawat pemadam kebakaran

Pusat Penelitian Uni Eropa mengatakan, kebakaran hutan telah menghanguskan sekitar 260.000 hektar lahan di UE tahun ini, dan menyebabkan "kerusakan lingkungan dan ekonomi yang sangat besar". Dengan kobaran api yang diperkirakan akan mendatangkan lebih banyak malapetaka di seluruh Uni Eropa pada tahun-tahun mendatang, Brussel berencana untuk membeli 12 pesawat pemadam kebakaran baru untuk armada Uni Eropa.

Namun, pesawat tambahan ini tidak akan langsung tersedia. "Menyiapkan armada sendiri membutuhkan waktu, mengingat produksi global beberapa jenis pesawat pemadam kebakaran telah dihentikan," kata juru bicara Komisi Eropa Miriam Garcia Ferrer kepada wartawan pada Juli lalu. Dia mengatakan, di bawah rencana saat ini, pesawat tambahan baru akan mulai beroperasi tahun 2027.

Komisaris Eropa Janez Lanarcic memuji petugas pemadam kebakaran, insinyur, dan petugas medis yang menanggapi keadaan darurat di luar negerinya selama beberapa minggu terakhir: "Solidaritas Uni Eropa yang terbaik," tulisnya dalam sebuah posting online hari Senin.

Namun, mekanisme perlindungan sipil UE hanya bersifat sukarela, anggota UE dapat memilih untuk membantu negara lain yang membutuhkan, dan sering kali melakukannya — tetapi mereka tidak diwajibkan. UE tidak memiliki kekuatan hukum untuk membuat keputusan tentang tanggap bencana dan selalu membutuhkan lampu hijau dari negara anggota.

(hp/as)